Ceknricek.com -- PT Bank Permata Tbk membukukan pertumbuhan laba bersih setelah pajak sebesar Rp1,1 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2019. Angka ini naik 121 persen dari besarnya laba di periode yang sama tahun 2018.
Menurut laporan keuangan perusahaan yang dilampirkan pada Keterbukaan Informasi IDX, Selasa (29/10), pertumbuhan laba operasional sebelum penyisihan penurunan nilai aset tercatat sebesar 15 persen, di angka Rp2,1 triliun. Kenaikan ini ditopang dari kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 3,0 persen dan pendapatan operasional selain bunga sebesar 22 persen.
Bank dengan kode saham BNLI itu juga membukukan selisih bunga pinjaman dan simpanan (Net Interest Margin atau NIM) sebesar 4,2 persen. Hal ini membuat Bank Permata sukses meraup laba operasional sebesar Rp1,4 triliun atau naik 279 persen dari periode yang sama setahun sebelumnya.
Sumber: Istimewa
“Laba yang diperoleh Bank Permata pada kuartal ketiga, memperkuat komitmen kami untuk mempertahankan kinerja laba yang solid dan terus menjaga kualitas aset Bank yang sehat. Kami juga menerapkan disiplin pengelolaan biaya operasional sehingga dapat dijaga pada level yang konstan di tengah berbagai investasi yang dilakukan Bank dan tekanan inflasi,” kata Direktur Utama Bank Permata, Ridha DM Wirakusumah dalam keterangan pers yang diterima ceknricek.com, Rabu (30/10).
Sampai akhir September 2019, Bank Permata juga mengalami penurunan biaya cadangan kredit sebesar 50 persen menjadi Rp741 miliar di akhir September 2019. BNLI mencatatkan kredit sebesar Rp107,6 triliun pada September 2019 dengan tumbuh moderat 1 persen yang dikontribusi dari retail dan wholesale banking.
Penyelesaian Kredit Bermasalah
Pertumbuhan kredit neto secara marjinal ini terutama disebabkan percepatan penyelesaian kredit bermasalah yang menyebabkan penurunan jumlah kredit yang diberikan. Secara bruto, kredit sehat yang diberikan tumbuh sebesar 8 persen dibandingkan dengan tahun lalu, yang dibukukan secara selektif dengan mengutamakan kualitas aset sesuai dengan kerangka kerja manajemen risiko kredit yang lebih prudent.
Adapun rasio kredit bermasalah (non performing loan atau NPL) secara kotor dan bersih pada kuartal III 2019 ini juga mengalami perbaikan, dari 4,8 persen dan 1,7 persen di kuartal III 2018, menjadi 3,3 persen dan 1,2 persen di 2019. Rasio NPL coverage tetap terjaga baik di level 164 persen, walaupun relatif turun dari 189 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Sumber: Istimewa
Bank Permata juga memiliki rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio atau CAR) sebesar 19,8 persen, atau lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 19,2 persen. Sementar itu, rasio Loan-to-Deposit (LDR) tercatat pada level 88 persen, turun dari CAR di kuartal III 2018 sebesar 91 persen.
Baca Juga: Mandiri Batal Akuisisi Permata, Masuklah Saudara Tua
“Angka ini menunjukan likuiditas bank yang kuat dan sejalan dengan upaya Bank dalam menjaga keseimbangan dalam penyaluran pinjaman yang maksimal dan likuiditas secara optimal untuk mendukung pertumbuhan kredit di masa yang akan datang,” kata Ridha.
Sumber: Bisnis.com
Sementara itu, besarnya dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun mengalami kenaikan 2 persen secara year on year atau YoY. Angka ini ditopang oleh pertumbuhan dana giro dan tabungan masing-masing sebesar 11 persen dan 6 persen. Adapun besarnya dana mahal deposito turun sebesar 4 persen, dengan rasio CASA bank meningkat menjadi 50 persen dari 47 persen pada periode yang sama tahun lalu.
“Hal ini menunjukkan struktur sumber pendanaan yang lebih baik untuk menjaga keseimbangan profitabilitas bank secara maksimal dengan tetap mengelola likuiditas yang optimal. Kami sangat bersemangat dengan hasil yang kuat di kuartal ini dan optimis dengan inisiatif yang telah kami lakukan akan memperkuat kinerja kami dan memberikan hasil yang lebih baik di masa mendatang.” ucap Ridha.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar