Ceknricek.com --Minggu ini, pada hal masih dalam bulan April, cukup banyak penduduk Melbourne dan Sydney yang menggigil, bukan semata-mata karena suhu udara memang anjlok tajam sampai titik rendah yang terakhir terjadi dalam tahun 1996, melainkan ada dugaan atau kepercayaan bahwa semakin rendah suhu kian galak sang virus Corona Baru – COVID -19.
Ketika Biro Cuaca Melbourne dan Sydney memprakirakan bahwa minggu ini suhu musim gugur (musim dingin baru akan tiba Juni) akan sangat rendah – yang pertama serendah ini dalam bulan April sejak tahun 1996 – banyak orang yang menduga atau percaya bahwa kekebalan tubuh mereka akan berkurang, antara lain karena merosotnya kadar vitamin D.
Baca Juga :Serikat Buruh Peringati May Day Tanpa Turun ke Jalan
Tidak mengherankan karena memang biasanya dalam bulan-bulan musim dinginlah banyak yang “masuk angin”, seperti influenza atau pilek atau bengek. Itu pulalah sebabnya para pensiunan dan mereka yang sudah di atas 65 tahun setiap menjelang musim dingin sangat dianjurkan agar menjalani suntikan anti-flu secara cuma-cuma.
Banyak majikan, seperti Radio Australia/ABC, yang mendatangkan sejumlah juru rawat untuk memberikan suntikan kepada para karyawan secara cuma-cuma, alias atas tanggungan majikan. Ini sebenarnya termasuk langkah penghematan bagi majikan. Soalnya, apabila ada karyawan yang (di musim dingin umumnya) terserang flu dan memang dianjurkan agar jangan masuk kerja demi menghindari terjadinya penularan kepada karyawan lain, maka majikan harus memanggil karyawan yang waktu itu sedang libur untuk mengantikannya. Ini berarti membayar uang lembur yang jauh lebih tinggi dari gaji sehari atau dua hari dari karyawan yang terkena flu itu.
Suntikan anti-flu setiap menjelang musim dingin bukan hanya dapat dijalani di klinik dokter melainkan juga di apotik, dengan biaya sekitar dua ratus ribu rupiah. Namun “kemenggigilan” banyak penduduk Melbourne dan Sydney karena kedatangan suhu udara yang dinginnya diluar kebiasaan ini untuk bulan April, lebih disebabkan oleh pengalaman yang diderita oleh Italia dan Spanyol selama beberapa bulan terakhir, di mana COVID-19 terbukti begitu ganas dan buas, merenggut nyawa demikian banyak warga ketika suhu udara sedang rendah, sebagaimana yang juga dialami Amerika Serikat dan Cina.
Sebagaimana diketahui musim di belahan utara bumi adalah kebalikan dari di belahan selatan. Karenanya ketika kini suhu di belahan utara berangsur-angsur memanas, di selatan, seperti Australia, kian mendingin. Kita mengetahui bahwa banyak penyakit/gangguan pada saluran pernapasan biasanya terjadi ketika udara mulai dingin. Dan COVID-19 ini juga menyerang bagian pernapasan, seperti paru-paru.
Baca Juga : Pertamina Sulap Lapangan Bola Jadi RS Darurat Covid-19
Menurut para ahli, penularan dari seseorang yang terjangkit terjadi ketika titisan cairan tersembur akibat bersin atau batuk. Apabila udara sedang kering dan dingin titisan-titisan tersebut mengapung di udara lebih lama dan bergerak lebih jauh , hingga mampu menjangkiti lebih banyak orang.
Jadi terkait penyakit flu, misalnya, apabila suhu udara rendah nampakya virus dapat bertahan lebih lama. Namun menurut seorang ahli penyakit pernapasan Australia, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bagaimana kiranya COVID-19 bereaksi terhadap suhu udara dan kelembapan udara.
Sejauh ini, meski sudah ada kasus-kasus empiris tentang keganasan COVID-19 di Cina, Eropa dan Amerika, ketika suhu udara masih dingin, namun kenyataan bahwa Virus Corona Baru terbukti tidak kalah ganasnya dalam serangan gelombang keduanya di Singapura, seakan mengisyaratkan bahwa pagebluk ini kurang “perduli” pada suhu udara.
Baca Juga : WHO Sebut Covid-19 Menginfeksi 3 Juta Orang di Seluruh Dunia
Sementara ini masih belum ada sesuatu kesimpulan ilmiah tentang tingkat keganasan COVID-19 di Melbourne dan Sydney ketika suhu udara mendadak anjlok pada minggu ini. Sampai laporan ini disusun, jumlah seluruh kasus di Australia tercatat sebagai berikut: 6.764 kasus di seluruh Austalia; jumlah korban jiwa 90; jumlah yang sembuh 5.685;jumlah yang telah menjalani pengujian/pemeriksaan 551.000.
Masing-masing negara bagian punya kebijakan otonom tersendiri. Ketika pemerintah federal/pusat menganjurkan agar sekolah mulai dibuka kembali, pemda Victoria yang berkedudukan di Melbourne misalnya, tetap bersikeras meneruskan kebijakan semulanya.
Ketika pemda Negara Bagian New South Wales yang berkedudukan di Sydney memperlonggar pembatasannya dengan membuka kembali sejumlah pantai agar warga dapat berenang dan jogging (tapi tetap dilarang berjemur badan), Melbourne terus bertahan dengan pembatasannya.
Bagi pemda Victoria bahkan penghormatan terhadap “abdi masyarakatnya” (polisi) yang gugur dalam melaksanakan tugas, juga harus tunduk pada ketentuan pembatasan yang berlaku: pemakamannya hanya boleh dihadiri sepuluh orang.
Baca Juga : Bongkahan Batu dari Bulan Dihargai 2,49 Juta Dolar AS
Sekitar seminggu yang lalu empat orang polisi (seorang di antaranya adalah polwan) tewas diseruduk truk yang dikendarai oleh seorang asal India. Ketika itu ke empat polisi tadi sedang memproses seorang lelaki yang akan ditilang karena melarikan mobil Porsche-nya di sebuah jalan toll dengan kekencangan yang melampaui batas.
Sewaktu keempat polisi tadi sedang berkerumun di dekat mobil Porsche tadi sebuah truk yang dikendarai seorang asal India entah bagaimana menyeruduk dan menewaskan keempat polisi tersebut sementara sang pengemudi Porsche yang menjadi gara-gara semua ini ketika itu, kebetulan, sedang buang air kecil di pinggir jalan agak jauh dari tempat nahas itu.
Baca Juga :Mendamba Kabar Gembira Di Tengah Pandemi Corona
Keempat polisi itu gugur semuanya dan salah seorang di antaranya Kamis 30 April dimakamkan dengan upacara yag dihadiri Kepala Polisi Negara Bagian Victoria. Upacara pelepasan sang polwan dilangsungkan di Akademi Kepolisian dihadiri hanya segelintir kerabat dan sanak saudara, sesuai ketentuan di Victoria bahwa upacara pemakaman hanya boleh dihadiri sepuluh orang (upacara pernikahan boleh dihadiri hanya oleh kedua mempelai, petugas yang menikahkan dan dua saksi).
Upacara pemakaman itu memang disiarkan langsung secara terbatas agar dapat disaksikan sanak keluarga dan handai taulan lain. Kesimpulannya Melbourne lebih memilih belajar dari pengalaman pahit pihak lain (Singapura?) daripada harus membayar mahal karena tergesa-gesa memperlonggar pembatasan yang berlaku.
Sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tak berguna? Wallahu a’lam.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.