Ceknricek.com -- Bandara Kulon Progo atau New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA) resmi beroperasi 1 Ramadan, bertepatan dengan 6 Mei 2019. Hari yang baik. Semoga saja nasibnya juga beruntung. Ya, jangan sampai dilanda sepi laiknya Bandara Kertajati Jawa Barat.

Adisutjipto. Sumber : Kompas
Dengan beroperasinya NYIA, Daerah Istimewa Yogyakarta kini memiliki dua bandara. Bandara satunya, sang kakak, adalah Bandara Adisutjipto. Adisutjipto berada di utara Yogya, sedangkan Bandara Kulon Progo berada di selatan.
Kondisi ini mirip Jawa Barat. Provinsi ini memiliki dua Bandara Internasional, Bandara Husein Sastranegara dan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) atau Bandara Kertajati. Sayangnya, bandara baru itu tak bernasib baik. Sejak beroperasi hingga kini bandara ini sepi pengunjung. Akibatnya, perusahaan maskapai pun enggan beroperasi di sini. Bandara Kertajati hanya disinggahi pesawat seminggu sekali. Miris.

Bandara Kertajati Sepi. Sumber : CNBC
Nah, itu sebabnya banyak pihak ketar-ketir bandara yang dibangun menghabiskan duit Rp9 triliun ini bakal bernasib sama dengan Kertajati. "Enggaklah. Ini lebih seperti Bandara Kualanamu yang penggarapannya memang oleh pengelola bandara langsung," ujar pengamat penerbangan Gatot Rahardjo.
Perkiraan Gatot ini bisa terwujud dengan syarat, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) secara konsisten memindahkan penerbangan komersil dari Bandara Adisutjipto ke Bandara Kulonprogo. "Jadi semua penerbangan sipil komersial di Yogyakarta, dipindah ke bandara baru. Kalau tidak, nasibnya akan seperti Kertajati," ucap dia.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Didien Junaedy, juga berpendapat YIA tidak akan bernasib seperti Kertajati, meski lokasinya jauh dari pusat Kota Yogya. Menurut Didien, pemerintah dan pelaku industri pariwisata telah mengembangkan objek wisata di tiga kota yaitu Yogyakarta, Solo, dan Semarang (Joglosemar) yang akan memanfaatkan Bandara Yogyakarta sebagai bandara tujuan bagi wisatawan. "Kalau sudah ada 2-3 maskapai yang masuk ke situ, itu akan membawa ribuan penumpang. Ini akan hidup," ujarnya optimistis.

Bandara Kertajati. Sumber : Setkab
Bandara Kertajati sebenarnya juga memiliki potensi untuk menarik banyak wisatawan. Pasalnya, banyak daerah di sekitar bandara yang tengah berkembang menjadi destinasi wisata. "Kertajati meski jauh dari Bandung atau Jakarta, tetapi dia memiliki potensi untuk menarik wisatawan ke Tarikmalaya, Garut, Pangandaran. Itu suatu objek wisata yang menjanjikan," tandasnya. Nyatanya, nasib Kertajati tak seindah yang digambarkan itu.
Baru Citilink
PT Angkasa Pura I (Persero) memang berencana memindahkan penerbangan internasional di Bandara Adisutjipto ke Bandara Bandara Kulon Progo atau NYIA. Pemindahan ini dilakukan setelah bandara ini benar-benar tuntas. NYIA diperkirakan selesai pada akhir tahun 2019. Kapasitas penumpangnya bisa mencapai 14 juta orang per tahun.

Bandara Yogya. Sumber : Jogjainside
Pada saat peresmian untuk penerbangan komersial di NYIA, baru ada satu maskapai yang mencoba, yakni Citilink. Maskapai ini menjalani rute penerbangan Halim-NYIA dan sebaliknya. Menurut rencana, Citilink akan mengoperasionalkan satu pesawat rute ini saban harinya. Sedangkan maskapai lain masih dalam proses. Salah satunya yang akan membuka rute adalah Batik Air dengan rute YIA-Palangkara, YIA-Samarinda, YIA-Denpasar dan YIA-Cengakrang (Jakarta). Diharapkan penambahan rute baru ini sudah bisa terlaksana pada 10 Mei.
Sedangkan untuk penerbangan rute internasional dari Bandara NYIA adalah tujuan Singapura dan Malaysia oleh dua maskapai penerbangan Silk Air dan AirAsia. Implementasi rute penerbangan ke Malaysia dan Singapura akan dilakukan secara bertahap.
Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I (Persero), Devy Suradji, mengatakan masih banyak maskapai asing yang berminat mendaftarkan slot penerbangan dari negara asalnya menuju NYIA, hanya saja dia belum bisa menyebutkan secara rinci nama maskapai yang dimaksud.
AP I masih menanti kesiapan maskapai asing lainnya terkait kesiapan slot penerbangan dari bandara di luar negeri karena membutuhkan waktu sekitar 8 pekan atau 2 bulan untuk mendapatkan izin slot penerbangan dari negara asalnya.

Bandara Yogya. Sumber : Solotrusrt
Bandar Udara Yogyakarta berdiri di tanah seluas 528 hektare. Dari jumlah itu 358 hektare merupakan airside dan 223 hektare landside. Panjang landasan pun hingga 3.250 meter dengan lebar 45 meter.
Area parkir pesawat berkapasitas hingga 35 pesawat pada tahap I tahun 2019. Sedangkan tahap II pada tahun 2020 ditargetkan landas pacu diperpanjang menjadi 3.600 meter dan pengembangan area parkir pesawat berkapasitas hingga 45 pesawat. Berdasarkan data Bappenas, NYIA dapat menampung sebanyak 14 juta penumpang per tahun.
NYIA nantinya bisa melayani pesawat besar seperti Boeing B777, Airbus A380, A330, dan lainnya yang mampu terbang jarak jauh dan membawa banyak penumpang. Beberapa rute internasional yang ditargetkan bisa dilayani dari bandara baru ini adalah dari Jepang, China, dan Korea serta Arab Saudi untuk penerbangan umrah.
NYIA diharapkan dapat mengurangi kepadatan penumpang di Bandara Adi Sutjipto. Maklum saja, Bandara Adi Sutjipto saat ini memiliki kapasitas 1,7 juta penumpang setahun. Namun, jumlah penumpangnya kian bertambah menjadi 8,4 juta per tahun. Saat ini Adisutjipto memiliki luas 15 ribu meter persegi, apron berkapasitas hanya 8 pesawat, dan runway sepanjang 2.250 meter.
Seminggu Sekali
Kembali ke soal Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Majalengka. Bandara ini telah dioperasikan sejak Mei 2018. Namun, tingkat keterisian penumpang (load factor) saat hari biasa (weekdays) masih berada pada kisaran 50%. Sedangkan akhir pekan (weekend) sekitar 70%.

Kertajati. Sumber : Tirto
Menurut Direktur Utama PT Bandarudara Internasional Jawa Barat Virda Dimas Ekaputra sepinya bandara ini akibat kurangnya sosialisasi. Padahal, jumlah penduduk di wilayah Cirebon, Majalengka, dan Kuningan, berada pada kisaran 15 juta orang. Jumlah penduduk itu sudah setara satu provinsi di daerah lain. "Ini yang masih menjadi tantangan," ujar Virda.
Apa yang dibilang Virda adalah kondisi akhir 2018. Kini, kondisi tak lebih lebih baik. Saking sepinya, penerbangan hanya beroperasi satu kali dalam seminggu. "Ya memang sepi, saya mengakui sepi. Jadi idealnya bandara kan aktivitas landing, take off-nya ada beberapa kali minimal lah. Tetapi di sini cuma seminggu sekali. Jadi ini tantangan yang luar biasa seperti itu dan kita akui sepi," ungkap Direktur Keuangan dan Umum BIJB Muhammad Singgih.
Sepinya bandara mulai terjadi sejak awal tahun 2019. Hal itu dikarenakan beberapa faktor, seperti kenaikan harga tiket hingga bagasi berbayar. Hal ini pun menyebabkan, rute yang beroperasi sebanyak 11 turun menjadi hanya satu, yakni Kertajati-Surabaya.
Awalnya, BIJB menargetkan jumlah penumpang sebanyak 2,7 juta penumpang. Pada 2018 jumlah penumpang baru mencapai 25 ribu penumpang saja. Kini jumlah itu kian menyusut.
Padahal bandara ini punya sejarah panjang. Gagasan pembangunan Kertajati karena jumlah penduduk Jawa Barat yang sudah menyentuh 37 juta di awal 2000-an. Sementara, Bandara Husein Sastranegara Bandung dinilai sudah sangat padat melayani transportasi udara. Lalu, Bandara Soekarno-Hatta yang semula masuk administrasi Jawa Barat beralih karena masuk dalam wilayah pemekaran Provinsi Banten.
Kertajati dipilih sebagai lokasi pembangunan bandara karena dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Barat, akan mempolarisasikan tiga kawasan metropolitan. Secara demografis, Majalengka dinilai merupakan titik temu perlintasan dari berbagai daerah pusat ekonomi seperti Bandung, Karawang dan Jakarta.
Berjarak sekitar 80 kilometer dari Bandung atau 180 kilometer dari Jakarta, Kertajati dianggap masuk dalam rencana strategis pemerintah mengembangkan potensi ekonomi di tiga kawasan Jawa Barat.
Tiga kawasan itu, pertama, Cirebon Raya meliputi Cirebon Raya, Majalengka, Kuningan, dan Indramayu atau dikenal Ciayumajakuning. Kedua, kawasan Bandung Raya dalam lingkup Kota dan Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang. Ketiga, kawasan Bodebekkapur yakni Kota dan Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta.
Selain itu, Kertajati nantinya diharapkan terhubung dengan Pelabuhan Patimban dan Pelabuhan Muarajai Cirebon. Kemudian, akan terhubung juga dengan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu).
Tadinya, Bandara Kertajati disebut-sebut akan menjadi bandara terbesar kedua setelah Bandara Soekarno-Hatta. Nyatanya, Kertajati malah sepi.
Melayani Angkutan Kargo
Nah, kini BIJB mencoba banting setir. Mulai Juni mendatang bandara ini akan melayani angkutan kargo. Saat ini, BIJB tengah mengevaluasi persiapan secara fisik dan non fisik.

KertaJati. Sumber : Lyceum
Airport Operation and Performance Group Head PT BIJB Agus Sugeng Widodo mengatakan BIJB telah membangun gudang kargo seluas 4.500 meter persegi. Gudang tersebut difungsikan untuk angkutan kargo domestik dan internasional.
Kini, dari 11 rute penerbangan yang sempat beroperasi di BIJB, tersisa satu rute penerbangan yakni Kertajati-Surabaya. Agus mengatakan BIJB tengah berupaya untuk memaksimalkan penerbangan melalui haji, umrah, dan kargo. "Kargo ini kita bahas dengan seluruh pengusaha dan pihak Bea Cukai. Nanti, Bea Cukai akan menginstruksikan pengusaha untuk menggunakan BIJB," ucap Agus.
Kini pihak BIJB tengah mencari formula untuk menjamin pelayanan angkutan kargo di BIJB lebih murah dibandingkan dengan Bandara Soekarno-Hatta. Menurut Agus, jarak dan harga yang terjangkau menjadi alasan pengusaha untuk menggunakan BIJB. "Detail perbandingannya belum ada. Tapi, kita jamin lebih murah. Ini sedang kita bahas. Bagian mana yang membuat harga tinggi, pasti kita turunkan. Kita akan bahas," ucapnya.
Semoga saja Bandara Kertajati seperti yang diangan-angankan, cepat ramai dan mengntungkan. Lebih-lebih lagi, jangan sampai NYIA mengalami nasib setragis Kertajati.