Ceknricek.com -- Sampai saat ini, vaksin COVID-19 yang berasal dari Sinovac sudah dalam tahap evaluasi uji klinis fase 3. Evaluasi tersebut dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI.
Berdasarkan aturan yang berlaku di Indonesia dan sesuai standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setelah lolos uji klinis fase 3, BPOM sudah bisa mengeluarkan emergency use authorization (EUA).
Uji klinis fase 3 juga menyertakan evaluasi terhadap efek samping khususnya vaksin COVID-19. Jika efek sampingnya tidak terlalu berbahaya maka bisa lanjutkan ke tahap produksi dan registrasi.
Holding BUMN farmasi, PT Bio Farma selaku produsen vaksin Sinovac di Indonesia menyatakan hingga sekarang, pihaknya masih terus melakukan pemantauan terhadap efek samping vaksin COVID-19.
Klik video untuk tahu lebih banyak - PSBB TRANSISI DKI JAKARTA DIPERPANJANG
Menurut Manajer Integrasi Proyek Riset dan Pengembangan Bio Farma, Neni Nurainy dalam webinar Jubir Presiden di Jakarta, Senin, (26/10/20) menyatakan, pemantauan efek samping vaksin COVID-19 dilakukan setelah pemberian vaksin kepada sejumlah relawan.
“Tidak ada satu obat pun yang sempurna sehingga pasti ada efek samping. Kita dalam uji klinis akan memonitoring kejadian ikutan pasca imunisasi,” katanya.
Neni lebih lanjut mengungkapkan apapun kejadian setelah vaksinasi, ada formulir yang harus diisi para relawan vaksin. Data tersebut dikumpulkan dan akan dianalisis.
“Jadi setelah 48 jam setelah vaksinasi akan dilihat reaksi lokal dan sistemnya kemudian selama 6 bulan tetap dipantau,” paparnya.
Terkait vaksin COVID-19 dari Sinovac, menurut Neni berdasarkan penelitian terhadap fase 1 dan fase 2 serta beberapa laporan dari fase 3 terdapat laporan muncul gejala umum seperti rasa sakit di tempat injeksi dan ada yang merasakan gejala demam dan pusing. Efek samping tersebut dalam laporan jumlahnya sangat sedikit.
Neni Nurainy menjelaskan pemantauan akan terus dilakukan terkait kejadian ikutan pasca-vaksinasi, dan akan diberikan informasinya kepada masyarakat.
Baca juga: Survei WHO Beberkan Sekitar 7,60 Persen Warga Indonesia Tolak Vaksinasi
Baca juga: Vaksin Bukan Satu-satunya Solusi Akhir Tangani COVID-19