Survei WHO Beberkan Sekitar 7,60 Persen Warga Indonesia Tolak Vaksinasi | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Ilustrasi Vaksin (Foto: Freepik)

Survei WHO Beberkan Sekitar 7,60 Persen Warga Indonesia Tolak Vaksinasi

Ceknricek.com -- Di tengah penantian proses vaksinasi COVID-19, temuan hasil survei Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF cukup mengejutkan.

Survei tersebut mengungkapkan sekitar 7,60 persen warga Indonesia menolak vaksinasi COVID-19. Temuan itu disampaikan Project Integration Manager of Research and Development Division PT Bio Farma Neni Nurainy dalam webinar di Jakarta, Senin, (26/10/20).

“Pertanyaan dari survei tersebut, jika pemerintah memberikan vaksin COVID-19, apakah Anda dan keluarga akan ikut imunisasi? Nah ada 7.60 persen menjawab tidak mau,” paparnya.

Meski 7,60 persen menolak vaksin, tapi tidak sedikit menyatakan menerima dan bersedia divaksin. Sebagian besar masyarakat yakni 64,81 persen mengaku setuju vaksinasi. Sementara 27,60 persen masyarakat menjawab tidak dan belum tahu.

Lebih lanjut Neni menjelaskan dari 7,60 persen warga yang tidak mau tersebut memiliki alasan yang berbeda-beda. Ada yang merasa tidak yakin dengan keamanan vaksin persentasenya mencapai 59,03 persen.

Selain itu, sekitar 43,17 persen masyarakat yang tolak vaksin lantana tidak yakin dengan efektivitas vaksin dan 24,20 persen takut efek samping. Sementara 26,04 persen tidak percaya vaksin.

Klik video untuk tahu lebih banyak - LIBUR PANJANG DI RUMAH SAJA!

Ditemukan juga dalam survei tersebut ada kelompok masyarakat yang menolak vaksin karena masalah agama, 15,97 persen dan alasan lain 31,24 persen.

Survei yang dilakukan pada 30 September itu menunjukkan perlu ada upaya komunikasi dan sosialisasi kepada masyarakat dari semua pemangku kepentingan.

“Pihak-pihak terkait perlu terus menerus memberikan penjelasan pentingnya vaksin,” jelas Neni.

Hal in penting karena dalam waktu dekat pemerintah segera melakukan vaksinasi. Perlu ada komunikasi yang intens kepada masyarakat terutama terhadap mereka yang menolak vaksin.

Neni Nurainy menyatakan vaksin hanya salah atu cara dari sejumlah upaya penanganan wabah dan bukan satu-satunya atau senjata pamungkas.

“Jadi manfaat vaksin, selain mengontrol kematian juga mencegah kecacatan dan komplikasi akibat penyakit,” ujarnya.

Ia mencontohkan, sebelum ini vaksin telah berhasil menyelamatkan nyawa manusia sekitar 2.7 juta karena campak, 2 juta dari bahaya tetanus dan 1 juta karena pertussis. Efektivitas vaksin menyebabkan terjadinya eradikasi dan tidak lagi penyakit tersebut di dunia.

“Pada intinya vaksin menimbulkan kekebalan pada individu, kelompok dan juga global,” pungkasnya.

Baca juga: Arus Mudik Libur Panjang, Sekitar 21,77 Persen Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Baca juga: Libur Panjang, Staycation di Rumah Aja Yuk



Berita Terkait