Ceknricek.com -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan berakhirnya peringatan tsunami di Ternate, Senin (8/7) pukul 00.09 WIB. Sebelumnya, BKMG mengeluarkan peringatan dini tsunami saat gempa berkekuatan 7 magnitudo mengguncang Ternate, Maluku Utara, Minggu (7/7) malam.
Guncangan gempa terasa hingga Sulawesi Utara. Setidaknya 8 daerah di Maluku Utara dan Sulawesi Utara merasakan gempa tersebut seperti Minahasa utara bagian selatan, Minahasa selatan bagian selatan, Bolaang Mongondow bagian selatan, serta Kota Bitung. Maluku Utara yang berpotensi gelombang tsunami yakni Halmahera, Kota Ternate, dan Kota Tidore. Seluruh wilayah tersebut dituliskan berstatus waspada.
Gempa magnitudo 7 itu terjadi Minggu (7/7) pukul 22.08 WIB. Pusat gempa berada di laut dengan koordinat 0,54 LU-126,19 BT atau 133 kilometer arah barat daya Ternate.

Sumber : BMKG
Semula, BMKG menyampaikan informasi kekuatan gempa magnitudo M 7,1. Namun, selang tiga menit data gempa dimutakhirkan menjadi M 7,0. BMKG menegaskan gempa yang mengguncang Ternate terjadi hanya satu kali, bukan dua kali.
"Magnitudo 7,1 informasi pertama, terus kami update jadi magnitudo 7,0, gempa satu kali aja, hasil update kita mutakhirkan," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono, saat dikonfirmasi, Minggu (7/7).
Rahmat juga menjelaskan, gempa itu berjenis gempa tektonik. BMKG mengeluarkan level waspada untuk kawasan Minahasa Selatan dan Minahasa Utara bagian Selatan.
BMKG mengatakan gempa M 7 di Ternate, Maluku Utara berjenis gempa dangkal yang diakibatkan tekanan pada lempeng mikro Halmahera.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat deformasi kerak bumi pada Lempeng Laut Maluku. Gempa ini memiliki mekanisme sesar naik (thrust fault) akibat adanya tekanan atau kompresi lempeng mikro Halmahera ke arah barat, dan tekanan lempeng mikro Sangihe ke arah timur," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kepada wartawan, Senin (8/7).

Sumber : BMKG
Dwikorita mengatakan, tekanan itu membuat lempeng laut Maluku terjepit hingga membentuk double subduction ke bawah Halmahera dan ke bawah Sangihe. Sedangkan getaran gempa paling kuat dirasakan di wilayah Bitung dan Manado. Sebanyak 19 kali gempa susulan terjadi setelah gempa tersebut.
"Hingga pukul 00.54 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 19 aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock," katanya.
Dwikora melanjutkan, di area pusat gempa terdapat gunung api bawah laut. Keberadaan gunung tersebut membuat kawasan rawan longsor yang mampu menimbulkan indikasi tsunami. Karena itu pihak BMKG akan melakukan pemantauan 24 jam selama 7 hari ke depan bersama PVMBG untuk memonitor perkembangan gempa susulan.
"Kita ketahui ada beberapa gunung api di dasar laut dan di situ juga terdapat batuan yang rapuh yang dikhawatirkan getaran gempa bumi berpotensi menimbulkan longsor bawah laut atau pun longsor lereng gunung api di sekitar episenter. Jadi pemantauan menunggu 2 jam ini sesuai SOP sangat penting dilakukan untuk meyakinkan bahwa benar-benar tak terjadi perubahan air laut yang mengindikasikan tsunami," terangnya.
Sejauh ini belum laporan kerusakan akibat gempa di Ternate. Pihak BPBD setempat masih melakukan patroli untuk menyisir ada-tidaknya kerusakan akibat gempa.