Cerita Warga Afghanistan Pencari Suaka Tinggal di Trotoar Kebon Sirih Jakarta | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto : AntaraNews.com

Cerita Warga Afghanistan Pencari Suaka Tinggal di Trotoar Kebon Sirih Jakarta

Ceknricek.com -- Warga Afghanistan yang mencari suaka ke Indonesia berniat tetap tinggal di trotoar Kebon Sirih, Jakarta Pusat, sampai mereka benar-benar mendapatkan kepastian berlindung dari Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).

"Karena kantor UNHCR di dekat sini, kami pindah ke sini, karena tinggal di tempat lama (Kalideres) sudah tidak boleh," kata salah seorang pencari suaka, Rahman Akhlaqi (18), di Jakarta, Kamis, (4/7).

Rahman bersama pencari suaka lainnya berharap UNHCR benar-benar memberikan jaminan perlindungan untuk bisa mengakhiri hidup di trotoar jalanan seperti yang dialaminya sekarang.

"Saya sudah tiga tahun di Indonesia, kalau di sini (Kebon Sirih) sudah lima hari, tinggal di dalam tenda," kata dia.

Pencari suaka lainnya, Abdulali Ashuri (49) menegaskan tidak ingin kembali ke tanah airnya karena perang yang berkepanjangan.

Selama perang di Afghanistan belum usai, Abdulali tetap akan bertahan dengan nasibnya sekarang, mencari suaka di negara yang dianggapnya bisa memberikan ketenangan hidup.

"Yang saya ingin hanya dapat perlindungan saja, tinggal seperti di Indonesia yang tenang, tidak pulang ke Afghanistan," ujarnya.

Sebelumnya, puluhan pengungsi yang kebanyakan berasal dari Afghanistan unjuk rasa di depan kantor perwakilan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi Pengungsi (UNHCR) di Jakarta, Rabu, (3/7).

Demo UNHCR. Sumber: GenPi

Mereka menuntut lembaga dunia tersebut segera menempatkan mereka ke negara ketiga karena sudah lama nasibnya terkatung-katung di Indonesia.

"Sudah tiga setengah tahun lebih saya terkatung-katung di Indonesia," ujar Mohamed Hussein, pengungsi asal Afghanistan, yang selama ini tinggal di kamp penampungan di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Ia bersama puluhan rekannya mendatangi kantor perwakilan UNHCR di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, untuk menyampaikan tuntutan tersebut.

"Kami butuh manajer (UNHCR) datang kemari. Kami butuh bicara. Kami butuh bicara di depan kamera," ujar seorang orator berkebangsaan Afghanistan di depan pintu gerbang Menara Ravindo yang merupakan tempat perwakilan UNHCR berkantor.



Berita Terkait