Ceknricek.com--“Kalau ingin viral dan menjadi terkenal, kuncinya hanya satu, yakni harus mau bekerja dan berkarya dengan konsisten!” begitu ujar Gusti Gina penulis buku “Mencari Saranjana” dalam acara Seminar yang diselenggarakan Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) 2023 bertajuk Cerita Viral Jaminan Box Office, di Jakarta 27 Oktober 2023.
Dalam seminar yang dihadiri lebih dari 100 pelajar dari beberapa Sekolah Menengah Kejuruan jurusan Perfilman dan Televisi di Jakarta ini, muncul pula narasumber lain yakni Johansyah Jumberan, sutradara film Saranjana : Kota Ghaib, yang baru rilis pada 26 Oktober 2023 di bioskop seluruh Indonesia.
Saranjana Membawa Berkah
Nama Gusti Gina menjadi viral dan dibicarakan di social media, setelah ia membuat konten di channel YouTube pribadinya yang bercerita tentang kota gaib Saranjana. Kota yang diyakini berada di bagian paling bawah Kalimantan Selatan. Saranjana dikenal sebagai kota tak kasat mata. Sebab, kota tersebut tidak tercatat di peta Indonesia. Keberadaannya hanya berdasarkan keyakinan masyarakat setempat.
Bagi mereka, Saranjana adalah kota gaib, tidak bisa dilihat oleh orang awam. Hanya orang-orang yang memiliki kemampuan mata batin yang bisa melihatnya. Diyakini, meskipun kota gaib, Saranjana merupakan kota yang maju dan modern.
“Meskipun saya menulis cerita horror, saya melakukan riset secara langsung dan melakukan penelusuran sampai ke desa terakhir yang diyakini sebagai gerbang menuju alam Saranjana. Desa itu bernama Desa Oka-Oka, kecamatan Pulau Laut Kelautan, kabupaten Kotabaru,” kata perempuan mungil, kelahiran Pantai Hambawang, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalsel, 28 April 1995 ini.
Tak disangka, konten vlog disukai para follower-nya. "Saat awal bikin, saya merasa sekedar mencoba bikin soal Saranjana, apa sih Saranjana? Tiba-tiba setelah upload, viewers jadi naik. Mendadaklah tayang lagi di YouTube sampai ber part-part,” kata Gina di tengah seminar dengan moderator Ady Prawira Riandy, wartawan Kompas.com.
Setelah viral dalam format vlog, Saranjana kemudian diangkat menjadi buku oleh Gagas Media. Dan rejeki Gina mengalir terus dari Saranjana, terbukti, kini ia menambah karier baru, dengan memasuki dunia akting lewat film Saranjana : Kota Ghaib yang disuradari Johansyah Jumberan. Naskah film ini ditulis Johansyah sendiri bersama Audy Harahap dan Aditya Mulya.
Viral = Kerja Keras
“Sebagai sebuah cerita, Saranjana adalah nama terkenal di Kalimantan,” kata Johansyah yang akrab dipanggil Jo. “Sejak lama saya ingin membuat filmnya. Dan naskah film ini berbeda dari tulisan Gusti Gina,".
Dalam versi film, Johansyah menceritakan petualangan sebuah band asal Jakarta bernama 'Signifikan' yang tengah mengadakan tur konser di Kota Baru, Kalimantan Selatan. Anggotanya ada Rendy, Dion, Vey, dan Shita. Tepat di tengah pelaksanaan tur, Shita, sang vokalis band, menghilang secara misterius.
Dan sebetulnya terlibatnya Gina yang penulis Saranjana lewat threat di X (Twitter) dan Gagas Media terjadi tanpa direncanakan. “Meskipun, sudah terkenal sebagai v-logger, untuk main di film saya, Gina wajib ikut casting!” kata Mas Jo.
Film Saranjana menurut Mas Jo bergenre science fiction, “Namun bisa disebut juga sebagai film horror, karena ada banyak unsur mistis dan petualangan. Hal-hal mistis diangkat dari cerita rakyat Kalimantan,"
“Kami syuting sepanjang 12 hari, beberapa hari di antaranya ada di lokasi syuting tanpa hotel dan makan seadanya. Ini bagian dari kerja keras karena bertanggung jawab pada sesuatu yang disebut viral!”
Menurut Jo, sebuah cerita menjadi viral harus siap menanggung beban berat. Ini dibuktikannnya ketika memfilmkan Saranjana. “Viral itu punya dua sisi seperti mata pisau. Bisa berarti positif, bisa pula negatif. Sebab, saking tenarnya sebuah cerita, penonton menginginkan sesuatu yang malah sering tak terbayangkan oleh sineas,” kata Mas Jo
Dan Jo menyebut, biasanya karena terlanjur terkenal, netizen dengan mudahnya melempar kritik. “Lewat social media, mereka bilang secara langsung, saya tidak pantas untuk menyutradarai film ini, hanya karena saya kurang terkenal!” ucap Jo sungguh-sungguh.
Untuk menghadapi hal ini, menurut Jo harus siap mental. “Viralnya sebuah cerita memang bisa membuat sebuah film bakal melejit jadi box office, atau justru jadi hujatan netizen!”
Menanggapi kritik semacam itu, “Anggap saja angin lewat. Kita tidak bisa menyenangkan dan memuaskan semua orang!” Siap mental itu kunci lain dari bekerja dan menjadi viral!” tukas Jo.
Satriyo Saputra peserta seminar dari SMKN 45 Jakarta Barat, menyebut diskusi yang digelar FFWI berjalan sangat menarik. “Ternyata, untuk bisa viral dan terkenal, kuncinya bukan hanya konsisten tetapi juga harus tahan banting dan tidak mudah menyerah. Pernyataan dua narasumber hari ini sangat menginspirasi saya,” kata siswa SMK 45 yang bercita-cita jadi sutradara itu.
Editor: Ariful Hakim