Daun Dewa Pereda Gatal Dibudidayakan di Bantaran Ciliwung | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Antara

Daun Dewa Pereda Gatal Dibudidayakan di Bantaran Ciliwung

Ceknricek.com -- Mungkin banyak yang belum mengetahui, di bantaran Sungai Ciliwung tumbuh salah satu daun yang berkhasiat menghilangkan gatal di kulit. Namanya daun dewa. Karena khasiatnya itu, warga bantaran Sungai Ciliwung di RW 11 Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, mulai membudidayakannya.

Menurut Ketua RW 11 Bukit Duri, Muhammad Siroj, Minggu (24/11), kegiatan itu dirintis karena kawasan setempat masuk dalam zona rawan banjir sehingga membuat sebagian warganya sering terkena penyakit gatal kulit.

Daun dewa yang memiliki nama latin "gynura procumbens" diserahkan lewat bantuan Yayasan Insipirasi Indonesia Membangun dan PT Insight, total 1.000 bibit yang dicampur dengan jenis tanaman lain apotek hidup.

Siroj mengatakan, daun dewa akan ditanam di sisi Jalan Inspeksi Ciliwung sepanjang 300 meter untuk dibudidayakan sekitar 800 kepala keluarga setempat.

Pakar tanaman dari divisi kerja Bidang Tanaman Trubus Agribisnis, Gunadi mengungkapkan, daun dewa memiliki khasiat meredakan gatal di kulit sebagai obat herbal. "Daunnya dikeringkan lalu ditumbuk, dibalur ke kulit yang gatal," katanya.

Baca Juga: 5 Manfaat Daun Binahong untuk Kesehatan

Pria yang sudah bekerja selama 23 tahun di Trubus itu juga berbagi tips membudidayakan tanaman, yang dalam bahasa Melayu disebut sambung nyawa itu.

Penyiraman air dalam satu pot ukuran 30 sentimeter butuh satu liter air setiap pagi atau sore.

"Media tanamnya dicampur sekam bakar, sekam mentah dan pupuk kandang. Medianya juga harus ada poros karena akarnya serabut. Kalau tidak pakai porositas bisa buntet dan mati," katanya.

Pemupukan menggunakan jenis NPK. NPK adalah pupuk majemuk yang mengandung unsur hara N (Nitrogen), P (Phospat) dan K (Kalium) 

"Kalau pupuk kimia dikit aja kasihnya, sekitar satu sendok teh dua pekan sekali. Habis dipupuk siram," ujarnya.

Tanaman Produktif

Selain daun dewa, sejumlah warga juga berhasil mengolah lahan kritis yang ada di bantaran Sungai Ciliwung, Jakarta, menjadi kawasan pertanian produktif yang mampu menghasilkan aneka jenis sayuran.

"Ada sosin, bayam, kangkung, sawi bahkan cabai," kata Giman, salah seorang warga yang mengolah lahan kritis Sungai Ciliwung.

Dia menceritakan bahwa sampah plastik dan kain bekas adalah musuh utama yang harus dihadapi saat mengolah lahan kritis tersebut.

"Saya butuh waktu dua bulan untuk membersihkan lahan dari sampah plastik dan kain. Kalau enggak dibersihkan, sayuran enggak akan tumbuh karena tanah terhalang sampah," ujarnya.

Daun Dewa Pereda Gatal Dibudidayakan di Bantaran Ciliwung
Sumber: Antara

Di lahan bedeng seluas sekitar 100 meter persegi itu tumbuh sayur bayam, sosin, kangkung dan cabai yang dipanen satu sampai dua kali dalam sepekan. "Jualnya nanti ke pasar Inpres Kebun Melati. Dari lahan kritis ini bisa dapat Rp1 juta sebulan, itu penghasilan bersih," tuturnya.

Saat musim kemarau, lahan pertanian itu hanya mendapat pasokan air dari Sungai Ciliwung yang notabene hitam dan bau akibat limbah. Giman menyiram sayurannya saat luberan air datang mendorong limbah sungai.

"Saya siram malam hari, sehabis Isya, karena ada luberan air dari hulu yang membuat sungai cenderung bersih. Siramnya dua kali sehari, pagi dan malam," jelas pria yang bekerja sebagai kontraktor bangunan tersebut.

Lebih lanjut Giman menuturkan, dengan adanya kebun sayuran di bantara Sungai Ciliwung menyuguhkan pemandangan yang menarik.

"Pihak kelurahan bilang akan bantu penyediaan bibit dan meminta saya mengolah lahan baru di dekat pintu air," ucapnya.

Sementara itu, Slamet, warga lain, menanam sayuran untuk mencukupi kebutuhan hidup dan rumah tangga. Dia menanam sayuran di atas lahan kritis bantaran Sungai Ciliwung. "Sebagian (hasil panen) dijual dan sebagian lagi dimakan," ujarnya.

BACA JUGA: Cek BREAKING NEWS, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait