Oleh Redaksi Ceknricek.com
02/05/2020, 19:41 WIB
Ceknricek.com -- Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Din Syamsuddin mengatakan persaudaraan kemanusiaan menjadi sebuah solusi karena umat manusia sudah terkotak-kotak pada egosentrisme, baik atas dasar agama, ras, etnik, maupun kepentingan ekonomi dan politik.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam konferensi bertema Al-Ukhuwwah al-Insaniyah li Ta’ziz al-Silm wa al-Amni al-‘Alamy atau Human Brotherhood for the Enhancement of Peace and Security di Zagreb, Kroasia, Selasa (4/2)-Rabu (5/2).
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (5/2), Din mengatakan disrupsi besar yang dialami dunia dewasa ini harus segera ditanggulangi bersama. Menurut Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta itu, kerusakan global akumulatif yang diciptakannya bersifat struktural dan sistemik, jika tidak ditanggulangi secara sistemik atau kesisteman maka akan membawa dampak sistemik terhadap kerusakan peradaban.
Sumber: Antara
Din yang minggu lalu berpidato pada Konferensi Al-Azhar di Kairo, menyodorkan solusi, selain perlu adanya Sistem Dunia Baru yang menekankan Jalan Tengah (Wasathiyah), perlu juga dasar pijak kehidupan umat manusia pada persaudaraan kemanusiaan.
Baca Juga: Din Syamsuddin Paparkan Peran Pembaruan Ormas Islam Indonesia di Mesir
Percakapan dalam konferensi berpusat pada perspektif teologis dari masing-masing agama tentang persaudaraan kemanusiaan, yakni bahwa umat manusia sejatinya bersaudara, maka perlu dikembangkan persaudaraan kemanusiaan.
Sumber: PWNU
Dalam kaitan itu, Din menegaskan kesadaran akan persaudaraan kemanusiaan itu meniscayakan adanya rasa kasih sayang (tarahum) yang melintasi tapal batas primordial seperti agama, ras, bangsa dan suku-bangsa.
Tarahum perlu berlanjut pada taaruf yakni saling memahami dan menghormati, yang kemudian mendorong adanya ta’awun atau kerja sama, dan paling tinggi dapat mengambil bentuk tadhamun yaitu saling melindungi, kata Din.
Sayang, menurut Din, ajaran-ajaran agama yang luhur dan agung ini mudah dikatakan tapi susah dilaksanakan.
Piagam Persaudaraan Kemanusiaan
Din sejak Selasa (4/2) berada di Zagreb, Kroasia, untuk menghadiri konferensi bertema Al-Ukhuwwah al-Insaniyah li Ta’ziz al-Silm wa al-Amni al-‘Alamy (Human Brotherhood for the Enhancement of Peace and Security).
Konferensi itu diselenggarakan bersama Rabithah al-‘Alam al-Islami (Muslim World League atau Liga Islam Sedunia) dan Meshihat of Islamic Community in Croatia. Ia mengatakan, Piagam Persaudaraan Kemanusiaan yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Syaikh Al-Azhar Ahmad Al-Thayyib di Abu Dhabi pada 4 Februari 2019 patut diperingati.
Sumber: Hidayatullah
Menurut Din, peristiwa tersebut memang mengandung makna historis, monumental dan simbolik besar. Tidak hanya ditandatangani oleh dua lembaga keagamaan tinggi, Vatikan dan Al-Azhar, tapi juga dua komunitas agama besar, Islam dan Katolik. Din mengatakan, piagam itu bukan hanya ditandatangani dan diperingati tapi perlu diamalkan dalam kehidupan nyata.
Konferensi bertema Al-Ukhuwwah al-Insaniyah li Ta’ziz al-Silm wa al-Amni al-‘Alamy berlangsung dua hari tersebut dihadiri sekitar 200 tokoh Muslim serta Kristen dan Yahudi dari mancanegara.
Konferensi dibuka oleh Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarovic. Hadir pula Perdana Menteri Kroasia Andrej Plenkovic, Presiden Parlemen Kroasia, Walikota Zagreb dan Sekjen Liga Islam Sedunia Dr Abd al-Karim al-‘Isa.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar