Ceknricek.com -- Keberhasilan Pfizer mengembangkan vaksin COVID-19 menghidupkan optimisme masyarakat dunia dalam perang melawan wabah corona.
Vaksin yang dikembangkan dengan metode mRNA itu oleh sejumlah pakar dan kalangan kesehatan dinilai efektif dan cocok. Bahkan raksasa farmasi Amerika Serikat itu mengklaim vaksinnya tingkat kemanjurannya mencapai lebih dari 90 persen.
Menanggapi hal itu, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 melalui Juru Bicara Satgas Wiku Adisasmito menyatakan Indonesia terbuka terhadap vaksin yang cocok dan efektif.
Dalam webinar Media Center Satgas di Graha BNPB Jakarta, Kamis, (12/11/20) Wiku mengungkapkan pemerintah Indonesia pada prinsipnya terbuka untuk setiap vaksin asalkan aman bagi masyarakat.
“Pada prinsipnya, pemerintah Indonesia terbuka dengan kandidat vaksin yang cocok dan efektif. Namun, juga tetap harus mempertimbangkan berbagai aspek pendukung, aspek kandidat vaksin tersebut,” paparnya.
Klik video untuk tahu lebih banyak - SOSIALISASI 3M DARI SURYOPRATOMO
Seperti diketahui, baru-baru ini berdasarkan analisis sementara terhadap vaksin COVID-19 yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech menunjukkan tingkat efektivitasnya mencapai 90 persen.
Lebih lanjut, Wiku menjelaskan untuk bisa berhasil menangani pandemi COVID-19 tidak bisa hanya mengandalkan vaksin saja. Perlu ada sinergi antara pemerintah, masyarakat, swasta, hingga lembaga internasional.
“Kolaborasi ini, nantinya akan semakin meningkatkan efektivitas,” tambahnya.
Pertimbangan efektivitas inilah yang melatari sikap pemerintah terhadap vaksin buatan Pfizer. Klaim Pfizer terhadap efektivitas vaksin didasarkan pada hasil uji klinis fase 3 secara massal terhadap 43.538 relawan dengan lebih dari 90 persen.
Sementara berdasarkan ketentuan badan pengawas makanan dan obat Amerika Serikat (FDA) batas minimum efektivitas vaksin yakni 50 persen. Penelitian Pfizer menjadikannya kandidat pertama vaksin COVID-19 yang melewati batas efektivitas yang ditetapkan FDA.
Meski demikian, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) vaksin yang menggunakan teknologi mRNA sintetis itu harus disimpan dalam kondisi suhu minus 70 derajat Celsius. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi negara-negara di Asia dan Afrika dalam pendistribusian vaksin tersebut.
Baca juga: Satgas Minta Masyarakat Cermat Pilah Informasi Terkait Vaksin Covid-19
Baca juga: Khasiatnya Capai 90 Persen, Pemerintah Pertimbangan Beli Vaksin Pfizer