Ceknricek.com -- Jauh sebelum Barack Obama berhasil terpilih sebagai Presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat, Negeri Paman Sam pernah berada di periode yang sangat kental dengan isu rasialisme. Mereka yang berasal dari golongan kulit putih, memisahkan diri dengan para orang-orang Afro-Amerika atau yang dikenal dengan sistem segregasi.
Padahal kontribusi para masyarakat kulit hitam untuk negara juga tak bisa dianggap sebelah mata. Beberapa diantaranya berjuang angkat senjata di Perang Dunia. Ada juga yang berjuang melalui jalur olahraga seperti petinju kelas berat Joe Louis atau pelari Jesse Owens. Tak hanya itu, jalur seni pun juga menjadi saluran perjuangan mereka, guna membuktikan bahwa mereka masyarakat kelas dua juga bisa berkarya seperti mereka golongan kaum putih.
Salah satu dari para pejuang seni itu ialah Dorothy Dandridge. Jika seniornya, Hattie McDaniel berhasil menjadi wanita afro pertama yang memenangi Academy Awards sebagai pemeran pembantu wanita terbaik (Best Actress in a Supporting Role) di tahun 1939 untuk film Gone with the Wind, maka Dorothy Dandridge ialah wanita afro pertama yang masuk nominasi pemeran utama terbaik (Best Actress in a Leading Role) Academy Awards 1954.
Sumber: Alamy
Ialah Camren Jones (1954) yang mengantarkan dirinya meraih nominasi Oscar tersebut. Sayang, dirinya akhirnya harus kalah dari si cantik Grace Kelly, yang berperan dalam film The Country Girl (1954). Terlepas dari totalitas seni peran yang disajikan oleh Kelly, hingga saat ini banyak pula yang menyebut kekalahan Dandridge ialah karena isu rasialisme yang kental di industri Hollywood itu, khususnya terhadap para aktor/aktris kulit hitam.
Lahir di Ohio, 9 November 1922 darah seni Dandridge datang dari sang ibu Ruby Dandridge. Sementara ayahnya Cyril Dandridge ialah tukang lemari yang berpisah dengan ibunya sebelum Dorothy lahir. Bersama dengan kakaknya, Vivian, Dorothy tergabung dalam grup tari dan lagu The Wonder Children, yang dibentuk ibunya dengan manajer Geneva Williams.
Grup ini akhirnya berubah menjadi The Dandridge Sisters di tahun 1934, dimana Vivian dan Dorothy bergabung dengan teman sekolahnya, Etta Jones. Grup ini aktif hingga mengeluarkan rekaman di tahun 1939 dan 1940. Di luar dunia tarik suara, Dorothy juga terlibat di beberapa film berbujet rendah seperti Four Shall Die (1940), Lady From Lousiana (1941), hingga Sundown (1941).
Dorothy sendiri memiliki prinsip untuk tidak mengambil peran sebagai pelayan, yang merupakan pandangan stereotip untuk kaum kulit hitam saat itu. Dorothy menyadari bahwa persaingan di industri Hollywood bukanlah jalan yang mudah, lantaran isu rasialisme terkait warna kulit saat itu. Namun dirinya terus berjuang, mewujudkan impiannya dan mengangkat moral kaumnya.
Sumber: Gettyimages
Nama Dorothy mulai diperhitungkan usai membintangi film MGM, Bright Road (1953). Saat itu film ini memang mendapat respon kurang positif dari para kritikus. Namun aksi Dorothy yang menjadi Jane Richards, seorang guru di kawasan rural Alabama menjadi salah satu yang dikenang. Setahun berikutnya, dirinya kembali mendapat peran utama yakni sebagai Carmen Jones, di film dengan judul yang sama.
Mengangkat latar waktu Perang Dunia II, film ini sukses memenangi Golden Globe untuk kategori film Musikal atau Komedi terbaik. Sementara Dorothy Dandridge sendiri meraih nominasi Oscar untuk pemeran wanita utama terbaik, yang mengantarkan dirinya sebagai wanita afro pertama peraih kategori itu.
Wanita Simpanan dan Kematian
Film itu juga yang membuat dirinya terlibat kisah cinta dengan sang sutradara, Otto Preminger selama sekitar empat tahun. Sebelumnya, Dandridge pernah menikah dengan penari Harold Nicholas, namun bercerai pada 1951. Preminger sendiri di tahun 1951-1959 masih berstatus sebagai suami dari Mary Gardner.
Perselingkuhannya dengan Dandridge sebenarnya membuat Dandridge hamil, namun dipaksa digugurkan oleh pihak studio. Keduanya mengakhir skandal perselingkuhan itu setelah Dandridge menyadari Preminger tak ingin meninggalkan istrinya.
Sumber: Gettyimages
Baca Juga: Marie Antoinette, Akhir Tragis Sang Ratu Hura-hura
Dandridge akhirnya menikah lagi dengan Jack Denison, pria kulit putih yang merupakan pengusaha restoran. Asal tahu saja, pernikahan campur ras saat itu menjadi salah satu hal yang cukup tabu di tengah masyarakat, yang membuat dirinya kembali merasa tertekan. Ditambah lagi sikap keras dan emosional dari Denison, yang membuat dirinya menjadi korban KDRT saat itu.
Denison pula yang akhirnya mengantarkan Dandridge ke permasalahan keuangan karena dirinya ditipu oleh pengelola keuangannya. Keduanya berpisah di tahun 1962. Dandridge juga terpaksa menjual rumah kesayangannya di Hollywood untuk membiayai pengobatan anaknya Harolyn Suzanne Nicholas, hasil pernikahan pertamanya yang menderita kerusakan otak karena proses persalinan.
Dandridge akhirnya ditemukan tewas tak berbusana di kamar mandi pada 8 September 1965. Jasadnya ditemukan oleh sang manajer, Earl Mills yang sebelumnya sempat mengajak Dandridge kembali ke New York untuk menata kembali sisa kariernya.
Sumber: Scoopnest.com
Hasil autopsi lembaga patologi Los Angeles menyatakan ia meninggal akibat overdosis Imipramine, obat anti depresi yang ia konsumsi. Sementara Kantor Peneliti Wilayah Los Angeles menyimpulkan bahwa ia meninggal karena emboli lemak akibat patah tulang kaki kanan yang terjadi lima hari sebelumnya.
Dandridge dikremasi 12 September 1965, melalui upacara pribadi di Little Chapel of the Flowers. Abunya dimakamkan di Mausoleum Kebebasan di Forest Lawn Memorial Park.
Setelah akhir blaxploitation sekitar tahun 1980, bintang-bintang kulit hitam seperti Cicely Tyson, Jada Pinkett Smith, Halle Berry, Janet Jackson, Whitney Houston, Kimberly Elise, Loretta Devine, Tasha Smith, dan Angela Bassett mengakui kontribusi Dandridge terhadap citra orang kulit hitam dalam film Amerika.
Halle Berry sendiri akhirnya menjadi wanita kulit hitam pertama yang memenangi Piala Oscar untuk kategori pemeran utama wanita terbaik di tahun 2001 untuk film Monster's Ball. Gelar itu menjadi satu-satunya Academy Awards yang dimenangkan oleh aktris Afro Amerika hingga saat ini.
BACA JUGA: Cek FILM & MUSIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini
Editor: Farid R Iskandar