Gerhana Matahari Dalam Perspektif Berbagai Agama | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Istimewa

Gerhana Matahari Dalam Perspektif Berbagai Agama

Ceknricek.com--Banyak orang, terutama di Amerika Utara, yang seakan sudah tidak sabar menantikan gerhana mata hari yang diprakirakan bakalan terjadi hari Senin ini waktu Amerika (bertepatan dengan Selasa esok WIB).

Dan berbagai tulisan telah diterbitkan sejumlah media mancanegara tentang peristiwa alamiah ini dari perspektif alias pemahaman berbagai agama, termasuk Islam.

Bagi umat Islam, gerhana mata hari, selalu dikaitkan dengan tanggapan Rasulullah (saw) tentang fenomena  alam.

Diriwayatkan secara sahih bahwa wafatnya putera Rasulullah (saw), Ibrahim, pada usia 18 bulan, dari istri beliau Mariyya bint Sham’un atau Mariyyah al-Qibtiyyah  terjadi bersamaan dengan gerhana mata hari.

Mengingat betapa sayangnya Rasulullah (saw) pada putranya itu, maka banyaklah sahabat yang boleh-jadi ingin menghibur beliau (saw) dengan mengatakan bahwa begitu agungnya almarhum Ibrahim, hingga alam pun ikut berkabung dengan kepergiannya ke alam baqa.

Pandangan ini langsung dikoreksi oleh Rasul (saw) yang mengatakan “gerhana adalah fenomena alam” dan mengingatkan agar jangan dikait-kaitkan dengan takhayul.

Sebaliknya Rasul (saw) mengajak para sahabat untuk melaksanakan salat berjema’ah dua raka’at tanpa azan dan qamat. Ada riwayat yang mengatakan dalam salat sunnah gerhana ummul kitab Al Fatihah dibaca dua kali dalam tiap-tiap raka’at. Salat ini antara lain merupakan bentuk rasa takjub akan kebesaran Allah (swt).

Seorang pakar asal Inggris, William Montgomery Watt (14 Maret 1909 – 24Oktober2006), yang punya keahlian dalam bidang sejarah dan berprofesi sebagai pendeta Gereja Anglican, diriwayatkan pernah menyatakan kekagumannya pada Nabi Muhammad (saw). Ketika ditanya kenapa ia kagum, jawabnya: “Oleh para sahabatnya beliau hendak dianugerahi kedudukan istimewa begitu rupa hingga alam pun ikut berkabung (dengan terjadinya gerhana mata hari) ketika puteranya wafat, dan ia menolaknya. Mau diberi gelar sakti, beliau menolak.”

Menurut penelusuran kantor berita Associated Press, berbagai agama punya versi atau perspektif masing-masing berkenaan dengan gerhana.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam sejarah memang gerhana punya dampak yang cukup mendalam terhadap para pemeluk berbagai agama.

Akan halnya Umat Islam, mereka, katanya, berkiblat pada apa yang diterangkan Nabi Muhammad (saw) berkenaan dengan gerhana.

Dalam agama-agama lain, ada perspektif yang menyebutkan, misalnya, gerhana adalah pesan dari Tuhan, hingga membuat sementara umat merasa seram atau takjub.

Dalam agama Buddha (Tibet), fenomena gerhana ditanggapi dengan mengumandangkan mantra-mantra dan sutra-sutra.

Menurut ulasan kantor berita AP, ada umat Kristiani yang percaya bahwa gerhana merupakan isyarat akan turunnya kembali Yesus Kristus ke bumi sebagaimana termuat dalam nubuat dalam Bible.

Salah satu ayat dalam Bible (Lukas 23:44) berbunyi:

“Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapak, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.” (Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta 1991).

Sesuai fenomena alam kejadian gerhana mata hari rata-rata berlangsung tidak sampai lima menit. Dalam agama Hindu, gerhana diuraikan sebagai pertarungan antara kebaikan (devas) dan kejahatan (asuras).

Dalam Kitab Suci Umat Yahudi – Talmud – gerhana disebut sebagai pertanda tidak baik untuk dunia.

Menurut seorang pendeta Yahudi, Rabbi Menachem Posner, “Tuhan menciptakan suatu sistem yang menyadarkan manusia bahwa pilihan-pilihan kita dapat menimbulkan kegelapan, bahkan pada saat cahaya seharusnya ada.”

Lalu pada dasarnya berapa lama umumnya sesuatu gerhana rata-rata berlangsung?

Menurut Badan Aeronotika Amerika (NASA), gerhana surya total dapat berlangsung antara 10 detik sampai sekitar 7,5 menit. Gerhana surya total terlama diprakirakan akan terjadi pada tanggal 16 Juli 2186. Lamanya? 7-menit 29 detik! Wallahu a’lam.


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait