Oleh Redaksi Ceknricek.com
07/09/2024, 19:02 WIB
Ceknricek.com-- Imam Upayanto, seorang guru Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Banjarnegara, tepatnya di daerah Wanayasa, Jawa Tengah mendirikan Metaverse Global Academy (MGA) bersama produser Bimo Maxim.
Imam sendiri diluar tugasnya sebagai pengajar, ia juga seorang advertiser yang berfokus di facebook ads. Profesi di bidang metaverse ini, pengakuannya, baru dijalankan pada malam hari dan pagi hari sebelum berangkat mengajar di sekolah jika.
Imam mulai menggeluti Metaverse sejak 6 tahun yang lalu. Saat itu, tahun 2017 ketika sedang menempuh studi S2 ia membuat beberapa konsep metaverse untuk tesis. Selain itu beberapa sudah bisa ia buat sendiri saat ini.
“Namun, pemicu awal ketertarikan saya adalah karena di tahun tersebut pertama kalinya saya mengenal teknologi blokchain seperi Bitcoin. Dari situ saya mulai tertarik mempelajari metaverse secara otodidak lewat youtube,” kata Imam.
Setelah melihat bagaimana teknologi metaverse dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, disaat itulah Imam ingin membawa teknologi tersebut agar mampu digunakan oleh siswa di masa depan.
Dia ingin membangun sebuah metaverse untuk pendidikan yang dapat diakses oleh semua orang, dimana nantinya memberikan berbagai kemudahan dan solusi atas beberapa keterbatasan pendidikan saat ini.
Imam mengatakan, sebagai warga negara Indonesia ia ingin memberikan persembahan untuk bangsa ini. Ia berharap bangsa ini dapat menjadi yang terdepan sebagai pengembang metaverse khususnya di bidang pendidikan, tidak lagi hanya menjadi konsumen ataupun pengikut negara lain.
Tidak tanggung tanggung, dari ketekunannya mempelajari metaverse, Imam sempat menjadi pemenang penghargaan Nasional produk metaverse dari Dirjen Dikti (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi).
“Awal kompetisi ini saya sempat ragu karena ajang nasional dan juga metaverse merupakan teknologi baru. Namun dengan bekal menjadi salah satu pemenang membuat saya optimis untuk mencoba,” katanya.
Kesuksesan yang diraih, menurut Imam, tak lepas dari doa istri yang bergabung di dalam tim. "Alhamdulillah. Akhirnya saya juga menjadi sebagai salah satu pemenang di ajang metaverse tersebut dan jadi wakil Indonesia. Saya harap langkah ini bisa menjadi jalan pembuka bagi pengembangan metaverse di negara ini kedepannya,” ujar Imam.
Imam menyebut, tantangan utama dalam membangun MGA ini adalah karena harus beradaptasi mengembangkan hal baru karena melihat peserta lain lebih bagus. Namun, hal ini juga menjadi kesempatan untuk belajar dan semakin membawa MGA ini menjadi lebih baik.
“Saya sadar MGA yang sekarang masih terbatas, sehingga butuh banyak referensi untuk menyempurnakannya,” ungkapnya.
Targetnya adalah menjadi platform belajar berbasis metaverse yang dipilih oleh masyarakat di Indonesia maupun Internasional. Sebuah platform yang memberikan kemudahan belajar yang personal dan menyenangkan. Selain itu membawa nama Indonesia sebagai pemimpin inovasi teknologi ini.
“Saya berharap agar MGA ini menjadi awal kolaborasi antara pengembang teknologi dan pakar pendidikan di Indonesia. Kerjasama inilah yang nantinya digunakan tidak hanya untuk menyusul ketertinggalan kualitas pendidikan kita dari negara lain, namun juga sebagai standar pendidikan masa depan yang diakui secara internasional,” tutupnya.
Metaverse sendiri adalah sebuah penggabungan dunia maya dengan dunia nyata. Dimana, nantinya teknologi masa depan seperti VR (Virtual Reality), AR (Augmented Reality), Blockchain, AI (Artificial Intelegence), serta Jaringan internet 5G akan menjadi pemicu utama lahirnya era metaverse ini.
Editor: Ariful Hakim