Holding BUMN Pertambangan Butuh Dirut yang Berkomitmen | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Antaranews

Holding BUMN Pertambangan Butuh Dirut yang Berkomitmen

Ceknricek.com -- PT Bukit Asam Tbk. merasakan manfaat dari dibentuknya perusahaan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertambangan. Salah satunya ialah efisiensi yang sangat bermanfaat, khususnya di saat fluktuasi harga komoditas global, termasuk batu bara itu sendiri.

“Sejauh ini keberadaan holding pertambangan untuk Bukit Asam sangat positif. Kita bisa melakukan efisiensi di banyak hal dengan keberadaan holding ini," kata Direktur Utama Bukit Asam, Avriyan Arifin usai memaparkan kinerja semester III perusahaan di Jakarta, Senin (28/10) seperti dilansir Antara.

Sekadar informasi, holding BUMN industri pertambangan itu terbentuk pada tahun 2017, dengan Inalum menjadi perusahaan induknya dan beranggotakan PT Timah, PT Bukit Asam, dan PT Aneka Tambang (Antam). Hal ini diatur oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2017 tentang Penambahan Penyertaan modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham PT Inalum (Persero).

Salah satu tujuan dari dibentuknya holding ini ialah menjadikan industri pertambangan Indonesia bisa bersaing dan setara dengan perusahaan-perusahaan besar sejenis di dunia. Selain itu, pembentukan holding ini juga diharapkan bisa meningkatkan kapasitas usaha dan pendanaan, pengelolaan sumber daya alam mineral dan batubara, peningkatan nilai tambah melalui hilirisasi dan meningkatkan kandungan lokal, serta efisiensi biaya dari sinergi yang dilakukan.

Saat ini, Menteri BUMN Erick Tohir sedang mencari pengganti Dirut Inalum yang baru, usai Dirut sebelumnya, Budi Gunadi Sadikin diangkat sebagai Wakil Menteri BUMN I. Avriyan Arifin berharap siapaun yang memimpin Inalum nanti, haruslah sosok yang berkomitmen. Pasalnya, tantangan di industri pertambangan cukup besar, dan tidak bisa hanya bergantung pada penjualan bahan baku.

Sumber: Antaranews

Baca Juga: Usulan ke Menteri BUMN 

“Saya yakin nanti bapak Menteri BUMN akan menunjuk sosok yang mengerti tentang sektor pertambangan ini, sehingga harapan dari pemerintah khususnya bapak Presiden Jokowi mengenai hilirisasi bisa kita laksanakan dengan baik," kata Avriyan Arifin.

Efisiensi Biaya Produksi

Asal tahu saja, salah satu tantangan terbesar di industri batu bara saat ini adalah menurunnya harga batu bara global. Sekadar informasi, sampai dengan September 2019, harga jual rata-rata batu bara secara global turun sebesar 7,8 persen menjadi Rp775.675 per ton dari Rp841.655 per ton dibandingkan harga tahun sebelumnya.

Harga acuan batu bara pada indeks Newcastle (GAR 6322 kkal per kg) pada September 2019 ialah sebesar US$81,3 per ton, turun hampir 25 persen dari harga di September 2018 sebesar US$108,3 per ton. Hal serupa juga terjadi pada harga acuan indeks harga batu bara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index/ ICI) GAR 5000 yang melemah 21 persen daru US$64,5 per ton pada September 2018 menjadi rata-rata US$50,8 per ton di September 2019.

Sumber: PTBA

Penurunan harga batu bara ini membuat pendapatan perusahaan hanya naik tipis menjadi Rp16,25 triliun pada kuartal III 2019, naik hanya Rp219 miliar atau sekitar 1,36 persen dari nilai pendapatan perusahaan di periode sama setahun sebelumnya. Adapun beban perusahaan meningkat 13 persen menjadi Rp10,55 triliun yang membuat laba periode berjalan perusahaan turun menjadi hanya Rp 3,13 triliun, turun Rp869 miliar atau sekitar 21,76 persen dari laba di kuartal III 2018.

Jika dibedah lebih lanjut, beban biaya perusahaan dengan kode saham PTBA itu paling besar adalah biaya penambangan sekitar 40 hingga 50 persen. Berikutnya ialah biaya transportasi logistik. Mau tidak mau, disaat harga batu bara anjlok, maka strategi perusahan untuk bisa menghasilkan laba ialah melakukan efisiensi terhadap dua beban biaya tersebut.

"Kita memang harus meningkatkan efisiensi, tidak ada cara lain. Bagaimana kita melakukan efisiensi secara terus menerus dan konsisten, saya yakin itu bisa kita lakukan," kata Avriyan Arifin.

BACA JUGA: Cek  AKTIVITAS PRESIDEN, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini. 


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait