Oleh Redaksi Ceknricek.com
02/01/2020, 9:33 WIB
Ceknricek.com - PT Pertamina (Persero) kembali menurunkan harga Bahan Bakar Khusus (BBK) seperti Pertamax.
Dikutip dari laman resmi Pertamina, Sabtu (1/2), penurunan harga BBM Umum itu tertuang dalam Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM 187K/10/MEM/2019.
Keputusan itu berisi tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.
Harga BBK biasanya berbeda-beda di tiap daerah karena dipengaruhi oleh besaran Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) di masing-masing daerah. Untuk itu, penurunan harga pun akan berbeda-beda di masing-masing daerah.
Untuk wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, harga Pertamax mengalami penurunan dari dari Rp 9.200 menjadi Rp 9.000 per liter.
Pertamax Turbo turun menjadi Rp9.850 per liter dari Rp9.900. Ada pun solar non subsidi turun Rp100 menjadi Rp9.300 per liter.
Sementara harga BBM yang tidak mengalami penurunan sejak tanggal 5 Januari 2020, adalah Pertalite tetap Rp7.650, Pertamax Racing Rp42.000, Dexlite Rp9.500, dan Pertamina Dex tetap Rp10.200 per liter.
Baca juga: Pertamina Luncurkan 'Berbagi Berkah MyPertamina 2020'
Pada awal Januari 2020 lalu, Pertamina juga menurunkan harga BBM umum jenis Pertamax series dan Dex series
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyebutkan, penyesuaian harga BBM Umum tersebut merupakan aksi korporasi yang mengacu pada ketentuan yang berlaku yang ditetapkan oleh pemerintah.
Penyesuaian harga tersebut berlaku di seluruh Indonesia mulai 5 Januari 2020 pukul 00.00 WIB.
Saat itu Pertamax turun dari semula Rp9.850 menjadi Rp9.200 per liter. Pertamax Turbo turun Rp300 menjadi Rp 9.900 per liter. Pertamina Dex mengalami penurunan dari Rp11.700 menjadi Rp10.200 per liter. Kemudian Dexlite turun dari Rp10.200 menjadi Rp 9.500 per liter.
BACA JUGA: Cek OLAHRAGA, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar