Ceknricek.com - Kinerja keuangan PT Matahari Putra Prima Tbk belum mencatatkan kinerja yang memuaskan. Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan perseroan kepada Bursa Efek Jakarta, Rabu (31/10) perusahaan berkode emiten MPPA ini masih mencatatkan kerugian.
Pada kuartal III 2018, pemilik gerai Hypermart itu mencatatkan rugi bersih sebesar Rp335,85 miliar. Kerugian ini turun dibandingkan rugi pada kuartal III tahun 2017 sebesar Rp385,60 miliar.
Kerugian perseroan disebabkan penurunan angkap penjualan. Selama kuartal III 2018, penjualan bersih tercatat Rp8,248 triliun. Jumlah tersebut turun 13,79 persen dibanding periode sama tahun 2017 sebesar Rp9,610 triliun.
Angka penjualan ini turun akibat strategi perseroan yang mengurangi penjualan B2B (Business to Business). Perusahaan menilai marjin yang dihasilkan dari penjualan B2B adalah rendah. MPPA lebih mengarahkan sumber daya untuk mengembangkan bisnis ritel yang melayani kebutuhan konsumen ritel.
Strategi ini memberikan hasil positif dengan pertumbuhan marjin laba bruto. Selama kuartal III 2018, marjin laba bruto tercatat 16,7 persen, meningkat 4,4 persen dibandingkan tahun 2017.
Ilustrasi Gerai Retail. Foto: Peter Bond/Unsplash
Dari sisi pengeluaran biaya tetap, MPPA berhasil mengendalikan biaya umum dan administratif sebesar Rp1,22 triliun di kuartal ini. Perseroan berhasil menghemat lebih dari Rp350 miliar atau turun 22,5 persen daru tahun sebelumnya.
Penghematan berhasil dilakukan dari langkah efisiensi operasional yang dilakukan perusahaan. Manajemen MPPA terus berkomitmen untuk melakukan pemeriksaan dan pengkajian serta menerapkan langkah-langkah implementasi efisiensi operasional untuk peningkatan profitabilitas.
Ritel Merugi Terdampak Gempa
Anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) yang merupakan pengusaha ritel di Sulawesi Tengah, terutama daerah terdampak gempa, mengalami kerugian ratusan miliar rupiah.
Kerugian itu tak hanya disebabkan oleh gempa yang merusak bangunan. Tindakan pengambilan barang-barang dagangan oleh masyarakat setempat tanpa koordinasi dengan Pemda pun menambah total kerugian.
“Aprindo mencatat kerugian sekitar Rp450 miliar, dialami oleh anggota-anggota Aprindo yang memiliki gerai toko modern, antara lain Ramayana, Matahari, Hypermart, Alfamidi, dan lainnya yang berlokasi di Poso, Palu, dan Donggala," papar Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey, Minggu (30/9), seperti dikutip Kompascom.
Roy menerangkan rincian kerugian itu meliputi kerusakan bangunan, barang dagangan display hingga stok barang di dalam gudang. Selain itu, setidaknya terdapat 5 orang korban jiwa dari penjaga toko yang bertugas saat gempa dan tsunami.
“Gerai ritel Aprindo yang ada di Palu dan Donggala belum beroperasi karena masih dalam proses konsolidasi dan pendataan. Semoga dalam waktu singkat dapat segera beroperasi untuk melayani kebutuhan masyarakat," terang Roy.