Oleh Redaksi Ceknricek.com
11/13/2023, 10:59 WIB
Ceknricek.com--Fotografer Inthan Ningrum memamerkan hasil karyanya di pameran foto bertajuk "We Come Seeking in The Burning Summer" yang berlangsung pada 11-21 November 2023 di Rumah Budaya Malik Ibrahim, Sidoarjo, Jawa Timur.
Tak banyak yang tahu siapa Inthan Ningrum. Di event tersebut, perempuan alumni Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro (Undip), Semarang ini menampilkan 6 karyanya bertema ‘Myth of The Mountains’.
Fotografi merupakan hobi Inthan Ningrum yang digelutinya sejak di SMA. Untuk mengasah kemampuan dan mengembangkan skill fotografinya iapun bergabung dalam komunitas foto.
Keseriusannya semakin terlihat disaat kuliah dan dipercaya sebagai ketua organisasi foto di Undip. Ia misalnya, pernah mengambil kesempatan menjadi freelance fotografer di Kairo, Mesir.
Sejak itu Inthan mencoba memberanikan melakukan pameran foto bersama teman – teman fotografer pada 2017 yang ternyata disambut hangat oleh pecinta fotografi.
Foto: Istimewa
Kemudian berlanjut dengan pameran foto di Loenpia Jazz dan Pameran Online Tentang Kekerasan Berbasis Gender (2020). Terbaru, Inthan berkiprah di pameran foto Biennale JaTim 2023, Sidoarjo dan Paris Prancis (2023). Iapun berencana akan mengikuti pameran foto di Jerman pada awal Januari 2024 mendatang.
Selain Inthan Ningrum, pameran foto Biennale JaTim 2023 juga diikuti oleh fotografer dalam negeri dan luar negeri diantaranya Alfian Romli, Anjou Vartmann, Azra Syahirah, Clara Sartor, Dhofar, Khairunnisa, Ramadhani, Lasse Branding, Lola Hemet, Louis Roth, Mufti Zidane, dan Thomas Pringault.
Pameran foto ini merupakan kerjasama Biennale JaTim dengan Franco Germany Cultural Funds (Wisma Jerman & IFI Surabaya). Di sini, Inthan memamerkan karya foto yang menyoal tentang mitos mitos pegunungan. Misalnya tentang asal muasal Suku Tengger dari Roro Anteng dan Joko Seger .
Inthan beralasan kenapa dirinya mengangkat tema Roro Anteng dan Joko Seger. Menurutnya, disetiap tempat ikonik di Indonesia ada cerita legenda dibaliknya.
Foto: Istimewa
“Aku lebih tertarik untuk foto – foto personal atau konseptual jadinya aku mengangkat sedikit fantasi – fantasi. Kalau yang lain lebih ke foto documentary, warga lokal dan lainnya,” ungkap Inthan.
Inthan menjelaskan karya fotonya lebih ke Fine Art, dikarenakan dirinya menganggap fotografi sebagai sebuah jurnal atau sebuah diary untuk mengekspresikan kegundahan – kegundahannya.
“Jadi fotonya itu lebih mengekspresikan tentang suatu perasaan atau emosi, dan women and power man gitu. Memang tabu juga buat orang Indonesia,” tandasnya.
Dari banyaknya pengunjung di pameran foto tersebut karya Inthan menjadi pusat perhatian para penyuka seni fotografi baik dari dalam negeri maupun luar negeri seperti Jerman, Prancis dan Australia.
Inthan menjelaskan fotonya berkisah tentang percintaan antara dua orang pasangan ikonik Suku Tengger. Inthan sengaja mengambil model sebagai obyek fotonya dari Suku Tengger asli, karena menurutnya setiap daerah memiliki karakter wajah yang berbeda– beda.
“Kalau di pameran saat ini aku lebih mengambil budaya dan sejarahnya, asal muasal Bromo, yakni Suku Tengger sendiri,” kata Inthan.
Ia berharap dengan pameran foto ini dapat menjadi inspirasi bagi pecinta fotografi khususnya pemula. Selain itu, bila ingin mengambil tema proyek penelitiannya harus lebih mendalam lagi.
“Kalo penelitian dan menguliknya lebih dalam hasil fotonya bakal lebih kelihatan makna – makna foto, simbol – simbol didalam foto itu bisa terlihat dari banyaknya ngulik tentang tema tersebut. Jadi nggak cuma asal foto aja yang terlihat bagus,” pungkasnya.
Editor: Ariful Hakim