"Nantinya, pohon-pohon tersebut bakal ditanam lagi di taman dan Ruang Terbuka Hijau (RTH), sehingga, kalau tumbang nggak mencederai warga," tulis Pemprov DKI Jakarta di laman Facebooknya, Senin (4/11). Selain itu, menurut Pemprov di kawasan Cikini, Pemprov DKI Jakarta memiliki program penataan kawasan dengan menanam pohon pelindung yakni Tabebuya bunga pink dan semaknya jenis Soka.
Sumber: Pemprov DKI
Tujuannya agar polusi dari kendaraan bermotor dapat langsung diserap. "Upaya ini dilakukan agar kawasan Cikini semakin indah, tertata, dan dapat berkontribusi untuk mengurangi polusi udara di Jakarta," jelas Pemprov DKI.
Sebelumnya, Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) mengatakan pemotongan pohon jenis Angsana di sepanjang trotoar Cikini merupakan pelanggaran komitmen Pemprov DKI Jakarta dalam melindungi iklim untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 30 persen hingga 2030 nanti.
"Jelas bahwa penebangan-penebangan pohon tersebut kontradiktif dengan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, menurunkan temperatur iklim lokal dan memerangi peningkatan suhu kawasan kota," kata Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin di Jakarta, Selasa, (5/11).
Pria yang akrab disapa Puput itu mengatakan seharusnya Pemerintah tetap mempertahankan pohon- pohon yang sudah ada karena Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta yang ditargetkan sebanyak 20 persen pada 2030 baru terpenuhi sebesar 9,4 persen. Selain dapat mengurangi emisi gas rumah kaca diketahui dapat juga menyerap polutan yang menjadi salah satu masalah buruknya udara di Jakarta.
Baca Juga: Pemprov DKI Targetkan Bangun 60 km Trotoar per Tahun
"Risiko batang tumbang dan cabang patah sebenarnya bisa diantisipasi dengan pemangkasan dahan secara teratur," kata Puput menanggapi alasan Pemprov DKI menebang pohon Angsana. Lebih lanjut, Puput menilai keinginan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggantikan Pohon Angsana dengan Pohon Tabebuya kurang tepat dinilai dari segi fungsinya.
Sumber: Detik
"Tabebuya yang akan dijadikan pengganti Angsana hanya memiliki 7,8% kemampuan menyerap CO2 atau 24,2 gr/jam sementara Angsana mampu menyerap 310 gr/jam. Artinya kemampuan Tabebuya hanya 7,8% dari kemampuan Angsana dalam menyerap CO2," kata Puput.
Sebelumnya, penebangan pohon-pohon besar di Cikini, Jakarta Pusat, sedang ramai dibahas di media sosial. Beberapa akun di Twitter mengunggah foto bekas pohon ditebang di trotoar seberang Stasiun Cikini. Di seberang Stasiun Cikini, Jakarta Pusat, Senin (4/11/), tampak ada 8 bekas pohon yang ditebang. Pohon-pohon yang ditebang itu ada di tengah-tengah trotoar yang sebelumnya diperlebar.
Kondisi pohon saat ini memang sudah habis ditebang, hanya tersisa bagian akar dengan tinggi sekitar 5 cm di atas permukaan tanah. Tampak sejumlah petugas Dinas Kehutanan sedang menggali pohon Angsana itu satu per satu agar bersih.
BACA JUGA: Cek AKTIVITAS PRESIDEN, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.