Ini Penjelasan Lapan Terkait Fenomena "Awan Topi" Gunung Rinjani | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto : Antara

Ini Penjelasan Lapan Terkait Fenomena "Awan Topi" Gunung Rinjani

Ceknricek.com -- Fenomena awan unik di puncak Gunung yang disebut masyarakat lokal sebagai "awan topi" dalam dunia astronomi dikenal sebagai awan lentikular. Penjelasan tersebut disampaikan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, Rabu (17/7). 

Sebenarnya topi awan bukanlah fenomena baru. Hal ini sering terjadi dan pernah terlihat di gunung Semeru, Merapi, Merbabu, Sindoro, dan Sumbing.

"Itu awan lentikular, awan berbentuk lensa. Awan lentikular terbentuk akibat aliran naik udara hangat yang membawa uap air mengalami pusaran. Itu sering terjadi di puncak gunung," ujar Thomas.

Marufin Sudibyo, astronom amatir Indonesia menambahkan, awan yang muncul sekitar pukul 07.00-09.00 WITA ini bersifat statis alias tak bergerak atau selalu menetap di satu tempat.

"Awan ini terbentuk saat aliran udara lembab menubruk suatu penghalang besar sehingga membentuk putaran stasioner," ujarnya.

Ketika putaran stasioner terjadi, awan lentikular dapat bertahan selama beberapa jam hingga berhari-hari.

Meski indah, Marufin berkata awan lentikular sesungguhnnya berbahaya.

"Awan lentikular yang terbentuk di puncak gunung menandakan sedang terjadi pusaran angin laksana badai di sana," ungkap dia.

Hal ini pun memiliki dampak bagi pendaki maupun pesawat yang melintas di atasnya.

Bagi pendaki gunung, embusan angin saat terjadi awan lentikular bisa mendatangkan momok hipotermia. Sedangkan untuk pesawat, awan dan pusaran angin bersifat turbulen yang membuat pesawat terguncang hingga bisa kehilangan altitudenya dengan cepat.

Marufin menegaskan, awan lentikular tak ada hubungannya dengan aktivitas gunung berapi atau potensi bencana gempa, apalagi tsunami.

"Tak perlu ditafsirkan macam-macam," imbau Marufin.



Berita Terkait