Isyarat dari Semenyih untuk Tun Dr. Mahathir | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto : Dok Pribadi

Isyarat dari Semenyih untuk Tun Dr. Mahathir

Ceknricek.com - Semenyih hanya bagian kecil saja dari Negeri Selangor Darol Ehsan. Tapi Pilihan Raya Kecil (PRK) atau pemilihan sela untuk memperebutkan kursi Dewan Undangan Negeri (DUN) atau DPRD Negeri Selangor Darol Ehsan (Sabtu, 2/3/19) melibatkan para petinggi politik Pakatan Harapan (PH), partai koalisi yang kini memerintah Malaysia.

Pemilihan sela itu sendiri dilakukan, karena anggota DUN Selangor dari Partai Bersatu - hasil Pilihan Raya Umum (PRU) ke 14 Malaysia - 9 Mei 2019, Bahtiar Mohamad Nor, wafat terkena serangan jantung, 11 Januari 2019.

Para petinggi PH, ambil bagian untuk memenangkan calon mereka: Muhammad Aiman Zainali, anak muda berusia 30 tahun, calon dari Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) yang didirikan Tun Dr. Mahathir Mohammad (Dr.M) - yang dipimpin Tan Sri Muhyidin Yassin - (mantan Wakil Perdana Malaysia era Najib yang kini Menteri Dalam Negeri).

Tak kurang dari Tun Dr. M, Muhyiddin, Azmin Ali - Wakil Presiden Partai Keadilan Rakyat (mantan Menteri Besar Selangor, yang kini menjabat Menteri Pembangunan Ekonomi), Mukhriz Mahathir (Menteri Besar Kedah) dan lain-lain, ambil bagian berkampanye.

Semenyih sebagai daerah pemilihan, nampak begitu penting. Keberadaan anggota DUN Selangor, akan menentukan banyak hal terkait pemerintahan dan pembangunan di Selangor, yang boleh dikata merupakan kawasan prima Malaysia.

Sumber : Dok Pribadi

Rakyat yang berhak memilih di Semenyih sebesar 53,520 orang dengan pemilih melalui pos sebanyak 109 orang. Tercatat oleh Suruhanjaya Pilihan Raya Malaysia (SPRM) atau Komisi Pemilihan Umum, jumlah pemilih sebanyak 53,520 orang dengan 109 orang di antaranya pemilih via pos. Pemilihan sela ini, diikuti 67,71 persen pemilih dari puak Melayu, 16,69 persen Cina, 13,73 persen India, dan campuran sebanyak 1,86 persen. Jumlah kertas suara rusak sebanyak 546.

Hasilnya? Zakaria Hanafi, calon dari Barisan Nasional unsur UMNO - yang sekarang menjadi oposisi - unggul, dengan perolehan suara 19,780 suara. Aiman beroleh 17,866 suara. Nik Azis Afiq Abdul (Partai Sosialis Malaysia - PSM) 847 suara, dan Kuan Chee Heng atau Uncle Kentang (independen) beroleh 725 suara.

Pada Pilihan Raya Umum (PRU) ke 14, jumlah pemilih sebesar 53,257 dengan suara rusak sebanyak 546. Partai Bersatu/PH lewat Bakhtiar Mohamad Nor berhasil merebut 23,468 suara, lebih unggul dari Johan Abdul Azis (BN/UMNO) yang hanya mampu merebut 14,464 suara.

Sumber : Dok Pribadi

Kekalahan calon Partai Bersatu/PH yang sekaligus kemenangan calon BN/UMNO menimbulkan beragam spekulasi, antara lain beralihnya suara Mad Shamour Mad Kosim/PAS (Partai Al-Islam Se Malaysia) -- 6,966 suara pada PRU ke 14 kepada calon BN/UMNO. Diduga, turunnya tokoh-tokoh politik nasional yang sedang berkuasa (Dr.M, Muhyiddin, Azmin Ali) dalam kampanye tak cukup mampu mempertahankan suara Partai Bersatu/PH. Bahkan diduga, calon BN/UMNO dianggap mampu memecah suara PSM yang pernah diraih calon S. Arutchelvan (1,293). Juga merebut suara puak Melayu yang berada di partai-partai koalisi PH, khasnya PKR (Partai Keadilan Rakyat) dan Partai Amanah Nasional (PAN).

Kekalahan Aiman, merupakan isyarat (wake up call) dari pemilih untuk PH, terutama Partai Bersatu, untuk menguatkan konsolidasi dan transformasi partai untuk tidak lagi menggunakan gaya politik lama dalam menentukan calon. Isyarat itu bisa dipahami, karena sebelum penentuan calon, mengemuka perbedaan pandangan antara Tun Dr. M dengan Tan Sri Muhyidin, antara Pendiri dan Presiden Partai Bersatu. Muhyiddin lebih memilih Aiman, katimbang calon yang diusulkan Tun Dr. M, yang tak disebutkan namanya.

Hal lain yang mempengaruhi sikap memilih puak Melayu, terutama, juga dipengaruhi oleh berbagai kebijakan pemerintahan PH yang belum berhasil mewujudkan Manifesto Politik-nya sebagai janji politik pada masa kampanye, terkait dengan reformasi. Pemilih, khasnya puak Melayu belum melihat, kebijakan yang ditempuh pemerintahan PH yang dipimpin Tun Dr. M., memenuhi aspirasi mereka. Terutama yang berkaitan dengan persoalan ekonomi dan pemenuhan keperluan hidup sehari-hari.

Pemerintahan PH belum berhasil menurunkan harga-harga keperluan pokok rakyat, meningkatkan pendapatan dan daya beli rakyat, termasuk perlindungan dan pemberian prioritas atas puak Melayu yang dijamin oleh konstitusi Malaysia. Terutama, karena pemerintahan PH lebih cenderung bermain dengan isu-isu pluralisme dan pemerataan hak, yang oleh puak Melayu dianggap sebagai kebijakan demokratisasi yang mengabaikan prinsip proporsionalisme.

Para pemimpin PH, juga dianggap lebih syoor (asyik) dengan isu-isu internal yang tak berkiatn langsung dengan harapan rakyat, seperti peralihan kekuasaan dari Tun Dr. M ke Dato' Seri Anwar Ibrahim - yang senang hati menerima julukan sebagai PM in waiting, sambil lebih banyak bertenggang rasa ke kiri dan ke kanan, dan tak cukup menyuarakan apa yang akan dia lakukan, bila tiba masa menjabat Perdana Menteri.

Anwar Ibrahim, seperti halnya Tun Dr. M dan Lim Kit Siang selaku pimpinan PH, lebih banyak mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang menjauhkan PH dari puak Melayu yang secara demografis merupakan rakyat mayoritas Malaysia.

Kemenangan calon BN/UMNO yang diduga kuat karena terjadi kolaborasi antara UMNO dengan PAS yang selama lebih 60 tahun dianggap merepresentasikan sebagai puak Melayu. Kolaborasi UMNO dan PAS berhasil memainkan isu-isu terkait sentimen kemelayuan dan keislaman.

Merespon kemungkinan kolaborasi BN/UMNO, Tun Dr. M, malah menyikapi berubahnya pikiran rakyat, terutama puak Melayu yang nyaris melahap semua isu perkauman yang dimainkan kedua partai itu. Puak Melayu dan kalangan muslim Malaysia, agaknya tak sabar menanti PH melakukan perubahan.

Selebihnya, Tun Dr. M., merasa 'ditipu' oleh Presiden PAS Datuk Seri Abadul Hadi Awang, yang berjanji, pimpinan PAS tak akan turun berkampanye di Semenyih, tapi faktanya, mereka turun.

Pemilih dari puak Melayu tak hirau dengan beragam pernyataan PM Tun Dr.M., Anwar Ibrahim, dan sekufunya di PH yang menghendaki rakyat bersabar, karena pemerintahannya menanggung beban utang luar negeri yang sangat besar, yang ditinggalkan Najib. Utang terkait proyek jalur rel kereta pantai Timur saja sebesar RM55 miliar.

Meskipun dinafikan oleh Tun Dr. M, Anwar Ibrahim dan Lim Kit Siang selaku pimpinan senior PH, tak dapat disangkal, pemilihan sela di Semenyih membuktikan, puak Melayu dengan spirit keislaman tak cukup percaya kepada pemerintahan PH. Keputusan Presiden Partai Bersatu, Muhyiddin menetapkan Aiman dianggap sebagai keputusan yang tak memperhitungkan lawan yang dipilih BN/UMNO memang seorang politisi kampiun yang punya pengaruh di kalangan puak Melayu.

Masih bebasnya Najib membuat pemilih dari puak Melayu tak percaya segala pernyataan para pemimpin senior PH tentang kejahatan korupsi yang dilakukan Najib dan sekufunya dalam pemerintahan lama. Karenanya, kehadiran Najib dengan pesona persona pencitraan baru 'Bossku,' menemani pemilih puak Melayu secara intens, membuat ketidak-percayaan kepada PH -- yang dalam kampanye PRU 14 menjanjikan akan memenjarakan Najib karena korupsi -- meningkat.

Tak mustahil, kemenangan BN/UMNO di Semenyih, akan menjadi jalan bagi UMNO dan PAS berkoalisi dan akan head to head di PRU ke 15 menghadapi PH, dan akan menggerogoti dukungan puak Melayu kepada PKR, Bersatu dan Amanah. Terutama, karena Puak Melayu dan muslim, mempunyai 'musuh bebuyutan,' DAP yang kini dipimpin oleh Lim Guan Eng (Menteri Keuangan).

DAP dengan Lim Kit Siang dan Lim Guan Eng punya sejarah kelam dan selalu memicu sensitivitas puak Melayu dan muslim. Khasnya terkait dengan peristiwa kerusuhan rasial 13 Mei 1969 di Kuala Lumpur dan pembatasan puak Melayu ketika Lim Guan Eng menjabat Ketua Menteri Penang, yang terkenal dengan jargon, "Penang Punya Gua."

Akankah kekalahan PH di Semenyih akan menjadi pertanda titik balik kekuasaan PH? Tak mudah meramalkan. Faktanya adalah enam anggota parlemen dari BN/UMNO bergabung, sehingga jumlah kursi Partai Bersatu di Dewan Rakyat menjadi 22. Kasus Semenyih hanya isyarat supaya Tun Dr. M lebih peduli pada pribumi Melayu.

Sumber : Dok Pribadi
(*) Penulis wartawan senior di Jakarta



Berita Terkait