Ceknricek.com—Salima Mazari yang kini berusia 40 tahun adalah gubernur distrik Charkint di Afghanistan Utara dengan populasi sekitar 30.000 warga. Sejak 2019, Mazari merekrut dan melatih warga Charkint untuk melawan kelompok Taliban. Salima Mazari dilahirkan di Iran. Keluarga Mazari meninggalkan Afghanistan pada masa perang Afghanistan melawan Uni Sovyet. Setelah kembali ke Afghansitan, pada tahun 2018 Mazari diangkat menjadi perempuan pertama yang menjadi gubernur di Afghanistan.
Mazari gigih berjuang melawan Taliban melalui politik mau pun dengan senjata. Pada tahun 2020, Mazari berhasil menaklukkan laskar Taliban di distrik Charkint. Pada minggu pertama bulan Agustus 2021 kaum Taliban menguasai separuh wilayah distrik Charkint, maka Mazari merekrut laskar rakyat yang mayoritas terdiri dari kaum petani yang rela menjual hewan ternak mereka untuk membeli senjata demi melawan Taliban. Distrik Charkint merupakan benteng terakhir rakyat Afghanistan yang tidak setuju kekuasaan Afghanistan diambil alih oleh Taliban. Mazari pun dikabarkan telah ditangkap Taliban.
Jaya Suprana
Penangkapan Mazari mengundang komentar Jaya Suprana.Ia mengaku tidak mengetahui sejauh mana kebenaran berita Salima Mazari ditangkap Taliban. Namun apabila berita tersebut benar, menurut Jaya Suprana, maka secara kelirumologis dapat diyakini penangkapan Salima Mazari oleh kaum Taliban merupakan pelanggaran hak asasi manusia.
“Sebelum Jo Biden menarik segenap angkatan bersenjata Amerika Serikat dari bumi Afghanistan, citra kaum Taliban sudah rusak tercemar justru akibat perlakuan tidak manusiawi serta tidak beradab terhadap kaum perempuan di Afghanistan. Setelah kekuasaan di Afghanistan diambil alih oleh kaum Taliban memang masih ada pihak termasuk saya mengharapkan kaum Taliban masa kini berkenan memperbaiki sikap dan perilaku buruk Taliban masa lalu. Namun peristiwa penangkapan Salima Mazari meluluhkan harapan segenap pihak termasuk saya,”kata Jaya, Senin (13/9/21).
Sebagai bukan warga Afghanistan yang juga secara pribadi tidak mengenal Salima Mazari, Jaya Suprana mengaku sama sekali tidak berhak ikut campur tangan ke dalam urusan dalam negeri Afghanistan.
“Masih banyak kekeliruan di dalam negeri saya sendiri yang lebih perlu saya perhatikan. Terutama diri saya sendiri juga kerap melakukan kekeliruan yang perlu diperbaiki. Namun sebagai sesame manusia dan penulis buku Kelirumologi Genderisme, saya berhak merasa prihatin atas nasib Salima Mazari beserta kaum perempuan yang ditindas penguasa di Afghanistan. Sebagai insan yang sama sekali tidak memiliki kekuasaan politik mau pun militer, saya tidak berdaya apa pun kecuali mengharap Dewan Hak Asasi Manusia Persatuan Bangsa-Bangsa untuk turun tangan mencegah kaum Taliban di Afghanistan melanjutkan angkara murka mereka menindas warga terutama kaum perempuan Afghanistan. Di samping saya berdoa memohon Yang Maha Kasih menyadarkan kaum Taliban untuksegera menghentikan kekeliruan angkara murka menindas sesama manusia,”pungkas Jaya Suprana.
Editor: Ariful Hakim