Ceknricek.com -- Joki-joki cilik ikut adu ketangkasan dalam balapan kuda tradisional yang sering disebut "Pacoa Jara" dalam rangkaian Festival Pesona Tambora 2019, di Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu.
"Selain menjaga budaya, acara itu juga untuk menumbuhkan pendapatan ekonomi masyarakat pencinta kuda. Kita setiap malam mengalami perubahan pemilik (kuda) karena mereka selalu transaksi beli," kata Ketua Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Kabupaten Dompu, sekaligus Ketua Panitia Balapan Kuda Tradisional Muhamad Amin Jafar, Kamis, (11/4).
Dia menjelaskan balapan kuda tradisional dalam Festival Pesona Tambora (FPT) juga bisa menaikkan harga kuda. Kuda yang semula harganya belasan juta rupiah bisa naik harga menjadi puluhan juta setelah masuk ke putaran ketiga lomba.
Tahun ini peserta lomba juga ada yang berasal dari Mataram, Lombok Tengah, Sumbawa, dan wilayah Nusa Tenggara Timur. "Untuk tahun ini balapan pacuan kuda memperebutkan hadiah total Rp500 juta," kata Muhamad Amin.

foto: Antara
Balapan kuda tersebut merupakan atraksi budaya turun-temurun di Dompu dan sekitarnya dan penampilan para penunggang kuda cilik selalu menjadi atraksi menarik bagi wisatawan. Beberapa tahun terakhir, balapan kuda tradisional tersebut mulai dijadikan event tahunan oleh Dinas Pariwisata NTB sebagai rangkaian dari Festival Pesona Tambora.
Tahun 2019 ada sekitar 600 kuda yang disertakan dalam lomba. Balapan kuda 14 kelompok berdasarkan tinggi dan usia kuda. Seluruh kuda tersebut beradu kecepatan melalui lintasan sepanjang 1.200 meter. Jokinya anak-anak berusia antara 4 sampai 10 tahun.
Kebanyakan joki cilik peserta balapan umumnya anak-anak sekitar Kabupaten Dompu yang dipekerjakan oleh pemilik kuda. Masing-masing joki mendapat bayaran antara Rp50.000 sampai Rp100.000 dalam sehari. Jika kuda yang ditunggangi menang, maka joki cilik tersebut akan menerima bayaran antara Rp1 juta sampai Rp2 juta.
Muhammad Ali, salah satu joki cilik, sudah berlatih berkuda sejak masih kelas satu Sekolah Dasar dan sering ikut balapan kuda untuk menambah uang saku.
Ali telah lima kali berganti kuda tunggangan milik lima orang yang berbeda sejak hari pertama balapan kuda tradisional pada 31 Maret sampai hari terakhir pada 10 April. Dia telah 25 kali memacu kuda selama kurun itu.
Di Dompu, profesi joki biasanya turun-temurun. Joki cilik biasanya juga anak seorang penunggang kuda. Namun orangtua biasanya tidak memaksa anak menjadi penunggang kuda, karena menganggap pemaksaan yang demikian justru bisa mendatangkan celaka. (Antara)