Kabar Gembira, Progres Vaksin Merah Putih Sudah 55 Persen | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio (Foto: Dok/Antara)

Kabar Gembira, Progres Vaksin Merah Putih Sudah 55 Persen

Ceknricek.com -- Tekad pemerintah Indonesia untuk memproduksi dan memiliki vaksin COVID-19 sendiri tampaknya bakal segera terwujud. Vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sudah mencapai 55 persen.

Menurut Kepala Lembaga Eijkman Amin Soebandrio, pengembangan vaksin Merah Putih sudah mencapai 55 persen dari skala laboratorium. Pihaknya berencana November 2020 bakal lakukan uji praklinik pada hewan.

"Saat ini sudah sekitar 55 persen dari skala laboratorium. Diharapkan akan segera melakukan uji praklinik atau uji pada hewan bulan depan (November 2020) kalau semuanya lancar sehingga nanti akhir tahun sudah selesai, dan awal tahun bisa diserahkan ke Bio Farma," papar Amin di Jakarta, Rabu, (14/10/20).

Dengan progres vaksin Merah Putih tersebut, diharapkan awal Januari 2021, Eijkman sudah bisa menyerahkan bibit vaksin kepada PT Bio Farma sebagai persiapan uji klinis pada manusia.

Seperti diketahui, LBM Eijkman mengembangkan vaksin dengan platform subunit protein rekombinan. Antibodi yang dihasilkan setelah vaksinasi akan bekerja untuk mencegah terjadinya penempelan virus pada sel manusia, dan pelepasan materi genetik virus ke dalam sel manusia.

Peneliti Eijkman juga menggunakan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang bersirkulasi di Indonesia sebagai dasar informasi genetik untuk pengembangan vaksin Merah Putih itu.

Dalam risetnya, Eijkman berhasil melakukan amplifikasi gen penyandi protein S dan N dari virus SARS-CoV-2 isolat Indonesia. Eijkman telah melakukan transfer gen S dan N dari vektor pembawa ke vektor ekspresi galur sel mamalia.

Saat ini menunggu sel-sel mamalia tersebut menghasilkan antigen berupa protein rekombinan yang diharapkan. Dalam hal ini, antigen adalah zat yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi sebagai bentuk perlawanan terhadap virus SARS-CoV-2.

Seperti dilansir Antara, Eijkman memilih pengembangan vaksin dengan platform subunit protein rekombinan karena relatif lebih aman yang mana tidak menggunakan virus hidup sebagai vektor.

Biaya produksi dari pengembangan vaksin dengan platform subunit protein rekombinan juga relatif rendah, dan teknologinya sudah dikuasai oleh banyak negara termasuk negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

"Jadi walaupun teknologinya bukan teknologi kuno, teknologi yang agak lebih baru tetapi sudah dikuasai oleh banyak negara dan hasilnya juga relatif mudah dipanen dan relatif lebih aman karena tidak menggunakan virus hidup sebagai vektor," ujar Amin.

Amin Soebandrio menjelaskan vaksin berbasis protein rekombinan yang menyasar receptor-binding domain (RBD) dari virus SARS-CoV-2 itu dianggap lebih manjur karena bisa membangkitkan kekebalan tapi juga reaksi yang dikhawatirkan yakni "antibody enhancement" bersifat minimal atau bahkan tidak ada sama sekali.

Baca Juga: Daftar Lima Kelompok Sasaran Utama Penerima Vaksin Covid-19



Berita Terkait