Ceknricek.com -- Harga minyak melonjak sekitar dua persen pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat (14/6) pagi WIB), setelah serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Teluk Oman. Ini sekaligus memicu kekhawatiran berkurangnya aliran perdagangan minyak mentah melalui salah satu rute pengiriman utama di dunia itu.
Serangan di dekat Iran dan Selat Hormuz itu menyalakan kembali kekhawatiran tentang dampak aliran dari Timur Tengah jika perusahaan-perusahaan asuransi mulai mengurangi cakupan untuk perjalanan melalui wilayah tersebut, dan perusahaan pelayaran tambahan menunda pemesanan baru, kata para analis.
"Gangguan seperti itu dapat semakin memperburuk masalah pasokan," kata Andy Lipow, seorang analis di Lipow Oil Associates di Houston, seperti dikutip dari Reuters.
Ketegangan di Timur Tengah telah meningkat sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump menarik diri dari pakta nuklir multinasional 2015 dengan Iran dan menerapkan kembali sanksi-sanksi, terutama menargetkan ekspor minyak Teheran.
Iran, yang menjauhkan diri dari serangan sebelumnya, mengatakan tidak akan takut dengan apa yang disebut perang psikologis.
Episode ini juga menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi baru antara Iran dan Amerika Serikat yang menyalahkan Teheran atas insiden tersebut.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, Amerika Serikat telah menilai Iran berada di balik serangan itu, dan sampai pada kesimpulannya berdasarkan intelijen, senjata yang digunakan, dan tingkat keahlian yang diperlukan untuk serangan terhadap tanker di Teluk Oman.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus naik 1,34 dolar AS atau 2,23 persen menjadi ditutup pada 61,31 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, setelah naik sebanyak 4,5 persen menjadi 62,64 dolar AS.
Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 1,14 dolar AS atau 2,23 persen menjadi menetap pada 52,28 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. WTI sebelumnya naik sebanyak 4,5 persen menjadi 53,45 dolar AS.
Pertumbuhan permintaan minyak mentah global akan mencapai 70.000 barel per hari (bph) kurang dari yang diperkirakan tahun ini, sekitar 1,14 juta barel per hari, OPEC memproyeksikan dalam laporan pasar minyak bulanannya.
Departemen Energi AS minggu ini menurunkan perkiraan permintaan global menjadi 1,2 juta barel per hari, turun 200.000 barel per hari dari perkiraan Mei.