Ceknricek.com -- Upaya pencegahan dan pengobatan terus dilakukan menindaklanjuti banyaknya penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dalam kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyarankan upaya pencegahan dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna.
Penggunaan teknologi tersebut sempat dimanfaatkan dalam kasus yang sama pada 2017 lalu. Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Kemenkes dr. Ahmad Yurianto mengatakan dua tahun lalu Kemenkes pernah kerjasama dengan Institut Teknologi Bandung membangun save community pada masyarakat. Salah satunya menciptakan teknologi tepat guna sederhana berupa pemasangan kain dakron yang dibasahi.
''Setelah diuji coba di beberapa sekolah dan dilakukan pengukuran ISPU di dalam dan di luar kelas, ternyata udara lebih baik di dalam kelas karena terpasang kain dakron,'' kata Ahmad Yurianto saat rapat koordinasi dengan Menkes Nila Djuwita F. Moeloek.
Dr. Ahmad Yurianto yang akrab disapa Yuri menambahkan, pengalaman masalah Karhutla menyebabkan terjadi kematian pada anak. Hal ini sebenarnya disebabkan gastroenteritis dan dehidrasi berat karena kurang tersedianya air bersih.
''Saat itu sebenarnya episode yang diawali kekeringan dan sulit dapat air bersih sehingga yang muncul gastroenteritis. Terlambat melakukan rujukan karena memang warga takut asap di luar sehingga kematian ada. Informasi yang ramai meninggal karena asap padahal bukan,'' ungkapnya.
Menkes Nila menambahkan, kalau sudah musim kemarau yang utama adalah air bersih. Ia mengatakan, Poltekkes sempat menciptakan teknologi tepat guna berupa penjernih air dan berhasil menjernihkan air gambut di Kalimantan.
Foto: Setkab
Baca Juga: Musibah Berulang Kebakaran Hutan
Selain itu, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Batam 4 tahun lalu juga membuat teknologi penjernih air agar bisa langsung minum. Teknologi tersebut dijadikan replika untuk daerah agar bisa mengembangkan sendiri.
Dr. Yuri menambahkan teknologi tepat guna lainnya adalah oksigen konsentrator. Tim Pusat Krisis Kesehatan sempat memantau Puskesmas Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang bermasalah karena kabut asap yang begitu pekat.
''Kita datangi, kita beri oksigen konsentrator kemudian Puskesmasnya kita tutup pakai kain dakron. Tim Puskris mau mengecek lagi ke sana,'' tambah dr. Yuri. Kalau oksigen konsentrator ini sesuatu yang bagus maka Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer dapat meminta Puskesmas untuk menggunakan oksigen konsentrator. "Kami juga mengirim (oksigen konsentrator) ke Riau,'' katanya.
Menkes Nila menambahkan, teknologi tepat guna itu bisa dijadikan contoh untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan akibat Karhutla. ''Ini bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk masyarakat. Jangan sampai kita telat lagi dalam pencegahan,'' katanya.
BACA JUGA: Cek HUKUM, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini