Krisis Iklim, Jumlah Penguin di Antartika Menurun Drastis | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Istimewa

Krisis Iklim, Jumlah Penguin di Antartika Menurun Drastis

Ceknricek.com -- Jumlah penguin tali dagu yang memiliki habitat di berbagai pulau dan pantai di Pasifik Selatan dan Samudera Antartika telah berkurang sebanyak 77 persen sejak mereka disurvei pada 1970-an, kata ilmuwan yang mempelajari dampak perubahan iklim di wilayah-wilayah terpencil, Selasa (11/2).

"Penurunan jumlah penguin yang memakan krill (sejenis udang) itu benar-benar dramatis," kata Steve Forrest, ahli biologi konservasi yang bergabung dengan tim ilmuwan dari dua universitas di AS, Stony Brook dan Northeastern dalam ekspedisi Antartika yang baru saja berakhir.

Melansir Antara, dalam penelitian tersebut jumlah penguin chinstrap di satu habitat penting di Pulau Gajah telah anjlok sekitar 60 persen sejak survei terakhir pada tahun 1971, menjadi kurang dari 53.000 pasangan hari ini, berdasarkan laporan ekspedisi.

"Ada sesuatu yang terjadi pada bangunan dasar rantai makanan di sini. Kelimpahan makanan semakin sedikit yang mendorong populasi penguin tali dagu semakin rendah seiring waktu. Pertanyaannya adalah, apakah itu akan berlanjut?" tambah Steve Forrest.

Para ilmuwan bepergian dengan dua kapal Greenpeace, Esperanza dan Arktik Sunrise, melakukan ekspedisi mereka ke Antartika Barat dari 5 Januari hingga 8 Februari, dan menggunakan teknik survei manual dan pesawat nirawak (drone) untuk menilai skala kerusakan.

Krisis Iklim, Jumlah Penguin di Antartika Menurun Drastis
Sumber: Istimewa

"Sementara beberapa faktor mungkin berperan, semua bukti yang kita miliki menunjukkan bahwa perubahan iklim bertanggung jawab atas perubahan yang kita lihat," kata Heather Lynch, profesor ekologi dan evolusi di Universitas Stony Brook.

Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan pekan lalu, bahwa sebuah pangkalan penelitian di Antartika telah mencatat suhu terpanas di benua itu --18,3 derajat celsius (64,94 derajat Fahrenheit)-- karena pemanasan global menyebabkan peningkatan mencairnya lapisan es di sekitar kutub selatan.

Baca Juga: Greenpeace Desak Indonesia Ikut Wujudkan Perjanjian Laut Internasional

Di lain pihak, Greenpeace terus menyerukan PBB untuk berkomitmen melindungi 30 persen lautan dunia pada tahun 2030 sesuai dengan permintaan para ilmuwan. Peran pemerintah diperlukan untuk menghentikan kerusakan akibat aktivitas manusia yang berbahaya.  

PBB di Amerika Serikat akan mencoba untuk menyepakati perjanjian laut global yang kemudian bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk meratifikasinya demi menciptakan jaringan suaka lautan, bebas dari aktivitas manusia yang berbahaya pada 23 Maret-3 April mendatang.

"Aku pikir kita akan kehilangan sebagian besar dari apa yang kita cintai ... seperti penguin dari Pulau Gajah," Frida Bengtsson, juru kampanye Greenpeace Oceans, mengatakan kepada Reuters di Pulau Anvers. "Laut sangat penting untuk mengatur iklim global kita,“ tambahnya.

Sementara itu, bagi Usnia Granger (36), seorang aktivis Greenpeace yang ikut serta dalam ekspedisi tersebut mengatakan, mengunjungi Antartika adalah "mimpi yang menjadi kenyataan", meskipun ia harus bekerja keras untuk membersihkan sampah di Antartika.

"Saya pikir kekacauan iklim global mendatangkan malapetaka di mana-mana dan saya tidak membayangkan Antartika akan berbeda dari itu," katanya kepada Reuters.

BACA JUGA: Cek BREAKING NEWS, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait