Ceknricek.com -- Kemenangan yang didapat pembalap Formula 1 dari tim Mercedes AMG, Valtteri Bottas pada balapan di Sirkuit Suzuka, GP Jepang, Minggu (13/10) sekaligus mengunci gelar juara dunia konstruktor musim 2019 untuk tim Mercedes. Gelar ini merupakan gelar keenam Mercedes secara beruntun yang didapatnya mulai musim 2014 lalu.
“Sangat bangga bisa menjadi bagian dari tim. Enam gelar juara beruntun sangat impresif. Sangat bangga terhadap setiap anggota tim, baik di balapan atau pabrik, setiap pria dan wanita. Selamat teman-teman,” ujar Bottas seperti dilansir situs Formula 1.
Sumber: Reuters
Torehan ini sekaligus menyamakan rekor tim pabrikan tertua dan tersukses di F1, Scuderia Ferrari yang sebelumnya meraih gelar juara dunia konstruktor dalam enam musim beruntun pada periode 1999-2004. Bedanya, Mercedes juga sukses mengantarkan pembalapnya menjadi juara dunia selama periode ini. Sementara Ferrari gagal mengantarkan pembalapnya, Eddie Irvine menjadi juara di musim 1999.
Balapan musim 2019 memang masih menyisakan empat seri lagi, yakni GP Meksiko (27 Oktober), GP Amerika Serikat (3 November), GP Brasil (17 November) dan GP Abu Dhabi (1 Desember). Tim Panah Perak, julukan Mercedes memastikan pembalapnya menjadi juara usai posisi Lewis Hamilton di klasemen sementara (338 poin), hanya berpotensi dikejar oleh rekan setimnya, Bottas (274 poin).
Sumber: Formula1
Baca Juga: Pembalap Mercedes Valtteri Bottas Juara GP Jepang
“Pertama-tama selamat untuk tim, gelar ini sangat pantas kita dapatkan. Untuk menang enam tahun beruntun, itu yang utama. Saya dan Bottas selalu bebas bersaing sepanjang tahun,” kata Hamilton.
Kedigdayaan Mercedes memang tak tergoyahkan sejak balapan F1 mengganti aturan mesin di musim 2014 dari mesin V8 2,4 liter menjadi V6 1,6 liter, serta menggunakan MGU-H dan MGU-K hybrid unit. Mercedes sukses mengembangkan mesin dan mobil yang memiliki daya tahan baik dan tenaga sangat kuat.
Pabrikan-pabrikan lain seperti Ferrari, misalnya, paling bantar hanya mampu mengimbangi kekuatan Mercedes di trek lurus. Namun jika bicara soal balapan yang memaksa mobil menggeber mesin hingga 300 kilometer per jam selama dua jam balapan, kekuatan Mecedes tak tertandingi.
Selama 6 musim menguasai balapan jet darat tercepat itu, Mercedes sukses mengirimkan Hamilton menjuarai balapan pada musim 2014-2015 dan 2017-2018, sementara 1 gelar lainnya dikoleksi oleh Nico Rosberg yang sudah pensiun pada akhir musim 2016. Adapun Ferrari hanya mengirimkan Michael Schumacher menjadi juara, yakni pada periode 2000-2004.
Sumber: Formula1
Meski demikian, tim Kuda Jingkrak, julukan Ferrari saat ini masih tercatat sebagai tim yang mengoleksi gelar juara konstruktor terbanyak, yakni 16. Gelar juara terakhir didapat Ferrari di musim 2008, kala Hamilton yang masih bersama McLaren sukses menjadi juara dunia.
Ferrari juga masih lebih banyak menjadikan pembalapnya menjadi juara dunia, yakni 15. Pembalap terakhir Ferrari yang menjadi juara dunia ialah Kimi Raikkonen di musim 2007. Seandainya Hamilton yang akan menjadi juara musim ini, maka Mercedes dan Hamilton akan menyamai torehan Ferrari dan Schumacher, yakni menjadi juara dunia dan konstruktor selama lima musim.
Dedikasikan untuk Niki Lauda
Kepala tim Mercedes, Toto Wolff mendedikasikan kemenangan ini untuk mendiang legenda F1, Niki Lauda. Juara dunia musim 1975, 1977, dan 1984 itu telah berpulang pada 20 Mei lalu pada usia 70 tahun.
“Seandainya Niki ada disini, Niki akan mengucapkan selamat untuk juara dunia keenam ini. Dia pasti memperingatkan kami, karena dua pembalap kami akan beradu satu sama lain musim depan,” ujar Wolff seperti dilansir Reuters.
“Kami ingin mendedikasikan gelar ini untuk Niki, karena dia telah menjadi bagian penting dari awal perjalanan kami dan kehadirannya selalu sangat berharga di antara dukungan dan tekanan yang ada. Dia orang yang sangat spesial,” ujar pria yang memiliki 30 persen saham tim itu.
Sumber: Gettyimages
Lauda sendiri terakhir menjabat sebagai Ketua Non-Eksekutif tim Mercedes, jabatan yang sudah diembannya sejak 2012 lalu. Salah satu kontribusi Lauda yang paling terlihat adalah dalam membujuk Hamilton untuk bergabung dengan tim asal Jerman itu.
“Ketika kami memulai perjalanan ini enam atau tujuh tahun lalu, kami ingin memenangi balapan sesering mungkin dan kemudian bertarung di kejuaraan. Siapa sangka enam tahun kemudian, kami mendapat kemenangan keenam secara beruntun," kata Wolff.
“Saya merindukannya setiap hari dan terus memikirkannya. Saya selalu memikirkan apa yang akan dikatakan dan dipikirkannya seandainya dia masih di sini. Tapi itu tidak bisa menghilangkan kerinduan kami,” tambah pria asal Austria itu.
Sumber: DW
Nama Lauda selama ini dikenal karena keberaniannya dan keberhasilannya selamat dari kecelakaan maut di Sirkuit Nuerburging, GP Jerman 1976. Saat itu, dirinya sempat terpanggang di mobil Ferrari 312T2, menghirup asap beracun panas dan menderita luka bakar parah. Ajaibnya, usai menjalani perawatan, pencangkokan kulit, dan penyedotan racun di paru-paru, Lauda berhasil kembali kelintasan enam pekan berselang.
Persaingan antara Lauda dan pembalap Inggris, James Hunt sempat diangkat ke layar lebar melalui film Rush (2013). Lauda diperankan oleh Daniel Bruehl sementara Hunt diperankan oleh bintang Avengers, Chris Hemsworth. Film ini juga meraih dua nominasi penghargaan Golden Globe untuk kategori film terbaik (drama) dan aktor pendukung terbaik (Bruehl).
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.