Latah Itu Penyakit dan Bisa Berbahaya | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Keepo.me

Latah Itu Penyakit dan Bisa Berbahaya

Ceknricek.com -- Entah apa itu namanya. Saat Presiden Joko Widodo berencana memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, juga ikut-ikutan ingin memindahkan Ibu Kota Jawa Barat dari Bandung ke tempat yang lain. Jika banyak kepala daerah yang juga kepingin pindah ibu kota, dengan dalih sama atau disama-samakan, maka nantinya akan ada musim pindah ibu kota. Lalu, pindah ibu kota pun bisa menjadi tren. Bak anak muda yang gandrung tren, maka mereka tak merasa perlu menghitung berapa ongkos yang mesti dikeluarkan untuk urusan itu. Yang penting ikut tren. Lainnya, masa bodoh.

Sumber: youtube

Namanya juga ikut-ikutan, maka wacana pemindahan ibu kota provinsi yang dilempar Ridwan Kamil jelas zonder melalui beberapa kajian seperti dampak positif maupun negatif ke depannya. Toh, dalih seperti itu bisa copy paste dari pindahnya ibu kota Jakarta ke Kalimantan Timur. Gampang kan?

Tindakan ikut-ikutan dan meniru bisa juga dibilang sebagai latah. Boleh jadi mirip Mak Inem dalam lirik lagu “Mak Inem Tukang Latah” yang disenandungkan Adi Bing Slamet, saat masih bocah dulu. E, copot, e copot-copot … Seperti itulah.

Baca Juga: Fadli Zon dan Amien Rais Kumpul Bahas Pemindahan Ibu Kota

Sumber: tribunnews

Latah adalah sebagai gangguan mental. Begitu sebagian orang berpendapat. Perilaku ini konon hanya ada di Indonesia dan Malaysia saja. Itu sebabnya, latah dianggap sebagai suatu sindrom khusus kebudayaan.

Latah sangat berbahaya bila menjangkiti rakyat. Demo Papua yang menuntut merdeka merembet ke mana-mana juga karena latah. Aceh yang sudah adem jadi menghangat lagi. Bahkan Maluku dan Riau juga punya potensi meniru. Tuntutan Papua dianggap sebagai momentum yang tepat untuk memperjuangkan hal yang sama.

Papua mengibarkan bendera Bintang Kejora, Aceh pun mengerek benderanya. Sampai di sini, bisa dipahami bahwa latah bisa menjadikan Indonesia terpecah-pecah. Latah bisa menggiring Balkanisasi.

Foto: Ashar/Ceknricek.com

Baca Juga: Rusuh Papua, Belajarlah dari Timor Timur

Arab Spring atau musim semi Arab lahir dari sikap latah. Pergolakan muncul pertama di Tunisia yang memaksa Presiden Zine El Abidine Ben Ali mundur dari kekuasaannya. Gerakan itu memicu munculnya semangat di berbagai negeri Arab. Rakyat di Oman, Yaman, Mesir, Suriah, dan Maroko turun ke jalan ikut menuntut perubahan. Di Mesir Presiden Husni Mubarak mundur pada 11 Februari 2011.

Sumber: the Independent

Pada pertengahan Februari merebak pula protes di Libya dan memicu terjadinya perang saudara. Pertempuran berakhir setelah terbunuhnya Presiden Muammar Khadafi pada 20 Oktober 2011.

Pada Juni 2010, Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, terluka setelah lolos dari usaha pembunuhan. Terus menguatnya berbagai tekanan, memaksa sang presiden kemudian menyerahkan kekuasaannya kepada wakil Presiden Abd Rabbuh al-Hadi di awal 2012.

Istilah Arab Spring sendiri mengambil sebutan yang sempat populer untuk menggambarkan perubahan besar di negara-negara Eropa antara tahun 1848- 1849. Saat itu terjadi perubahan drastis di Italia, Jerman, Prancis, Denmark, Hungaria, Swedia, Polandia, Swiss, Belgia, dan Irlandia. Perubahan yang kemudian disebut the Spring of Nations, People's Spring, Springtime of the Peoples atau the Year of Revolution.

Semua awalnya meniru. Sikap ikut-ikutan, meniru, dan latah jika tidak ditangani dengan arif dan bijaksana bisa menjadi petaka disintegrasi bangsa. Hal yang mesti dicegah.

Latah sebagai penyakit bisa diobati. Salah satu cara yang dipercaya efektif untuk mengatasi latah adalah dengan menjalani terapi dengan aromaterapi yang diformulasikan khusus untuk mengobati latah. Penderita harus memilih aromaterapi yang khusus untuk pengobatan, karena efeknya sangat berbeda dengan aromaterapi biasa.

Begitu juga latah para pemimpin untuk pindah ibu kota dan latah demo Papua menuntut merdeka. Tentulah semua itu ada obatnya. Obat itu lebih murah dibanding jika membiarkan semua bertambah parah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita HEADLINE Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini



Berita Terkait