Lewat The Mask, Alif Toeanradjo Kukuhkan Eksistensi di Industri Musik Indonesia | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Istimewa

Lewat The Mask, Alif Toeanradjo Kukuhkan Eksistensi di Industri Musik Indonesia

Ceknricek.com--Dua tahu tak merilis single baru, musisi muda berbakat Indonesia, Alif Toeanradjo akhirnya kembali meluncurkan single berjudul "The Mask". Single ini melengkapi 5 lagu sebelumnya yang sudah dirilis Alif, yaitu “Hopes & Dreams” (2021), “Couldn’t Care Less” (2021), “Nothing Comes Easy” (2021), “Take No Regrets” (2022) dan “Light the Day” (2022).

Seperti lagu- lagu Alif sebelumnya, “The Mask” juga bergenre British Pop/Rock. Single ini semakin mengukuhkan eksistensi Alif di industri musik Indonesia, setelah ia mengambil keputusan besar untuk keluar dari bangku kuliahnya di Fakultas Ekonomi dan Businness Universitas Indonesia (UI) tahun 2015 silam, sebelum akhirnya mengambil studi musik di Birmingham City University, Inggris.

Menurut Alif, “The Mask” berkisah tentang seseorang yang selalu berusaha menjadi orang yang bisa diterima oleh semua orang. Setiap kali bertemu dengan seseorang, dia memakai mask/facade atau topeng yang dia tampilkan agar lawan bicaranya bisa lebih menerima dia. Hal ini disebabkan karena dia merasa insecure terhadap dirinya sendiri dan takut jika dia menunjukkan dirinya yang sebenarnya, orang akan pergi atau tidak suka padanya. Namun, dia akhirnya memaksakan diri untuk melepas topeng tersebut karena sudah lelah berpura pura menjadi orang lain.

Foto: Ist

“Inti dari lagu ini adalah motivasi dari saya, sebagai seorang yang dulunya introvert dan sangat malu untuk berekspresi atau mengutarakan pendapat, agar orang- orang yang merasakan hal yang sama melepas topengnya dan menjadi dirinya sendiri. Be yourself, believe in yourself. Believe who you truly are, have more values than trying to be someone else you’re not,”kata Alif, saat konser di Merchant Bros, Cipete, Jakarta Selatan, Jum'at (12/7/24) malam.

Alif mengaku, pembuatan lagu ini berawal dari video yang dilihatnya di Instagram yang diunggah oleh seorang temannya saat kuliah musik di Birmingham City University, yaitu Nicolas Castro. Pada video tersebut, Nicolas, yang saat ini menjadi pemusik di kota asalnya di Uruguay, secara iseng memainkan notasi gitar menggunakan looper pedal.

Ketika melihat video tersebut, di benak Alif muncul ide-ide drum pattern dan bassline untuk lagunya. Alif kemudian bertanya pada Nicolas apakah boleh menggunakan notasi tersebut di lagunya dan meminta Nicolas untuk membuat versi rekamannya yang kemudian dilakukan oleh Nicolas dengan senang hati. Terinspirasi oleh Toto, U2, dan Coldplay, lagu “The Mask” mulai diproduksi, dan Alif pun menulis serta merekam instrumen lainnya seperti bass, keys, gitar rhythm, dan synths.

Lagu ini juga berkolaborasi dengan Caesar Rizal dari Soulvibe sebagai penggebuk drum yang direkam di Velvet Studio, Pejaten, Jakarta oleh Joe Yosia. Untuk memberi nuansa ensemble pada lagu ini, “The Mask” juga melibatkan paduan suara dari alumni Paragita UI, yaitu Dhanu Harnoto yang bertindak sebagai choir vocal arranger yang sekaligus juga menjadi bagian dari choir, Aditya Syahbanu, Praka Puntadewa, Michael Sean, Ditha Megarani, dan Christa Parengkuan. Bagian Paduan suara ini direkam di Soundverve Production Suites oleh Nico Putra Tanujaya. Mix lagu “The Mask” dilakukan oleh Matt Cotterill dari 300 Acre Studios, Birmingham, UK, dan mastering oleh John P Braddock dari Formation Audio Ltd, UK.

Alif Toeanradjo sendiri lahir dan dibesarkan di Jakarta. Ia mulai tampil sebagai penyanyi di panggung musik sejak usia 6 tahun. Sejak itu, Alif tidak pernah berhenti. Menguasai alat musik gitar, bass dan piano, Alif kemudian memperdalam musik di Birmingham, Inggris. Di sana Alif menjadi bassist dan mengaransemen musik untuk The Clinks, sebuah band lokal di Inggris. Di bawah manajemen Glowing Management yang berpusat di Inggris, beberapa single Alif, seperti “Hopes & Dreams”, masuk playlist Spotify “Fresh Finds Indonesia”.

Selain menguasai berbagai alat musik dan bernyanyi, Alif juga mencipta, mengaransemen dan memproduksi lagu, tak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk penyanyi lain. Solois dengan genre musik British Pop/Rock ini akhir tahun 2023 lalu menyelesaikan tur musiknya di Yogyakarta, Purwokerto, Bandung dan Jakarta.

Ibunda Alif, Sutji Lantyka, mengaku bangga dengan Alif karena mau serius menekuni musik. Meski ketika Alif bilang mau berhenti kuliah di UI, ia merasa sangat sulit menerima. Namun melihat kesungguhannya, perempuan yang biasa disapa Echy ini akhirnya bisa legowo.

"Mungkin itu jadi jalan terbaik buat dia. Saya juga kagum kalau dia mau tampil dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Tampil dipanggung manapun, sekecil apapun tetap latihan dengan tekun. Total sampai ke kostumnya. Sebagai orang tua hanya bisa mendoakan mendukung apapun yang dia lakukan. Mudah mudahan dapat jalan apa yang Alif inginkan,"kata Sutji Lantyka.


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait