Makin Panas, Kini Rusia Dituduh Pakai Senjata Kimia | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: Istimewa

Makin Panas, Kini Rusia Dituduh Pakai Senjata Kimia

Ceknricek.com-- Keadaan di wilayah Ukraina Timur semakin memanas. Rusia diketahui mulai memobilisasi pasukannya ke wilayah tersebut sejak akhir pekan ini.

Moskow ingin mengendalikan wilayah Luhansk dan Donetsk secara menyeluruh dari Ukraina. Namun, pergerakan pasukan Rusia ke wilayah itu mendapatkan perlawanan Kyiv.

Pada Senin (11/4/22) malam waktu setempat, perwira Milisi Rakyat Republik Rakyat Luhansk (LPR), pemberontak yang didukung Rusia, Roman Ivanov, mengkonfirmasi serangan Ukraina. Ia berujar pasukan Presiden Volodymyr Zelensky menargetkan objek sipil.

"Serangan Ukraina di Novoaidar menghancurkan lebih dari 20 rumah, bersama dengan gudang yang diisi dengan pupuk kimia," ujarnya seperti dikutip CNN International, Selasa.

Ukraina membantah telah melakukan serangan ke wilayah perumahan. Kepala Administrasi Militer Regional Luhansk, Serhii Haidai, menegaskan bahwa serangan itu hanya berfokus pada lokasi yang disebut sebagai gudang amunisi.

Sementara itu, di wilayah sebelah Luhansk dan Donetsk, Mariupol, pasukan Rusia dilaporkan telah mundur dari wilayah itu. Namun dalam penarikan itu, Moskow dilaporkan menggunakan senjata kimia untuk membunuh warga sipil.

Laporan asli dalam bentuk pesan Telegram yang diposting oleh Resimen Azov, bagian ultra-nasionalis dari Garda Nasional Ukraina.

"Rusia menggunakan zat beracun yang tidak diketahui asalnya," terang kelompok itu.

Saat ini dugaan penggunaan senjata kimia itu sedang didalami oleh Inggris dan Amerika Serikat (AS). Washington mengatakan jika Rusia diketahui telah menggunakan senjata kimia, itu akan mewakili eskalasi besar konflik dan menghadirkan tantangan langsung bagi NATO untuk bertindak.

"Kami mengetahui laporan media sosial yang mengklaim pasukan Rusia mengerahkan amunisi kimia potensial di Mariupol, Ukraina. Kami tidak dapat mengonfirmasi saat ini dan akan terus memantau situasi dengan cermat," ujar Sekretaris Pers Pentagon, John Kirby.


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait