Martin Luther King Jr. Pejuang Diskriminasi Rasialisme Amerika | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Martin Lhuter King Jr. Sumber : Cobb County

Martin Luther King Jr. Pejuang Diskriminasi Rasialisme Amerika

Ceknricek.com --  I have a dream that one day this nation will rise up and live out the true meaning of its creed: We hold these truths to be self-evident, that all men are created equal.”- Martin Luther King Jr.

Siang hari itu, 28 Agustus 1963, seorang aktivis sekaligus pendeta bernama Martin Luther King Jr., lewat pidatonya “I have a dream” membakar semangat 250 ribu orang yang berkumpul di depan Lincoln Memorial. 

Pidato mengenai pengangguran, masalah rasial, serta keadilan sosial tersebut kelak akan diingat sebagai salah satu pidato paling berpengaruh dalam sejarah Amerika Serikat.

Lima tahun kemudian, tepat pada tanggal hari ini, 4 April 1968, Martin Luther meninggal secara tragis. Pejuang anti-rasisme ditembak mati di kamar hotelnya setelah melakukan aksi di Memphis. Kematian tersebut sontak membuat kerusuhan hampir di seluruh belahan Amerika Serikat. Warga negara kulit hitam kehilangan juru bicaranya yang paling hebat.

Martin Luther Kecil

Lahir di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat pada 15 Januari 1929, Martin Luther King Jr. sepanjang hidupnya tidak pernah berhenti untuk menyuarakan keadilan dan kesetaraan hak-hak manusia. Ayahnya, Martin Luther Sr., adalah seorang pendeta di Atlanta yang selalu mengajarkan agama Katolik pada putranya dengan sangat disiplin.

Semasa remaja, Martin Luther King Jr. disekolahkan di Booker T. Washington High School. Tahun 1948, ia lulus dari Morehouse dengan gelar sarjana sosiologi. Ia kemudian mendaftarkan diri ke Seminari Keagamaan Crozer di Chester, Pennsylvania. Dari sekolah keagamaan itu ia lulus dengan gelar sarjana teologi pada tahun 1951.

Tahun 1953, Martin Luther King Jr. menikahi Coretta Scott. Mereka dikaruniai 4 orang anak. Umur 25, ia menjadi pastor di gereja baptis Dexter Avenue di bilangan Montgomery. Ia juga mulai melanjutkan pendidikannya ke jenjang doktoral di bidang teologi sistematis di Universitas Boston. Tahun 1955 ia mendapat gelar doktor bidang filosofi dari universitas tersebut.

Martin Lhuter King Jr dengan Keluarga. Sumber : Awaaz Nation

Terinspirasi Tokoh-Tokoh Dunia

Upaya yang dilakukan Martin dalam memerangi rasisme adalah dengan perdamaian. Ia tidak pernah melawan ketidakadilan dengan kekerasan, namun berupaya lewat jalur perdamaian. Martin sangat paham, kekerasan hanya akan menimbulkan sebuah penindasan baru. 

Memang tidak semua masyarakat kulit hitam setuju dengan gerakan tersebut, tapi Martin tetap yakin bahwa dengan perdamaian masalah ras bisa diselesaikan. 

Pemikiran dan gagasan-gagasan tersebut tidak timbul begitu saja. Ia mendapat pengaruh dari beberapa orang tokoh dunia. Salah satunya adalah Howard Thurman (pengarang dan pejuang hak sipil) dan Mahatma Ghandi.

Ilustrai Martin Lhuter King dan Mahatma Ghandi. Sumber : Metro Spirit

Karena pekerjaannya sebagai misionaris kerap membuatnya berkeliling dunia, ketika melawat ke India, ia bertemu dan berdiskusi dengan Mahatma Gandhi di tahun 1959. Perjalanannya ke India ini akhirnya memengaruhi cara berpikir pejuang hak-hak sipil tersebut. 

Martin Luther King semakin memperdalam pemahamannya akan pembelaan diri tanpa melalui jalan kekerasan. Ia semakin mantap untuk bersikap bahwa Amerika Serikat harus menegakkan hal-hak sipil rakyatnya. Segala hal yang dipikirkan dan direnungkannya kelak akan ia tuangkan melalui beragam judul pidato dan ceramah yang menggugah pendengarnya.

Keluar Masuk Penjara

Sebagai seorang aktivis, penjara merupakan makanan keseharian bagi Martin Luther King. Pada 1955, ia memimpin aksi boikot terhadap kebijakan bus yang memisahkan kulit putih dan hitam. 

Kasus tersebut bermula ketika Rosa Parks ditahan polisi di Montgomery karena duduk di bangku untuk kulit putih. Boikot berlangsung selama 381 hari tanpa kekerasan. Pada 1956, boikot berhasil mendesak Mahkamah Agung menganulir kebijakan pemisahan bus di Montgomery dan menyebutnya “inkonstitusional”. 

Delapan tahun berselang, King kembali turun ke jalan. Kali ini rombongan King menuju Birmingham, Alabama. Ia ditangkap aparat dan dijebloskan penjara. Meski demikian, hukuman penjara itu malah memberinya sorotan yang lebih besar; penjara menjadi tempa King untuk melakukan kampanye hak-hak sipil.

Pernah juga ia ditangkap  karena melakukan demonstrasi tanpa izin. Selama sebelas hari mendekam dalam penjara, ia menulis suratnya yang terkenal dari balik penjara Birmingham. Catatan itu berjudul "The Letter from Birmningham Jail". Sepanjang hidupnya, sampai ia meninggal, Martin telah dipenjara sebanyak dua puluh kali dan empat kali mengalami siksaan akibat perjuangannya.

Martin Lhuter King Jr. Sumber : Missio Alliance

Lewat perjuangannya inilah, yang tentu saja didukung oleh begitu banyak warga kulit hitam lain, Martin Luther King  menerima hadiah Nobel Perdamaian termuda yakni dalam usia 34 tahun. Uang hadiah yang ia peroleh tersebut, sejumlah $54.123, ia sumbangkan untuk perjuangan persamaan hak.

Mimpi Besar dan Akhir Hayat Pejuang Hak Sipil

Martin sangat pandai dalam memberikan ucapan yang menyentuh ketika berpidato. Apa yang dia katakan selalu bisa menyentuh banyak orang. Salah satu pidatonya yang terkenal adalah "I Have A Dream". Pidato tersebut merupakan pidato improvisasi naskah yang dibuat oleh Clarence B. Jones untuk Martin di depan Monumen Lincoln Memorial tahun 1963.

Martin Lhuter King Jr ketika berpidato di Lincoln Memorial. Sumber : Emaze

".... Saya punya mimpi bahwa suatu saat nanti di Alabama, bocah kulit hitam dan seorang gadis kulit hitam bisa berpegangan tangan dengan gadis dan lelaki kulit putih ...."

Pidato Martin Luther King tersebut di tahun-tahun yang akan datang turut membawa inspirasi bagi gerakan demokrasi di negara-negara lain. Para demonstran di Lapangan Tiananmen, Cina menggunakan kalimat “I Have a Dream” sebagai salah satu atributnya untuk menggugah kesadaran pemerintah. Sedangkan di tembok Tepi Barat Israel, tulisan serupa tergores dengan gagahnya. 

Namun, selang beberapa tahun setelah pembacaan pidato tersebut, Martin meninggal dengan tragis pada 1968. Ia ditembak seorang suprematis kulit putih bernama James Earl Ray paska melakukan aksi di Memphis. 

Martin Luther King Jr. adalah juru bicara gerakan non-kekerasan untuk memperjuangkan hak-hak sipil. Kegigihannya akhirnya membuat dirinya dikenal tidak hanya secara simbolik menjadi pemimpin kaum kulit hitam Amerika, tapi juga menjadi figur dunia dan tokoh perjuangan persamaan hak asasi manusia.



Berita Terkait