Ceknricek.com-Galibnya sebuah konser musik, unsur hiburan memang selalu jadi pertimbangan. Setidaknya, audience datang ingin melepas penat, berjingkrak jingkrak, atau bergoyang sambil ikut bernyanyi riang gembira. Tak mau kening berkernyit, menerima informasi baru, atau setidaknya pengalaman baru dari sang penyanyi.
Namun saat melihat undangan konser Tantowi Yahya,publik mungkin agak sedikit penasaran. Tema “The Soundtrack Of My Life” menandakan, konser Tantowi barangkali menawarkan sesuatu yang baru –beda dengan konser penyanyi lain. Kenyataannya, memang itulah yang terjadi. Konser yang dihelat di Djakarta Theater, Sabtu (4/5/24) itu seperti menyuguhkan cerita pendek tentang kisah hidup Tantowi, sejak kanak kanak hingga kini di usia sudah kepala enam.
Tetap Bermusik
Konser ini menjadi konser kedua Tantowi, setelah tahun lalu, tepatnya September 2023, ia juga menggelar konser serupa. Bedanya dulu untuk amal, konser tahun 2024 ini benar benar untuk konsumsi publik. Persamaannya, selain temanya soal perjalanan hidup dirinya, Tantowi juga ‘konsisten’ menjual tiket pada teman teman dekatnya, lewat grup perpesanan, tanpa publikasi besar besaran.
Tantowi Yahya dan Purwacaraka ft: Ist
Dengan jaringan pertemanan yang luas dari berbagai kalangan, gedung Djakarta Theater malam itu memang full oleh penikmat konsernya. Menteri,mantan menteri, penyanyi lawas, bintang film,pengusaha dan seniman, semua tumplek sambil sesekali ikut berdendang mengikuti alunan tembang yang dinyanyikan Tantowi dengan iringan Thomshell Band.
“Saya sempat ngecek saat penjualan tiket. Ternyata yang beli tiket namanya itu itu juga. Saya cek lagi saat sold out. Sama, yang beli masih teman. Inilah enaknya konser di depan teman teman. Kalau salah nada nggak jadi beban,”kata Tantowi disambut gelak tawa.
Konser ini seolah memberi tafsir, jika pria yang kini tinggal di Bali ini tidak pernah meninggalkan dunia seni, meski selama ini ia berganti ganti “peran”. Saat dihubungi Minggu (5/5/24), mantan duta besar Selandia Baru ini mengaku, memang ia tidak pernah meninggalkan dunia seni, utamanya seni musik.
Selain jadi pembuktian Tantowi masih betah di “habitatnya”, pengakuan Dewi Yahya, sang istri, konser ini juga jadi semacam pengejawantahan sosok Tantowi sebagai pribadi yang banyak ide, meletup letup seperti “pop corn” dengan impian impian out of the box. Saat memberi testimoni sebelum konser lewat video, Dewi juga mengaku bangga dengan semua pencapaian Tantowi.
“Tapi dibalik semua peran yang sudah dimainkannya, dia masih tetap seorang country boy,”kata Dewi.
Hal sama dikatakan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, “mantan” atasan Tantowi. Menurut Retno, tidak banyak orang yang dikaruniai banyak bakat seperti Tantowi. Bahasa Inggris oke, nyanyi jalan, dan jejaring pertemanan luas. Retno bahkan bersaksi, Tantowi adalah duta besar paling populer di jajarannya.
“Saya sering ditanya oleh kolega kalau keluar negeri, bagaimana kabar Tantowi. Luar biasa dan sukses selalu dengan konsernya,”testimoni Retno.
Ujaran Menteri Luar Negeri Retno Marsudi diamini oleh Mantan Duta Besar Polandia, Peter F Gontha dan Romo Aloysius, dua sahabat dekat Tantowi. Menurut Peter, Tantowi adalah orang yang tak punya musuh dan mau berteman dengan semua kalangan. Sementara Romo Aloysius salut dengan pergaulan Tantowi, yang meskipun anak seorang kyai, tapi bisa menyanyikan lagu pujian serta belajar ajaran agama Hindu, yang terkait dengan cara merawat kebahagiaan dalam hubungannya dengan alam.
Unsur Edukasi
Selain menyajikan cerita perjalanan hidup dan pengalaman batin yang dialami Tantowi, menarik mengutip apa kata musisi Purwacaraka, yang anaknya Andrea Miranda ikut jadi pengisi konser. Menurut Kang Purwa –begitu Purwacaraka biasa disapa- melihat konser pada dasarnya sama; melihat orang bernyanyi.
“Tapi beda dengan konser ini. Saya melihatnya ada nilai plusnya, ya konser ya edukasi,”kata Kang Purwa, ditemui seusai konser.
Purwacaraka tidak melihat konser Tantowi dari sisi pencahayaan dan aransemen musik sebagai sesuatu hal yang penting. Karena keduanya hadir sesuai kebutuhan. Misal untuk konser Michael Jackson, soal pencahayaan tentu penting. Tapi melihat “The Soundtrack Of My Life” nya Tantowi, Purwacaraka merasa memang kebutuhannya berbeda.
Edukasi menurut Kang Purwa terlihat ketika di jeda konser Tantowi menghampiri musisi Candra Darusman yang kini sebagai deputi direktur World Intellectual Property Organization (WIPO) alias Organisasi Hak atas Kekayaan Intelektual Dunia. Obrolan soal royalti performing rights itu menjadi penting, ditengah kehidupan musisi yang kerap lagu lagunya dinyanyikan tanpa izin dan tanpa royalty. Tak lupa Tantowi mengaku, lagu lagu yang dinyanyikan sudah dibayar lunas royaltinya.
Dari 32 lagu yang didendangkan di konser, hampir 90 persen adalah lagu lagu Berbahasa Inggris. Soal ini juga tidak dipermasalahkan Purwacaraka, di tengah globalisasi yang kini sudah merasuk ke berbagai bidang. Namun Tantowi juga tak lupa mengangkat lagu lagu lokal jadul, yang sempat mengisi kenangan masa kecilnya.
“Dulu lagu ini nempel di kepala waktu saya kecil. Tidak cocok dengan umur saya, tapi saya paksakan. Malam ini coba saya nyanyikan, walaupun sekarang sedikit ketuaan,”kata Tantowi, bercanda.
Tak lama meluncurlah lagu lagu berjudul Nona Ana, Jatuh Cinta, Tinggi Gunung Seribu Janji, Bimbi dan Karmila, yang dinyanyikan secara Medley, dengan latar belakang gambar gambar penyanyi lawas Ade Manuhutu, Eddy Silitonga, Bob Tutupoli, Rollies dan Farid Hardja.
Hampir semua lagu yang akan dibawakan, diberi pengantar oleh Tantowi, sesuai pengalaman batinnya berinteraksi dengan lagu tersebut. Saat jadi duta besar di Selandia Baru misalnya. Tantowi merasa kaget karena mendapat melodi lagu milik musisi Indonesia sudah berubah lirik dan jadi lagu terkenal.
“Saya kaget pas lagu itu dinyanyikan. Heh, itu lagu negara kami. Bukan milikmu,”kata Tantowi, protes.
Usut punya usut, ternyata lagu itu ditemukan oleh penyanyi kondang Selandia Baru. Karena kesengsem, sang penyanyi balik ke negaranya, dan lirik Bahasa Indonesia diganti Bahasa Inggris. Diputar di radio. Booming. Lagu itu jadi tembang populer di negara negara wilayah pasifik. Tantowi kunjungan ke Fiji dan Samoa, lagu itu ada.
“Lagu tersebut adalah lagu ciptaan A Riyanto, yang berjudul Mimpi Sedih. Luar biasa khan. Yuk kita nyanyikan,”kata Tantowi, yang kemudian menyanyikannya.
Seperti laiknya sebuah konser,misi hiburan juga tidak dilupakan Tantowi. Kehadiran Lilo Kla Project dengan tembang To Love Somebody punya Michael Bolton dan Don't cry for me Argentina yang dibawakan dengan apik oleh Andrea Miranda, menjadi semacam “oase” ditengah keseriusan menonton konser. Begitu juga kehadiran si kembar Fauzi Fauzan dengan lagu lagu sweet pop The Everly Brothers melengkapi suasana manis malam itu.
Sudah tentu “identitas” Tantowi Yahya sebagai penyanyi lagu lagu country, seperti kata Dewi Yahya, tak luput dari perhatian. Lewat permainan cantik biola Rifa Violina, Tantowi melempar tembang country berjudul Cotton Eye Joe, dengan latar belakang pemandangan pedesaan Amerika Serikat dengan padang savana yang luas.
Selain Lilo dan Andrea Miranda, Tantowi juga menghadirkan Yovie Widianto yang mengiringinya menyanyikan Janji Suci. Juga ada Ikke Nurjanah, Kadri Mohamad, Johan Untung, Marsha Zulkarnain dan Mark Patie ikut meramaikan.
Tantowi mengaku senang, dan dalam waktu dekat akan hadir konser konser lain yang sedang digagasnya. Tentu dengan tema yang berbeda. Jika dua konser pertunjukan diadakan di Djakarta Theater dengan alasan ukuran pas,sound bagus dan ditengah kota, Tantowi belum mau menyebut wilayah mana lagi yang akan dirambahnya, demi mewujudkan ide idenya yang terus meletup letup seperti popcorn. Kita tunggu saja…
Editor: Ariful Hakim