Menagih Janji Dato Sri Tahir | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Sumber: Tempo

Menagih Janji Dato Sri Tahir

Ceknricek.com -- Dato Sri Tahir belakangan ini menjadi perbincangan. Pasalnya, orang terkaya nomor empat di Indonesia ini dianggapomdo alias omong doang. Penyandang gelar Mahaputera Naraya yang  terlahir sebagai Ang Tjoen Ming ini sudah memberi angin surga bagi korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hanya saja, surga yang ia janjikan tak juga direalisasikan. Tahir berjanji membangun 1.500 unit rumah untuk korban gempa. Nyatanya, yang direalisasikan 100 unit saja.

Kini, para korban gempa itu menagih janji. Wakil Presiden Jusuf Kalla, bahkan menunjukkan kekesalannya. Hanya saja, JK tak menunjuk hidung. Dia hanya bilang ada pengusaha yang mengingkari janji untuk membantu rekonstruksi pemulihan pascabencana. Tapi realisasinya nol.

Sumber: Istimewa

"Ada tokoh pengusaha yang sudah dapat Bintang (Mahaputera Naraya), ke mana-mana karena isu hebat menderma, yang janji kiri-kanan tapi tidak ada realisasinya. Sudah janji (bangun) 1.500 rumah, yang diakuinya cuma 100," kata JK di Kantor Wapres Jakarta, Selasa (27/8).

Tak sulit mencari ciri-ciri pengusaha yang disebut Wapres. Pengusaha yang pernah mendapatkan penghargaan Tanda Kehormatan Mahaputera Naraya tidak banyak. Pada 15 Agustus 2018 hanya ada nama Dato Sri Tahir dan Arifin Panigoro. Sedangkan tahun ini, 15 Agustus 2019, Sofjan Wanandi.

Baca Juga: Wapres "Murka", Ada Pengusaha Penerima Bintang Mahaputera Ingkar Janji Bantu Rekonstruksi Lombok

Arifin dan Sofjan, tidak pernah diberitakan berjanji memberi derma sebanyak itu. Tinggal satu nama: Dato Sri Tahir. Pascabencana di Kabupaten Lombok Utara, NTB, Dato diberitakan berjanji membantu proses pembangunan dan perbaikan rumah terdampak bencana untuk 1.500 kepala keluarga. Pendiri dan CEO Grup Mayapada itu mengatakan akan menyumbang Rp45 miliar untuk pembangunan dan perbaikan 1.500 rumah, dengan asumsi satu rumah mendapat alokasi Rp30 juta.

Sumber: Kompas

Wapres mengungkap dirinya mendapat surat dari Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) yang mengeluhkan rekonstruksi pascabencana terhambat karena ada pengusaha yang tidak memenuhi janjinya membantu pembangunan. Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola juga mengeluhkan hal serupa.

"Di NTB lebih parah lagi. Orang yang sudah dielu-elukan karena merasa hebat menyumbang kiri-kanan, mau ajukan (bangun) rumah, ajukan apa, disambut oleh gubernur, panglima. Aduh, itu bohong semuanya, merasa hebat tapi tidak ada buktinya," tambahnya.

Jangan Mudah Percaya

Boleh jadi, publik tidak langsung bisa percaya Tahir bisa ingkar janji. Soalnya, ia bukanlah pengusaha sembarangan. Tahir adalah pendiri Mayapada Group. Unit usahanya meliputi perbankan, media cetak dan TV berbayar, properti, rumah sakit dan rantai toko bebas pajak/duty free shopping (DFS). Pada 2018, Tahir tercatat sebagai orang terkaya ke-4 di Indonesia. Harta kekayaannya mencapai US$3,5 miliar.

Sumber: Istimewa

Reputasinya sebagai filantropi juga harum mewangi. Saat terjadi banjir di Jakarta, ia bersama Alim Markus (Maspion) dan Mochtar Riady (Lippo Group) menyumbang Rp7 miliar dalam bentuk pengadaan air bersih, buku, dan juga seragam sekolah bagi anak-anak korban banjir.

Sumbangannya yang fenomenal adalah US$75 juta untuk The Global Fund untuk melawan TBC, HIV, dan Malaria di Indonesia, bermitra dengan Bill & Melinda Gates Foundation, yayasan sosial milik miliader terkaya di dunia Bill Gates.

Lebih jauh lagi, Tahir sempat berjanji akan menghibahkan secara cuma-cuma 5% kekayaannya bila ada masyarakat yang datang kepadanya untuk meminta bantuan. Pernyataan spontan itu ia lontarkan saat menjadi pembicara dalam diskusi The Founders bertajuk “How to be A Good Entrepreneur” yang digelar Tempo pada Rabu, 27 Maret 2019 lalu.

“Kalau rakyat Indonesia mau ambil harta saya 5%, detik ini saya kasih,” ujarnya. Namun, ia mematok syarat bahwa masyarakat yang meminta harta tersebut terbukti benar-benar orang yang membutuhkan alias bukan oknum.

Anak juragan becak itu mengatakan perkara beri-memberi telah menjadi prinsipnya selagi masih hidup. “Saya look back. Ini sebuah konsekuensi dari logika,” ucapnya. “Saya enggak ada jaminan besok pagi saya masih hidup karena sudah 67 tahun. It’s a logical,” lanjutnya.

Berderet penghargaan disandang Tahir. Ia menyandang Dato Sri atas anugerah dari Sultan Pahang, Malaysia pada bulan Mei 2010. Hal itu diberikan atas kontribusinya dalam masyarakat dan menyelesaikan konflik antar perusahaan. Ia juga menerima gelar profesor dari Lingnan College, Sun Yat-Sen University untuk periode Oktober 2011 hingga September 2014.

Sumber: Investor daily

Bukan hanya itu. Pada tahun 2011 Tahir mendapatkan penghargaan Chancellor's Citation dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat atas kepemimpinan yang luar biasa dalam bisnis dan pengabdiannya dalam kegiatan filantropi dan pelayanan kepada masyarakat. Tahir juga tercatat sebagai orang Asia pertama yang menjadi anggota Wali Amanat University of California (UC) Berkeley, AS.

Dari deretan penghargaan itu, sulit rasanya mempercayai bahwa Tahir ingkar janji. Mungkin saja dia lupa. Maka masyarakat yang merasa dapat janji patut menagih. Namun bila sudah ditagih masih saja ingkar, ya sudah, mau bilang apa lagi.

Camkan saja apa yang dibilang JK. Kepala daerah jangan mudah percaya kepada pengusaha yang obral janji. "Peringatan juga pada pengusaha yang suka janji kiri-kanan, merasa langsung dikasih (Bintang) Mahaputra, padahal tidak ada hasilnya nol," tegas JK.

BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.



Berita Terkait