Ceknricek.com -- Kondisi global pada 2020 masih akan diwarnai sejumlah konflik di sejumlah negara. Lembaga riset dan kajian Indef menyorot sejumlah konflik yang dianggap bisa memengaruhi ekonomi dunia, juga Indonesia. Pertama adalah pemilihan umum di AS. Donald Trump berencana untuk mencalonkan kembali menduduki kursi presiden. Lalu, kerusuhan Hongkong tentang UU Ekstradisi. Selanjutnya, British Exit atau Brexit, konflik Timur Tengah, juga konflik Korea Selatan dan Jepang.
Peristiwa-peristiwa global di sejumlah negara tersebut sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap Indonesia.
Pemilu AS
AS sebagai negara super power memiliki banyak pengaruh dalam dunia internasional. Dalam hubungannya dengan berbagai negara di belahan dunia, AS telah lebih dulu menunjukkan eksistensinya melalui predikat negara dengan kekuatan ekonomi terkuat di dunia. Hal ini tentunya memiliki pengaruh besar dalam segi politik maupun ekonomi global. Seiring akan dilaksanakannya pemilihan umum AS di 2020, tentunya hal ini akan memengaruhi kondisi ekonomi politik di tingkat global.
Pemilu AS - Sumber: Republika
Pada pemilihan umum AS ke depan, Donald Trump berencana untuk mencalonkan kembali menduduki kursi presiden. Sebagai aktor politik dari Partai Republik, kebijakan yang dibawa oleh Donald Trump tentunya tak jauh dari kepentingan yang dibawa oleh partainya.
Apabila terpilih, kebijakan Donald Trump pada masa kepemimpinannya diperkirakan akan berlanjut di masa mendatang. Proteksionisme dilakukan Donald Trump melalui berbagai kebijakan, terutama dalam bidang ekonomi dan keamanan. Hal ini sejalan dengan misinya yang akan menguatkan perekonomian AS di tengah persaingan perdagangan internasional yang semakin memanas.
Sumber: Telegraph
Proteksionisme dalam bidang keamanan juga memiliki dampak pada hubungan politik AS, khususnya pada negara-negara Islam yang mengecam beberapa kebijakan Donald Trump terhadap masyarakat muslim.
Kebijakan Donald Trump tersebut juga memberikan dampak bagi Indonesia. Sebagai contoh dalam kebijakan proteksionisme ekonomi AS, untuk melindungi perekonomian Donald Trump mengurangi jumlah ekspor yang masuk ke negaranya dengan memberlakukan kenaikan tarif bea cukai.
Hal ini tentunya menimbulkan reaksi dari berbagai negara yang melakukan transaksi perdagangan dengan AS. Tak terkecuali bagi China sebagai mitra dagang terbesar AS. Ujungnya, perang dagang melalui kebijakan proteksi tersebut dapat memberikan dampak bagi ekspor Indonesia, mengingat China dan AS merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.
China-Hongkong
Kerusuhan di Hongkong terkait penolakan RUU Ekstradisi berdampak pada stabilitas politik dan keamanan negara, dan sektor-sektor perekonomian Hongkong. Banyak investor bisnis khawatir terhadap situasi di Hongkong, sehingga wait and see, bahkan membatalkan berbagai kerja sama bisnis maupun keuangan.
Dampak kondisi politik di Hongkong cukup terasa di Singapura. Survei kepada pebisnis pada 21 sampai 29 Agustus 2019, (120 responden dari pemilik perusahaan-perusahaan yang hadir di Hongkong dan Singapura) mengatakan bahwa kerusuhan di Hongkong akan menghambat investasi dan ekspansi perusahaan di masa depan.
Baca Juga: Hukuman Ilmuwan
Berdasarkan 120 responden, 80% responden mengatakan bahwa kerusuhan di Hongkong telah memengaruhi mereka untuk mempertimbangkan memilih Hongkong sebagai destinasi investasi. Lebih dari 90% responden memilih Singapura sebagai tujuan terbaik untuk modal atau fungsi bisnis mereka. Ke depannya, Singapura memiliki keunggulan stabilitas negara dibandingkan dengan Hongkong. Kondisi tersebut akan menggeser investor untuk pindah ke Singapura atau ke negara lainnya.
Sumber: Kompas
Selain mengganggu aktivitas perekonomian, kondisi di Hongkong telah menimbulkan kekhawatiran terhadap masyarakat yang tinggal di sana. Dampak yang dirasakan dari aksi demonstrasi tersebut telah mengganggu aktivitas masyarakat Hongkong dikarenakan akibat perusakan fasilitas umum, penutupan bandara, serta penjarahan tempat-tempat perbelanjaan.
Dampak yang ditimbulkan akibat kerusuhan tersebut tidak hanya meresahkan masyarakat Hongkong. Dampak kerusuhan juga telah mengancam keselamatan pekerja asing asal Indonesia di Hongkong akibat kondisi keamanan yang tidak stabil di beberapa titik kota tersebut. Selain itu, Migrant Care mengimbau agar pemerintah sementara waktu menghentikan pengiriman tenaga kerja ke Hongkong seiring situasi keamanan yang belum kondusif.
British Exit
Keluarnya Inggris dari organisasi regional Uni Eropa menjadi salah satu isu yang berpengaruh pada politik dan ekonomi global. Inggris sebagai salah satu negara yang banyak membantu perekonomian Uni Eropa memutuskan untuk meninggalkan organisasi regionalnya atas pertimbangan dari hasil referendum.
Atas keputusannya tersebut, Uni Eropa yang menerapkan sistem kebijakan tunggal tentunya memengaruhi stabilitas politik dan ekonomi Inggris serta negara-negara Uni Eropa lainnya.
Sumber: FinancialEngines
Setelah keluarnya Inggris dari Uni Eropa, hal ini menimbulkan efek domino yang tak hanya dirasakan oleh negara-negara Eropa, namun juga negara-negara yang memiliki kerja sama maupun perdagangan dengan Inggris, melalui kebijakan tunggal di bawah kendali Uni Eropa.
Selepas keluarnya Inggris, maka kebijakan tersebut tidak berlaku untuk negara Inggris, serta membangun kembali kerja sama secara bilateral. Selain itu, dampak lainnya adalah melemahnya nilai poundsterling terhadap sejumlah mata uang negara lain. Seiring dampak ke mata uang tersebut, investasi Inggris ke Indonesia juga terganggu akibat Brexit.
Konflik Timur Tengah
Serangan kelompok Hutsi ke ladang minyak Arab Saudi pada 14 September 2019 di Abqaiq dan Khurais telah meningkatkan suhu konflik bersenjata di Timur Tengah. Aksi tersebut dilakukan sebagai balasan atas serangan Arab Saudi ke Yaman selama bertahun-tahun. Serangan tersebut dilakukan dengan menggunakan 10 pasukan nirawak (drone), yang menyebabkan Arab Saudi kehilangan lebih dari 50% dari total produksi minyak mentah per hari atau sekitar 5,7 juta barel per hari.
McNally Rapi dan Consultancy menjelaskan ladang minyak Abqaiq merupakan sumber vital pasokan minyak dunia. Abqaiq menyumbang 7% kebutuhan minyak mentah dunia. Kondisi ini menyebabkan eskalasi krisis rantai minyak dunia.
Serangan Ladang Minyak - Sumber: Kompas
Aksi serangan ini telah menimbulkan keresahan baru di pasar energi, tidak hanya berdampak pada perekonomian Arab Saudi, namun juga berdampak pada berkurangnya pasokan minyak mentah dunia. Aksi serangan tersebut berakibat langsung pada kenaikan harga minyak dunia yang naik 10% di pasar dunia setelah beberapa saat serangan tersebut terjadi.
Baca Juga: Dahlan Iskan: Tahun MoveOn
Serangan terhadap ladang minyak Abqaiq Arab Saudi diproyeksikan akan sedikit mengganggu kebutuhan impor minyak ke Indonesia dalam jangka pendek, dikarenakan Indonesia mengimpor kurang lebih 110 ribu barel minyak per hari dari Arab Saudi.
Kondisi kawasan yang tidak stabil di Timur Tengah akibat beberapa konflik yang terjadi seharusnya menjadi perhatian penting bagi Indonesia. Impor minyak mentah terbesar. Indonesia berasal dari Arab Saudi, sehingga dikhawatirkan konflik yang terjadi di kawasan tersebut akan mengganggu persediaan pasokan minyak untuk Indonesia di masa yang akan datang.
Konflik Korea-Jepang
Konflik perdagangan antara Jepang dan Korea Selatan tidak hanya sebatas urusan ekonomi, tetapi juga karena luka lama saat Perang Dunia II. Memburuknya hubungan keduanya saat Mahkamah Agung Korea Selatan memerintahkan perusahaan Jepang untuk memberikan kompensasi hingga US$88 ribu pada pekerja paksa, yang dahulu dipekerjakan di perusahaan Jepang.
Dampak dari hal itu, Jepang memperketat ekspor bahan kimia yang dibutuhkan bagi industri semikonduktor Korea Selatan. Penghapusan Korea Selatan dari whitelist oleh Jepang dibalas Korea Selatan dengan mengeluarkan Jepang dari daftar mitra negara terfavorit. Perselisihan yang terjadi menimbulkan dampak bagi keduanya. Dampak negatif bagi Korea Selatan terlihat dari penurunan ekspor dan proyeksi pertumbuhan ekonomi.
Sumber: ayobandung.com
Sementara itu, Jepang mengalami koreksi penjualan mobil di Korea Selatan. Dampak lainnya yaitu pembatalan kerja sama militer yang dinamai General Security of Military Information Agreement (GSOMIA), sebuah perjanjian yang memfasilitasi pembagian informasi tentang ancaman nuklir dan rudal Korea Utara.
Dampak lain dari konflik Jepang dan Korea Selatan diproyeksikan juga akan berimbas pada perekonomian Indonesia, khususnya pada nilai investasi dan ekspor Indonesia oleh kedua negara tersebut.
Berdasarkan laporan data dari BKPM, Jepang menempati urutan ke-3 sebagai investor terbesar di Indonesia dengan nilai investasi US$1,13 miliar dan Korea Selatan berada di posisi ke-8 dengan nilai investasi US$269,5 juta. Kemudian, dalam sektor perdagangan Jepang menempati urutan ke-3 sebagai pangsa pasar nonmigas Indonesia dengan nilai ekspor US$5,67 miliar dan Korea Selatan berada di urutan ke-7 dengan nilai ekspor US$2,73 miliar.
Konflik keduanya diperkirakan tidak akan berlangsung lama, namun pemerintah harus tetap waspada untuk mempersiapkan sektor-sektor yang akan terkena dampak konflik perdagangan Jepang dan Korea Selatan.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar