Ceknricek.com - Kongres Perempuan Indonesia pertama kali digelar di Yogyakarta pada tanggal 22-25 Desember 1928. Kala itu, sekitar 600 orang dari 30 organisasi perempuan datang berkumpul di pendopo Dalem Jayadipuran, milik seorang bangsawan bernama R.T. Joyodipoero. Para perwakilan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera pada saat itu memperjuangkan hak-hak perempuan, utamanya di bidang pendidikan dan pernikahan.
Seluruh gagasan dan pikiran dipertukarkan pada pertemuan 3 hari tersebut. Beberapa isu yang menjadi fokus adalah pendidikan untuk perempuan, perkawinan anak-anak, kawin paksa, permaduan (poligami), dan perceraian yang sewenang-wenang. Peserta kongres juga memperjuangkan hak dan peran wanita agar tidak menjadi pelayan suami saja.
Berdasarkan laporan Penasihat Urusan Pribumi, Charles Olke van der Plas kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda masa itu, Andries Cornelis Dirk de Graeff, kongres tersebut dinilai sukses. Mengutip dari buku Susan Blackburn berjudul Kongres Perempuan Pertama (2007) Laporan tersebut menyebutkan:
“Dalam kesempatan ini juga kenyataannya bahwa perempuan sering lebih realistis, lebih berimbang dan lebih beradab dalam pendekatan mereka dibandingkan lelaki… Organisasi ini pantas mendapatkan ucapan selamat dan perhatian secukupnya,”
Kongres itu membuat organisasi-organisasi wanita semakin kuat bersatu. Kongres itu berhasil membentuk badan federasi organisasi wanita yang lebih besar yakni Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI).
Berselang 7 tahun, pada 1935 diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia II di Jakarta. Ada dua keputusan yang diperhatian saat itu. Pertama, wanita Indonesia berkewajiban menjadi “Ibu bangsa” yang harus berusaha menumbuhkan generasi baru yang lebih sadar kebangsaan. Kedua, anggota kongres harus menjalin hubungan baik dengan generasi muda agar saling pengertian dan seimbang.
Tahun 1938, Kongres Perempuan Indonesia III digelar. Saat inilah tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai “Hari Ibu”. Keputusan pada kongres tersebut dikuatkan dengan Keputusan Presiden RI No. 316 tanggal 16 Desember 1959 menjadi Hari Nasional.
Tanggal 22 Desember dipilih sebagai pengingat bahwa pergerakan perempuan di Indonesia bersatu pada tanggal tersebut. Indonesia memperingati Hari Ibu tidak hanya untuk menghormati jasa ibu yang tak terhingga dalam merawat dan membersarkan. Peringatan ini juga memberi kesempatan untuk menghayati peristiwa bersejarah, Kongres Perempuan Indonesia.
Tidak sama dengan negara lain
Peringatan hari ibu di berbagai negara berbeda-beda tanggal. Di Amerika Serikat, Hari Ibu dirayakan pertama kali di tahun 1908, saat Anna Jarvis yang mengadakan peringatan atas kematian ibunya di Grafton, West Virginia. Tiga tahun berselang, seluruh negara bagian di AS menetapkan Hari Ibu menjadi hari libur. Tanggal Hari Ibu di AS dan lebih dari 75 negara lainnya yakni pada hari Minggu kedua pada bulan Mei.
Di Inggris, Hari Ibu jatuh pada hari Minggu tiga pekan sebelum paskah, sehingga tanggalnya akan berubah-ubah setiap tahun. Biasanya Hari Ibu akan jatuh pada pertengahan Maret hingga awal April. Saat itu, anak-anak yang merantau akan datang ke rumah, pulang kampung untuk bertemu ibunya.
Di India, Hari Ibu dirayakan selama 10 hari di bulan Oktober. Perayaan ini merupakan tradisi umat Hindu yaitu festival Pujha Durga, sebuah penghormatan kepada Dewi Durga yang dianggap sebagai ibu alam semesta.