Menimbang Efektivitas Jurus 3W Satgas COVID-19 | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Istimewa

Menimbang Efektivitas Jurus 3W Satgas COVID-19

Ceknricek.com -- Bermula dari itikad dan ikhtiar melawan COVID-19, Ketua Satgas COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo memperkenalkan jurus 3W, Wajib Iman, Wajib Aman dan Wajib Imun.

Narasi iman, aman dan imun diperkenalkan dan dikampanyekan kepada masyarakat Indonesia dengan harapan bisa terhindar dari penularan COVID-19.

Jurus 3W kemudian dianggap cocok dijadikan sebagai pesan universal bagi semua kalangan dalam menghadapi wabah virus corona.

“Ingat, jurus iman, aman dan imun itu ibarat 'satu tarikan nafas'. Tidak bisa hanya satu yang dilaksanakan, dua yang lain tidak. Tidak bisa juga, dua dilaksanakan, yang satu tidak. Tiga-tiganya harus dilakukan bersama-sama. Dan prinsip utama yang harus dicamkan, yakni 'dokter terbaik adalah diri sendiri',” ungkap Doni dalam sebuah kesempatan jumpa pers daring di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Iman yang awalnya bermakna menjalankan syariat ibadah dan doa ke haribaan Allah SWT agar terlindung dari virus corona baru, diubah lebih universal menjadi berdoa dan beribadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

Untuk jurus aman pada prinsipnya sama, yakni menjalankan protokol kesehatan dengan baik dengan memakai masker, menjaga jarak serta menghindari kerumunan dan mencuci tangan dengan sabun, maka untuk imun Doni menambahkan hati senang sebagai salah satu cara meningkatkan imunitas.

Selain makanan bernutrisi, istirahat cukup, berolahraga dan tidak panik atau stres, yang tak kalah penting adalah hati yang senang, kata dia menjelaskan perihal imun tadi.

Formulasi iman, aman dan imun harus dijalankan secara serentak maka ketiganya harus menjadi suatu kewajiban. Sehingga imbauan 3M yang sebelumnya meminta masyarakat untuk memakai masker dengan benar, menjaga jarak lebih dari 1,5 meter dengan lainnya, dan mencuci tangan dengan sabun dengan rutin berubah menjadi 3W atau Tiga Wajib.

Semua 3M dan 3W, tidak berfungsi maksimal kalau perut kosong. Katakan pula, semua syarat tadi terpenuhi, takkan produktif kalau kehilangan kegembiraan, stres, kurang olahraga dan rajin begadang, karenanya urusan itu pun juga perlu ditambahkan kata wajib.

Kaum berada yang mampu mencukupi nutrisinya dengan makan steak, salad, dan lain-lain tetap saja rentan, manakala dalam tata pergaulan mengabaikan protokol kesehatan. Sejumlah negara maju dan berpenghasilan ekonomi papan atas sehingga untuk persoalan nutrisi relatif minim, namun kebiasaan hang-out, bergerombol dan mengabaikan protokol kesehatan membuat kasus penularan COVID-19 menjadi tinggi.

Kepala BNPB ini menjelaskan klaster perkantoran di Jakarta, terjadi karena banyaknya kaum pekerja berangkat subuh pulang malam, "terjebak" dalam ruangan berpenyejuk udara, serta stres dengan pekerjaan. Makan terkadang hanya memesan junk food secara daring, pulang larut malam dan sudah letih, terkadang masih harus menyelesaikan pekerjaan kantor atau masalah lain di rumah, tidak sempat olahraga.

Menurut Doni Monardo tipikal seperti itu rentan terpapar virus, apalagi yang berangkat dan pulang kantor mayoritas menggunakan kendaraan umum.

"Mematuhi protokol kesehatan bukan berarti ada jaminan bebas dari serangan COVID-19, apalagi jika kita abai dan lalai. Dalam hal ini semua protokol itu menjadi keharusan, bukan lagi ajakan atau imbauan. Ia menjadi sesuatu yang wajib," pungkasnya.

Baca juga: Ketua Satgas COVID-19 Ingatkan Masyarakat Patuhi Protokol Kesehatan



Berita Terkait