Ceknricek.com -- Gunung Tangkuban Perahu mengalami erupsi pada Jumat (26/7). Catatan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG) menyatakan, erupsi mengeluarkan abu vulkanik dengan tinggi kolom abu teramati ± 200 m di atas puncak (± 2.284 m di atas permukaan laut).
Data sementara Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, Sabtu (27/7), sebanyak 15 wisatawan mengalami sesak nafas akibat erupsi abu vulkanik tersebut.
Waspadai Penyakit Silikosis
dr. Feni Fitriani Taufik, SpP(K), MPd dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menjelaskan, debu vulkanik dari letusan gunung api bisa menimbulkan dampak kesehatan. Salah satu kandungan dalam debu, silika diketahui dapat memicu penyakit silikosis.

Sumber: Istimewa
American Lung Association, menjelaskan silikosis adalah kondisi dimana paru-paru terluka akibat menghirup terlalu banyak debu silika. Perkembangan penyakit silikosis bisa terjadi secara akut atau kronis tergantung dari tingkat paparan debu.
Saat mulai terjadi perlukaan, akan mulai terbentuk jaringan parut dan pada beberapa kasus bisa berkembang menjadi kondisi fibrosis masif progresif. Ini karena jaringan parut yang parah membuat paru-paru jadi lebih kaku sehingga sulit untuk bernafas.
"Seiring berjalannya waktu kapasitas paru akan terus berkurang sehingga seseorang dengan silikosis mungkin akan membutuhkan alat bantu napas," tulis American Lung Association.
Gejala Silikosis
Penderita silikosis dengan jenis "noduler simpel" tidak menunjukkan masalah pernapasan, namun penderita akan mengalami batuk berdahak akibat iritasi pada saluran pernapasan (bronkitis).
Sedangkan pada "silikosis konglomerata", penderita akan mengalami batuk berdahak dan sesak napas. Awalnya, sesak napas akan dialami saat melakukan aktivitas, namun lama kelamaan sesak napas akan timbul meski sedang beristirahat.
Keluhan pernapasan bisa memburuk dalam waktu 2-5 tahun setelah penderita berhenti bekerja. Kerusakan di paru-paru bisa mengenai jantung dan mengakibatkan gagal jantung yang bisa berakibat fatal.
Jika terpapar oleh organisme penyebab tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis), penderita penyakit silikosis mempunyai risiko tiga kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis.
Pengobatan Silikosis
Tidak ada pengobatan khusus untuk silikosis. Sebagai upaya pencegahan makin parahnya penyakit maka sangat penting untuk menghilangkan sumber paparan. Sebagai terapi pendukung penderita penyakit silikosis bisa diberikan obat penekan batuk, oksigen dan bronkodilator. Bila terjadi infeksi, maka bisa diberikan antibiotik.
Penderita penyakit silikosis akibat kerja berisiko tinggi menderita tuberkulosis (TBC), sehingga dianjurkan untuk menjalani tes kulit secara rutin setiap tahun. Silika diduga memengaruhi sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab TBC. Jika hasilnya positif, diberikan obat anti-TBC.
Penyakti silikosis ini dapat terus memburuk, yang menyebabkan kerusakan paru-paru lebih lanjut dan kecacatan serius, meskipun ini dapat terjadi sangat lambat selama bertahun-tahun.