Negara Melodrama, Zaman yang Serba Hitam Putih | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto : brilio

Negara Melodrama, Zaman yang Serba Hitam Putih

Ceknricek.com - Sutradara kenamaan Garin Nugroho meluncurkan buku terbarunya berjudul "Negara Melodrama" di Bentara Budaya Jakarta, Selasa (19/3) malam.

Buku "Negara Melodrama" merupakan kumpulan esai-esai populernya yang dipublikasikan di kolom Udar Rasa Harian Kompas. Berangkat dari buku ini, gagasan Dongeng Nuswantara bergulir dan mewujud menjadi sebentuk pementasan kolaborasi yang merefleksikan situasi sosial, budaya dan politik negeri ini. 

Sumber : Dok Pribadi 

Dari beberapa nama yang hadir dan ikut memeriahkan acara tersebut nampak Tommy F Awuy, Cornelia Agatha, Irwansyah Harahap, Faisal Lubis, Joko Gombloh dan Mia Ismi. Mereka berkolaborasi dengan menyanyikan lagu-lagu yang menandai bentangan sejarah sosial di Indonesia. Garin pun lewat perbincangannya dengan penonton dan kemampuannya dalam menarasikan lanskap kebudayaan mampu membuat acara tersebut semakin renyah dan hangat.

Mia Ismi, sang violist, membuka acara dengan gesekan biolanya yang kemudian disambut dengan kata pengantar dari Garin. 

Sumber : Dok Pribadi 

“Acara ini tidak membawa bendera salah satu pasangan calon (presiden) pun. Hari ini kita menyanyikan lagu-lagu melodrama dengan bebas. Dalam kebebasan tidak ada yang salah, santai saja. Kalau salah diperbaiki dalam kebersamaan,” ucapnya disambut gelak tawa audiens.

Lagu 'Bunga Seroja' ciptaan Iwan Efendi membuka lantunan dongeng lagu Nuswantara yang di dalamnya kental dengan syair-syair Melayu. Masih dengan narasi yang sama lagu 'Fatwa Pujangga' dinyanyikan oleh Tommy F Awuy dengan teknik vibrasi penuh emosional.

Dengan lihai Garin merajut sejarah secara kronologis kemudian menandainya lewat lantunan yang didendangkan oleh seniman pendukung yang ikut memeriahkan acara tersebut.

Menurut Garin, masyarakat Indonesia tumbuh dan dibesarkan lewat budaya fiksi, bahkan sejarah film di Indonesia pun menurutnya adalah sejarah fiksi.

“Pada tahun 1950-1960-an kita memiliki lagu-lagu melayu melodrama Melayu yang kemudian disusul dengan lagu dangdut pada era 1980-an. Berikutnya, kita memasuki era bioskop, sebuah dunia melodrama yang lebih besar yang hanya menawarkan hitam dan putih serta cerita-cerita fiksi. Film menciptakan masyarakat fiksi yang tidak mempedulikan fakta dan data. Dari dulu, masyarakat kita memang seperti itu sehingga tidak heran jika sekarang banyak merebak berita-berita hoaks,” ujar Garin.

Dari rajutan narasi tersebutlah, Garin mengajak penonton menyanyikan lagu 'Nonton Bioskop' karya Benyamin Sueb dan sempat dipopulerkan Bing Slamet. Lantunan terus berlanjut dengan lagu-lagu yang sempat hits di zamannya, 'Bis Sekolah' karya Koes plus, 'Badai Pasti Berlalu' karya Eros Djarot yang menjadi pengiring film legendaris karya Teguh Karya atau Stieve Liem. 

Garin Nugroho lahir di Yogyakarta, 6 Juni 1952. Ia adalah seorang sutradara yang karyanya telah banyak mendapatkan penghargaan internasional. Beberapa film terkininya antara lain Soegija (2012), Mata Tertutup (2012), The Mirror Never Lies (2011), Generasi Biru (2009), dan lain-lain. 

Sinema besutan Garin Nugroho dikenal memiliki nuansa keindonesiaan yang kaya, berlatar kultural berbagai suku di Nusantara, dengan tuturan visual apik dan puitik, yang kemudian menjadi ciri khas dari setiap karyanya. Film terbaru Garin Nugroho yang berjudul "Kucumbu Tubuh Indahku", tayang perdana di Venice Film Festival dan tengah berkeliling di beberapa festival dan akan tayang di bioskop Indonesia mulai 18 April 2019.



Berita Terkait