Ceknricek.com -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini kepercayaan investor masih tinggi kepada fundamental dan prospek ekonomi Indonesia. Hal ini tercermin dari industri pasar modal yang tumbuh positif selama tahun 2019.
"Tahun 2019 kita tahu tidak mudah, banyak hal secara global terjadi tidak mendukung pertumbuhan ekonomi tapi untuk pasar modal, kami masih bisa melihat kinerja stabil," kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida dalam penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin.
Menurut dia, kepercayaan itu tidak hanya datang dari investor dalam negeri tetapi juga investor asing. Sekadar informasi, net buy oleh investor saham hingga 26 Desember 2019 (year to date atau ytd) sebesar Rp49,19 triliun dari 2018 dan di surat berharga negara (SBN) yang lebih tinggi mencapai Rp171,59 triliun serta obligasi korporasi sebesar Rp5,48 triliun. Kinerja SBN juga membaik selama tahun ini dengan rata-rata yield turun sebesar 96,57 basis poin.
Baca Juga: Jumlah Investor Pasar Modal Syariah Tumbuh 49 Persen di Tahun 2019
"Ini tentu semua, merupakan suatu kinerja baik dan tidak lepas dari semua pihak baik pemerintah, BEI, dan semua pelaku sektor jasa keuangan," ucap Nurhaida.
Sementara itu, dari sisi kebijakan, OJK mengambil beberapa hal untuk mendukung program pembangunan nasional dan memperdalam pasar modal RI. Beberapa di antaranya kebijakan dari OJK itu, yakni memfasilitasi penerbitan instrumen keuangan jangka menengah dan panjang.
Sumber: Antara
OJK juga mengeluarkan ketentuan tentang fasilitasi penerbitan instrumen jangka menengah dan panjang baik sifatnya konvensional, syariah dan ramah lingkungan.
"OJK mengembangkan infrastruktur di pasar modal berdasarkan kemajuan teknologi yang ada. Kami juga fasilitasi pengembangan basis investor di daerah," ujar Nurhaida.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga berharap agar industri pasar modal terlibat dalam kelanjutan pembangunan infrastruktur sebagai bagian dari lima program prioritas pemerintah periode 2019-2024. Pasar modal sendiri bisa menjadi salah satu alternatif bagi pembiayaan sektor pembangunan.
Selama 2019 ada 175 penawaran umum baik obligasi dan saham. Di antara 175 penawaran itu, sebanyak 56 adalah emiten baru dan dana yang dihimpun berdasarkan penawaran umum tersebut mencapai Rp166,25 triliun. Sementara untuk penghimpunan dana melalui investasi real estat berbentuk kontrak investasi kolektif (DIRE-KIK), Dana Investasi Infrastruktur Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (DINFRA) dan reksa dana meningkat 8,37 persen.
Dana kelolaan dari ketiga bentuk investasi itu mencapai hampir Rp811 triliun. Nurhaida berharap capaian tahun 2019 itu bisa merupakan katalis positif bagi pasar modal tahun 2020.
"Tentu, kerja sama dan sinergi semua pihak kembali kami harap tahun 2020 dalam program membangun infrastruktur memberikan alternatif pembiayaan, bisa kita penuhi dari pasar modal," ucapnya.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.