Pahlawan dan Heroisme dalam Film  | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Tokopedia

Pahlawan dan Heroisme dalam Film 

Ceknricek.com -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin jalannya upacara Apel Kehormatan dan Renungan Suci di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Sabtu (17/8) dini hari. 

Apel yang digelar tepat pukul 00.00 WIB ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan HUT ke-74 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Sumber: Merdeka

Pada hari kemerdekaan RI, jasa-jasa pahlawan memang kembali diangkat sebagai bentuk penghormatan, baik dengan acara seremonial maupun lewat karya visual. Salah satunya tentu lewat film layar lebar, yang sudah banyak dibuat sejak sekitar tahun 1950-an.

Film berlatar belakang perang kemerdekaan, atau kisah tentang sosok pahlawan kemerdekaan menjadi salah satu sarana yang efektif untuk menunjukkan kebesaran bangsa ini. 

Baca Juga: Napak Tilas Kemerdekaan, Ini 6 Tempat Bersejarah di Jakarta yang Patut Dikunjungi

Lewat film heroik, momen-momen penting tentang perjalanan kemerdekaan bangsa dikupas. Berikut beberapa film bertema perang kemerdekaan, yang sempat menghiasi dunia perfilman Indonesia.

Toha, Pahlawan Bandung Selatan (1961)

Film ini mengisahkan kepahlawanan Mochamad Toha yang berhasil meledakkan gudang mesiu Belanda di Bandung yang membuat pertahanan Belanda lumpuh. Film produksi tahun 1961 ini disutradarai oleh Usmar Ismail. 

Sumber: Wikipedia

Dalam sejarah, peristiwa inilah yang kemudian dikenal sebagai "Bandung Lautan Api", lalu terlahir lagu Halo-Halo Bandung yang dinyanyikan para tentara Republik dalam penantian mereka untuk kembali ke rumah mereka di Bandung.

Mochamad Toha adalah seorang Komandan Barisan Rakjat Indonesia, sebuah kelompok milisi pejuang yang aktif dalam masa Perang Kemerdekaan Indonesia. Ia lahir di Bandung pada 1927 dan meninggal setelah meledakkan dinamit dalam gudang amunisi milik tentara Sekutu pada 24 Maret 1946 di Bandung.

Perawan di Sektor Selatan (1971)

Film berdurasi 137 menit yang di sutradarai Alam Surawidjaya ini mengangkat sisi lain saat perang kemerdekaan Indonesia. Secara keseluruhan, Pahlawan di Sektor Selatan seperti sebuah reportase. Laura jadi titik sentral cerita film ini karena sakit hati akan perlakuan gerilyawan republik hingga ibunya meninggal.

Sumber: Pinterest.com

Laura kemudian memihak Belanda dan diselundupkan sebagai mata-mata ke pasukan Kapten Wira (Kusno Sudjarwadi) di sektor selatan, suatu daerah pedalaman terpencil. Di sana ia menyamar sebagai Fatimah dan mengaku kakak anggota laskar yang ditawan Belanda.

Dia berhasil mengadu domba antara Wira dan Kobar (Lahardo). Konflik pun memuncak dengan pengepungan Kobar atas markas Wira. Melihat situasi itu, lewat penghubungnya Laura lalumengundang pesawat Belanda menyerbu dan membebaskan ahli perang urat syaraf yang di tawan Wira. 

Merasa diketahui penyamarannya, Laura lari dan akhirnya tewas di pelukan Rengga (Dicky Zulkarnaen), anggota Laskar yang  dicintainya.

Janur Kuning (1979)

Janur kuning diproduksi pada 1979. Film yang disutradarai oleh Alam Rengga Surawidjaja ini dibintangi antara lain oleh Kaharudin Syah, Deddy Sutomo, Dicky Zulkarnaen, Amak Baldjun, dan Sutopo H.S. Film ini merupakan  film kedua tentang peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 (sebelumnya film Enam Jam di Jogja yang diproduksi 1951).

Sumber: Liputan 6

Janur Kuning dibilang film dengan biaya termahal saat itu, sekitar Rp375 juta dan sempat macet sebulan saat syuting karena kehabisan biaya. Ongkos sebanyak itu digunakan untuk membuat 300 seragam tentara dan seragam untuk sekitar 8.000 orang pemain figuran. 

Film ini mendapat Medali Emas PARFI, FFI 1980 untuk Pemeran Harapan Pria (Amak Baldjun), Plaket PPFI, dan FFI 1980 untuk Produser Film. Selain itu juga masuk unggulan FFI 1980 untuk Pemeran Pembantu Pria (Amak Baldjun).

Serangan Fajar (1981)

Film yang disutradarai Arifin C. Noer ini menampilkan beberapa fakta sejarah yang terjadi di daerah Yogyakarta. Peristiwa-peristiwa patriotik itu di antaranya penaikkan bendera Merah Putih di Gedung Agung, penyerbuan markas Jepang di Kota Baru, penyerbuan lapangan terbang Maguwo, dan serangan beruntun di waktu fajar ke daerah sekitar Salatiga, Semarang. 

Sumber: Detik

Baca Juga: Napak Tilas Tempat Pembuangan Sang Proklamator

Ada juga cerita Temon (Dani Marsuni), anak laki-laki kecil yang masih lugu ini tampil di sela-sela perang bersama neneknya (Suparmi). Room (Amoroso Katamsi) dari keluarga bangsawan ikut gigih membantu pejuang. Sementara istrinya selalu takut kehilangan kasta sebagai bangsawan, karena salah satu anaknya menjalin cinta dengan seorang pemuda pejuang dari rakyat jelata.

Nagabonar (1987)

Film berdurasi 95 menit ini digarap sutradara M.T. Risyaf pada 1987. Nagabonar (Deddy Mizwar), adalah seorang pecopet yang mendapatkan kesempatan menyebut dirinya seorang Jenderal di pasukan kemerdekaan Indonesia di Sumatera Utara.

Sumber: Tribun

Pada awalnya Nagabonar melakukan ini hanya sekadar untuk mendapatkan kemewahan hidup sebagai seorang jenderal,akan tetapi pada akhirnya dia menjadi seorang tentara yang sesungguhnya, dan memimpin Indonesia dalam peperangan bersama pasukannya, termasuk Kirana (Nurul Arifin), Bujang (Afrizal Anoda), dan Mak (Roldyah Matulessy).

Film Nagabonar memborong enam Piala Citra dalam ajang FFI 1987, yakni untuk kategori Film terbaik, Aktor terbaik (Deddy Mizwar), Pemeran Pembantu Terbaik (Roldiah Matulessy), dan Cerita Asli dan Skenario Terbaik (Asrul Sani).

BACA JUGA: Cek AKTIVITAS KEPALA DAERAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini



Berita Terkait