Napak Tilas Tempat Pembuangan Sang Proklamator | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Bombastis

Napak Tilas Tempat Pembuangan Sang Proklamator

Ceknricek.com -- Pada zaman Kolonial, Belanda memberi perhatian khusus pada setiap gerak-gerik Soekarno agar tidak menebarkan pengaruhnya ke masyarakat. Inilah yang membuat sang Proklamotor itu sering menjadi sasaran penangkapan pemerintah kolonial Belanda hingga diasingkan ke berbagai tempat.

Dari catatan sejarah, ada beberapa lokasi yang dijadikan tempat pembuangan Soekarno. Menjelang peringatan Kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia, 17 Agustus 2019, ada baiknya menapak tilas pembuangan Bung Karno selama masa penjajahan.

Pulau Ende, Flores

Lokasi pertama tempat pengasingan Bung Karno adalah Kota Ende, yang terletak di pesisir selatan Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tempat ini dulu dikenal sepi dan sunyi. Bung Karno diasingkan di Kota Ende sekitar 1934-1938.

 Sumber: Berita Lima

Baca Juga: Hari Ini Dalam Sejarah: Menjemput Kemerdekaan ke Vietnam

Bung Karno diasingkan sebagai tahanan politik bersama keluarga kecilnya. Dia diasingkan ke Kota Ende setelah menempuh perjalanan laut selama delapan hari. Penangkapannya oleh pemerintah Belanda dilakukan karena Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo).

Lokasi rumah pengasingan ini berada di Jalan Perwira. Rumahnya cukup mungil yang terdiri dari beberapa kamar, yang di dalamnya juga terpajang beberapa peninggalan benda-benda Bung Karno selama diasingkan.

Konon, Kota Ende menjadi salah satu yang menginspirasi Bung Karno dalam menentukan formulasi Pancasila. Inspirasi tersebut juga datang dari budaya dan alam yang ada di Ende.

Bengkulu

Bengkulu menjadi lokasi pemindahan berikutnya. Mengutip Buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams, ia tinggal di sebuah rumah di Jalan Anggut Atas, milik seorang pedagang Tionghoa bernama Lion Bwe Seng.

Sumber: Kelanaku

Pemindahan Bung Karno dari Ende ke kota Bengkulu sebenarnya merupakan tekanan yang disuarakan para tokoh di Batavia, salah satunya Mohammad Husni Thamrin. Ia yang saat itu anggota Volksraad (Dewan Rakyat) di Hindia Belanda meminta pemerintah Belanda segera memindahkan Bung Karno dari Ende. 

"Kami meminta tuan bertanggung jawab terhadap kesehatan Bung Karno. Sukarno sakit parah, bila Sukarno meninggal,  Indonesia dan dunia akan menunding Tuan sebagai orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan ini," ucap Thamrin kepada pimpinan Volksraad.

Belanda pun akhirnya memilih kota tersebut dan memindahkan Bung Karno hingga ia menjejakkan kaki di Bengkulu pada 14 Februari 1938. Selama di bengkulu tamu-tamu yang mendatangi Soekarno selalu diawasi Intel Belanda, mereka pun sering diinterogasi dan dipantau pergerakannya.

Di pengasingan inilah kelak, Bung Besar ini diipertemukan oleh Fatmawati tatkala Ia menjamu keluarga Hassan Din, seorang tokoh Muhammadiyah asal Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu.

Kini, rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu menjadi salah satu obyek wisata sejarah andalan selain bangunan bersejarah lain, seperti Benteng Marlborough peninggalan Inggris. 

Bangka

Tempat pengasingan Soekarno selanjurnya adalah Pulau Bangka, yaitu Kota Muntok atau Mentok. Soekarno dipindahkan ke Bangka pada 1949. Ia pun menyusul jejak Hatta yang lebih dulu diasingkan di sana.

Pengasingan Sukarno di Bangka. Sumber: Detik

Baca Juga: Inilah Biografi Soekarno Secara Singkat dan Lengkap yang Perlu Anda Ketahui

Peristiwa pengasingan ini terjadi setelah Agresi Militer Belanda II (18 Desember 1948). Hatta didatangkan ke Bangka pada 22 Desember 1948, sedangkan Soekarno dua bulan kemudian, Februari 1949. 

Meskipun diasingkan di kota yang sama, namun keduanya menempati lokasi yang berbeda Hatta ditempatkan di sebuah wisma di atas Bukit Menumbing, sedangkan Soekarno di Kota Muntok.

Pada mulanya, Hatta bersama Pringgodigdo, MR. Assat & Soerjadarma ditempatkan dalam penjara di tengah ruangan dengan ukuran 4x6. Namun tindakan tersebut mendapat kecaman dari PBB hingga akhirnya Hatta ditempatkan dalam sebuah kamar. 

Sedangkan Soekarno diasingkan bersama Agus Salim, Moch. Roem dan Sutan Syahrir di mana mereka ditempatkan di Wisma Ranggam atau Pesanggrahan Muntok. Kini, tidak  ada barang-barang peninggalan Soekarno kecuali potret-potretnya di sana. 

Penjara Bantjeuj

Tempat pengasingan Soekarno selanjutnya terletak di Bandung, yaitu Penjara Bantjeuj. Penjara ini dibangun sejak 1877. Penjara Bantjeuj menjadi penjara pertama, dimana Soekarno diasingkan di balik jeruji besi seluas 1,5 × 2,5 meter.

Sumber: Rilis

Dia dipenjara lantaran pemerintah kolonial menuduhnya sebagai musuh berbahaya yang menyebarkan propaganda terhadap kaum bumiputra. Soekarno menghabiskan masa kurungan antara 1929-1930 dari penjara Bantjeuy hingga ia dipindahkan ke Sukamiskin, Bandung.

Penjara Sukamiskin

Soekarno mulai diasingkan di penjara ini sejak Desember 1930. Ruangan tempat Bung Karno terletak di ruang TA 01, lantai dua, dan Soekarno berada di Sukamiskin selama setahun hingga ia dibebaskan pada 1931. Sebelum meninggalkan pintu jeruji besi, Sukarno pun  sempat berpesan kepada kepala penjara Sukamiskin.

Sumber: Republika

 “Seorang pemimpin tidak berubah karena hukuman. Saya masuk penjara untuk memperjuangkan kemerdekaan dan saya meninggalkan penjara dengan pikiran yang sama,” kata Sukarno sebagaimana dituturkan istrinya, Inggit Garnasih kepada Ramadhan K.H dalam Kuantar ke Gerbang: Kisah Cinta Ibu Inggit dengan Bung Karno.

BACA JUGA: Cek AKTIVITAS KEPALA DAERAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini



Berita Terkait