Perempuan dan Revolusi Digital | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Sumber: Istimewa

Perempuan dan Revolusi Digital

Ceknricek.com -- Belum lama ini, BBC melansir daftar 100 perempuan berpengaruh dunia pada 2019. Seorang wanita Indonesia masuk ke dalamnya. Dia adalah Swietenia Puspa Lestari. Swietenia berada dalam daftar karena perannya sebagai pendiri Yayasan Divers Clean Action (Yayasan Penyelam Lestari Indonesia).

DCA merupakan organisasi yang fokus kepada isu sampah di lautan dengan visi menciptakan peta sampah laut modern di Indonesia sebagai data untuk mengambil tindakan terhadap polusi laut.

Sumber: Tempo

Tak cuma BBC, Forbes juga membuat daftar pebisnis wanita berpengaruh. Ada 25 pebisnis wanita dalam daftar Forbes untuk Asia's Power Businesswomen. Wanita itu berasal dari beragam latar belakang bisnis di Asia, baik entrepreneur, investor, para eksekutif di level tinggi, serta mereka yang mentransformasi bisnis keluarga.

Terlepas dari apapun latar belakang mereka, para wanita ini sukses melawan stereotip dan menghancurkan hambatan dalam industri yang mereka geluti.

Melansir Forbes, Selasa, 8 Oktober 2019, dari daftar ini, ada tiga pebisnis wanita asal Indonesia yang berhasil masuk, yakni Presiden Direktur XL Axiata, Dian Siswarini; Presiden Direktur Avrist Assurance, Anna Leonita; dan Chief Ruparupa.com Teresa Wibowo.

Baca Juga: Survei MarkPlus, Inc: Rata-rata Perempuan Indonesia 1-2 Jam Belanja Lewat E-commerce

Dian Siswarini. Sumber: Kompas

Aktivitas Entrepreneur

Perempuan memang sudah merambah banyak sektor. Di tangan wanita, dunia bisnis makin menggairahkan. Perempuan lumayan tangguh dalam berbisnis. Sejumlah perusahaan besar tergantung dengan eksekutif wanita. Di era digital, perempuan banyak terjun ke bisnis dalam jaringan atau daring.

Dalam beberapa tahun terakhir tercatat dari 163 juta perempuan memulai bisnis di seluruh dunia, ada 111 juta yang memiliki bisnis berkelanjutan. Terhadap aktivitas entrepreneur secara total, partisipasi perempuan dalam entrepreneurship sama bahkan lebih tinggi dari pria. Kondisi ini terjadi di lima negara berkembang, yakni Indonesia, Filipina, Vietnam, Meksiko, dan Brasil.

Angka-angka tersebut adalah hasil riset yang dipublikasikan Global Entrepreneurship Monitor (GEM) pada 2016-2017 soal perempuan di bidang enterpresneurship secara global. "Dari sisi sustainability, kalau perempuan yang pegang bisnisnya atau dia yang berada di driving seat pasti lebih sustainable," ujar Vice President Business Development Lima Group, Agni Pratama, pada sebuah sesi diskusi, belum lama ini.

Pendiri Alibaba Jack Ma memuji perempuan. “Tanpa perempuan, tidak akan pernah ada Alibaba,” ujarnya dalam sebuah video conference saat acara Global Conference on Women and Enterpreneurship 2019 di Jakarta, akhir Agustus silam. Ia  menegaskan bahwa Alibaba tak akan bisa berkembang tanpa peran perempuan.

Alibaba bisa sukses karena memiliki banyak pekerja perempuan yang mempunyai kepercayaan diri tinggi, berjiwa tangguh, serta mampu melakukan banyak hal (multitasking).

Baca Juga: Kominfo: Belanja Lewat Marketplace Lebih Aman

Sumber: Erabaru

Jack Ma menambahkan, dunia akan menjadi lebih baik ketika perempuan dilibatkan dalam berbagai hal. Baginya, perempuan dapat menciptakan tiga hal yaitu homehealthy, and happiness (rumah yang nyaman, kesehatan, serta kebahagian).

Perempuan telah menunjukkan kapasitasnya dalam beradaptasi terhadap perubahan revolusi digital yang sangat pesat. Fleksibilitas dan kemampuannya menghadapi perubahan tersebut membuat perempuan semakin kreatif.

Oleh karena itu, Jack Ma mengharapkan, ke depannya akan ada banyak pemimpin wanita di perusahaan dan pemerintahan. Di Alibaba sendiri, Jack Ma ingin komposisi pekerja laki-laki dan perempuan seimbang, yaitu 50:50 dari saat ini 70:30.

Saat ini, Alibaba merupakan salah satu perusahaan e-commerce terbesar di dunia dengan lini bisnis digital yang luas. Perusahaan ini sudah listing di bursa New York pada 2014, dengan raihan dana US$25 miliar.

Sukses di Bisnis Rintisan

Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf berharap perempuan dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi dari produk ekraf. Perempuan dapat memanfaatkan e-commerce untuk memasarkan produknya karena market place ini sangat efektif mengenalkan produk daerah ke pasar nasional dan internasional.

Sumber: Liputan6

"Di era industri 4.0 ini, perempuan diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas SDM pelaku kreatif dan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan untuk menciptakan produk berskala nasional maupun ekspor," kata Triawan.

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia startup memang menjadi primadona untuk memulai usaha atau tempat bekerja. Para wanita tersebut bekerja dan mampu membawa perubahan dan sukses membangun bisnis startup. Ambil contoh Tan Hooi Ling. Dia adalah cofounding GrabTaxi, yakni perusahaan transportasi online startup yang sukses di Asia Tenggara. Perempuan asal Malaysia ini membesarkan GrabTaxi bersama temannya Anthony Tan pada tahun 2012.

Tan Hooi Ling. Sumber: Beamstart

Hingga saat ini Tan Hooi telah mengembangkan tiga bidang utama, yakni GrabHitch, layanan ride sharing sosial yang terjangkau untuk pada komuter yang bisa menjadi solusi transportasi bagi masyarakat perkotaan. Lalu, GrabCar, yakni layanan penyewaan kendaraan pribadi, dan GrabBike, layanan pemesanan taksi motor.

Lalu ada juga Alamanda Shantika. Ia adalah Vice President of Product di GoJek. Ala, sapaan akrabnya, sempat bekerja di beberapa perusahaan Berrybenka dan Kartuku. Ia juga pernah menjadi Chief Activist di FemaleDev, Program and Curriculum Advisor di Gerakan Nasional 1000 Startup Digital, serta Advisor di beberapa perusahaan dan perbankan seperti Oktagon, Pijar Imaji, Nama Studio, dan CIMB Niaga.

Alamanda Shantika. Sumber: Maxmanroe

Ala merupakan tim awal yang merintis Go-Jek dari nol bersama sang pendiri, Nadiem Makarim. Peran Ala pun tak main-main, yakni sebagai motor dan otak di balik sistem aplikasi Go-Jek.

Baca Juga: Tarik Ulur Pajak E-commerce

Perempuan perintis startup lainnya adalah Diajeng Lestari. Pada tahun 2011 ia mendirikan Hijup.com dengan konsep seperti mal namun online. Singkat cerita, Hijup.com menjadi e-commerce yang pertama di Indonesia bahkan dunia yang menyediakan khusus baju-baju muslimah.

Diajeng Lestari.Sumber: Sepositif.com

Lalu, Cynthia Tenggara. Ia membangun usaha layanan delivery katering yakni Berrykitchen. Target perusahaan ini adalah pekerja kantoran yang ingin menyantap makan siang nikmat, bersih dengan harga terjangkau. Berrykitchen menyedikan 10-15 pilihan lauk setiap hari.

Cynthia Tenggara. Sumber: Kumparan.com

Perusahaan katering ini boleh dikatakan sebagai pemain utama bisnis katering online yang berusaha memuaskan kebutuhan ribuan pekerja kantoran di Jakarta. Saat ini Berrykitchen sebagai pemain utama bisnis katering online yang berusaha memuaskan kebutuhan ribuan pekerja kantoran di Jakarta.

Ada juga Mesty Ariotedjo. Tidak hanya sebagai selebriti tapi juga dikenal sebagai praktisi kesehatan. Ia membangun WeCare.id, sebuah situs yang membantu banyak orang. Lantaran insting dan inisiatifnya lewat WeCare.id, Mesty masuk daftar Forbes '30 Under 30' 2016.

Mesty Ariotedjo. Sumber: Jabar Ekspres

Dalam beberapa waktu terakhir, industri e-commerce memang berkembang sangat pesat di Indonesia. Bukan hanya di kota besar, tren belanja secara online sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia, seiring kemudahan layanan yang diberikan oleh pelaku e-commerce.

Ini juga mendorong perempuan menekuni dagang daring. Fakta ini didukung data dari Tokopedia, perusahaan teknologi dengan bisnis marketplace terdepan di Indonesia. Sebanyak 70% penjual di Tokopedia merupakan first-time entrepreneur.

Konsumen e-commerce

Menurut data Asosiasi E-Commerce Indonesia, pertumbuhan pesat e-commerce mencapai  49% sejak 2015. Selain karena geografis pasar yang cukup luas, masyarakat Indonesia juga menjadikan internet sebagai penopang aktivitas sehari-hari mereka, mulai transportasi sampai aktivitas belanja online.

Bahkan jumlah online shopper di Indonesia terus meningkat selama beberapa tahun terakhir. Di tahun 2018 saja diperkirakan 11,9% dari total polulasi di Indonesia merupakan pembelanja online.

Perempuan memiliki peran besar dalam pertumbuhan industri e-commerce itu. Menurut Wall Street Journal, sekitar 40 juta perempuan di Indonesia merupakan pengguna internet. Dengan total sekitar 54%, mayoritas konsumen e-commerce adalah perempuan. Setengah dari mereka adalah perempuan dengan usia 20 hingga 29 tahun.

Sumber: Tribun

Lebih dari itu, di era digital ini, perempuan turut menyumbang pengaruh besar dalam menentukan tingkat kepuasan terhadap produk dan jasa, engagement terhadap brand, bahkan sampai mempengaruhi perempuan lainnya dalam berbelanja melalui internet.

Menurut data, 65% perempuan di Indonesia merupakan pengambil keputusan dalam pembelian. Informasi yang didapat melalui peer-circle atau lingkaran pertemanan terdekat, diikuti oleh media online dan blog, memberikan pengaruh terbesar bagi perempuan dalam keputusan pembelian.

BACA JUGA: Cek BIOGRAFI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.



Berita Terkait