'Perjamuan Khong Guan', Sekaleng Puisi Penuh Makna | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Thomas Rizal/Ceknricek.com

'Perjamuan Khong Guan', Sekaleng Puisi Penuh Makna

Ceknricek.com -- Terinspirasi dari kaleng biskuit Khong Guan, penyair Joko Pinurbo menulis rangkaian puisi yang diterbitkan dalam buku Perjamuan Khong Guan (2020). Peluncuran buku sendiri telah dilaksanakan di Cofi Gramedia Matraman, Jakarta, Minggu (26/1).

"Saya melalui ikon Khong Guan hanya ingin mengajak pembaca untuk memikirkan kembali masalah persaudaraan, masalah hubungan cinta kasih antar sesama, apapun latar belakangnya. Saya menemukan Khong Guan ini semacam simbol pluralisme, persatuan, persaudaraan yang lintas waktu, lintas generasi bahkan lintas agama," ucap Joko kepada Ceknricek.com.

Buku ini sendiri terdiri dari empat bab atau yang dinamakan kaleng. Joko mengaku proses penulisan bab Khong Guan (kaleng keempat) hanya memerlukan waktu dua bulan untuk menghasilkan sekitar 20 puisi. Sementara jika dirinci dari kaleng pertama, proses penyusunan buku dengan total sekitar 80 puisi ini memakan waktu selama tiga tahun dari tahun 2017.

"Memang saya termasuk lancar dalam menulis puisi di serial Khong Guan ini. Sekali saya mulai menulis saya ingat berbagai hal. Saya ingat bapak saya suka menikmati biskuit Khong Guan sambil minum teh, lalu dicelupkan, jadi saya ingat kenangan masa kecil lalu mengalir kemana-mana.Jadi ini bukan lagi label makanan tapi jadi simbol kesederhanaan, keterbukaan, kebahagiaan, cinta dan toleransi," kata Joko.

Thomas Rizal/Ceknricek.com

Menurut Joko, masing-masing kaleng (bab) itu merupakan rangkaian puisi yang antara satu kaleng dengan lainnya beda.

"Kaleng pertama itu acak, temanya tidak spesifik. Kaleng kedua itu saya main-main dengan Bahasa Indonesia. Seperti 'catatan kaki', 'buah hati', kata majemuk, saya berimajinasi dengan ungkapan itu karena Bahasa Indonesia itu memang lucu dan unik. Kaleng ketiga soal hubungan seseorang dengan buku. Bagian keempat soal Khong Guan," jabarnya.

Melalui buku ini, pria yang akrab disapa Jokpin ini ingin mengajak pembaca, termasuk anak muda untuk turut memikirkan masalah-masalah "serius", tapi tidak dengan "menyeramkan". Puisi-puisi yang ditulisnya pun relatif singkat dan menggunakan idiom-idiom yang di zaman kekinian seperti "bro", lalu idiom-idiom dunia pop saat ini seperti karakter Minah, yang terinspirasi dari selebriti Korea, Min-ah.

Joko mengaku dirinya seperti bereksperimen dengan mempelesetkan kata-kata. Teknik itu didapatkannya setelah membaca karya sastra dari beberapa penyair, salah satunya adalah Sapardi Djoko Damono yang juga hadir dalam acara peluncuran buku Perjamuan Khong Guan itu.

Thomas Rizal/Ceknricek.com

Salah satu puisinya yang berjudul "Minuman Khong Guan" bahkan secara spesifik menyebut "jamaah Sapardi", termasuk salah satu puisi Sapardi yang paling dikenal, "Hujan Bulan Juni". Sementara salah satu puisi lainnya "Ayah Khong Guan", terinspirasi dari candaan para netizen dan pengguna sosial media soal sosok ayah yang hilang dari gambar keluarga di label biskuit itu.

Baca Juga: Sapardi Rilis Kumcer "Menghardik Gerimis" Dengan 38 Cerita

Walaupun dengan bahasa yang santai, buku ini sendiri membahas berbagai masalah yang sedang menjadi perbincangan di masyarakat. Seperti masalah identitas bangsa, nasionalisme, toleransi, hubungan dengan orang tua, hingga keagamaan. Dirinya mengatakan tema-tema itu mengkristal dalam simbol kaleng Khong Guan.

"Kaleng Khong Guan itu kan bisa menampung apapun, kadang isinya biskuit, bisa rengginang dan sebagainya. Jadi Kaleng Khong Guan ini melambangkan semangat inklusif, bisa menerima siapapun apapun dari berbagai kalangan," kata pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat itu.

"Dalam beberapa tahun terakhir ini kan kita dihadapkan dengan berbagai konflik yang sebenarnya tidak perlu. Padahal kita punya simbol yang bisa mempersatukan menyatukan kita. Orang tidak pernah mempermasalahkan Khong Guan, bukan sebagai makanan, tapi sebagai simbol aktual situasi kita saat ini," ucapnya.

Baca Juga: Menulis, Meneruskan Peradaban

Meski Khong Guan sendiri identik dengan merek biskuit, Joko mengatakan dirinya tidak bermaksud untuk mempromosikan label makanan itu. Meski demikian, dirinya mengaku telah mendapatkan izin dari produsen biskuit tersebut bahwa produknya akan dijadikan puisi.

"Malahan dengan puisi ini, Khong Guan turut terlibat dalam gerakan literasi sastra. Jadi kalau Khong Guan mau terima kasih kepada saya, silakan," ujar penyair berusia 57 tahun itu sambil tertawa.

BACA JUGA: Cek JURNALISTIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini



Berita Terkait