Perlambatan Ekonomi China Tahan Laju Harga Emas dan Minyak Dunia | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Reuters

Perlambatan Ekonomi China Tahan Laju Harga Emas dan Minyak Dunia

Ceknricek.com -- Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange rebound atau berbalik naik pada akhir perdagangan Jumat (17/1) atau Sabtu (18/1) pagi WIB. Namun selama sepekan, emas berjangka hanya naik 20 sen, dengan tiga hari mencatat penurunan dan dua hari naik.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari, terangkat US$9,8 atau 0,63 persen menjadi menetap pada US$1.560,3 per ounce. Dengan pasar saham mencapai rekor tertinggi dan Amerika Serikat dan China menandatangani perjanjian perdagangan fase-satu, emas hampir tidak dapat menggelar reli yang kuat dalam jangka pendek, kata para analis.

Baca Juga: Wall Street Capai Rekor Mingguan Tertinggi Sejak Agustus

Sementara itu, beberapa investor telah beralih ke emas untuk mendiversifikasi risiko, kalau-kalau pasar saham tiba-tiba membaik tajam. Adapun logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 13,4 sen atau 0,75 persen, menjadi ditutup pada US$18,073 per ounce. Platinum untuk penyerahan April naik US$23,6 dolar atau 2,36 persen, menjadi menetap di US$1.024,8 per ounce.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari turun US$3,5 atau 0,23 persen menjadi US$1.550,5 per ounce pada penutupan perdagangan Kamis (16/1).

Sumber: Reuters

Di sisi lain, harga minyak naik tipis pada akhir perdagangan Jumat (17/1), karena pertumbuhan ekonomi yang lamban di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, meningkatkan kekhawatiran terhadap permintaan bahan bakar dan mengganjal optimisme dari penandatanganan kesepakatan dagang China-Amerika Serikat.

Minyak mentah berjangka Brent sedikit menguat 23 sen menjadi menetap di US$64,85 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik tipis dua sen menjadi ditutup pada US$58,54 per barel.

Untuk minggu ini, Brent turun 0,2 persen, sementara WTI kehilangan 0,8 persen. Ekonomi China, yang terbesar kedua di dunia, tumbuh sebesar 6,1 persen pada 2019, ekspansi paling lambat dalam 29 tahun, data pemerintah menunjukkan pada Jumat (17/1).

Tetapi melonjaknya permintaan China, seperti terlihat pada angka hasil kilang, membantu mengimbangi data pertumbuhan ekonomi yang kurang positif. Pada 2019, kilang-kilang China memproses 651,98 juta ton minyak mentah, setara dengan rekor tertinggi 13,04 juta barel per hari (bph) dan naik 7,6 persen dari 2018, data pemerintah menunjukkan. Hasil kilang juga mencatat rekor bulanan untuk Desember.

Baca Juga: Poin-Poin Kesepakatan Fase I Amerika Serikat dan China

Harga naik pada Kamis (16/1) setelah China dan Amerika Serikat menandatangani perjanjian perdagangan Fase 1 mereka. Sebagai bagian dari kesepakatan, China berkomitmen untuk menambah US$54 miliar dalam pembelian energi.

OPEC+ telah membatasi produksi minyak sejak 2017 untuk menyeimbangkan pasar dan mendukung harga. Di Amerika Serikat, produksi minyak mentah tumbuh ke rekor tertinggi, sementara persediaan bahan bakar minyak meningkat karena permintaan yang mengecewakan, terutama untuk sulingan di musim panas ini.

Jumlah rig minyak AS, indikator produksi minyak mentah masa depan, juga naik minggu ini untuk pertama kalinya dalam empat minggu. Pengebor menambahkan 14 rig minyak, sehingga totalnya menjadi 673 rig, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.

BACA JUGA: Cek EKONOMI & BISNIS, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini



Berita Terkait