Protes Merebak, Turis India Hindari Lokasi Wisata Taj Mahal | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Reuters

Protes Merebak, Turis India Hindari Lokasi Wisata Taj Mahal

Ceknricek.com -- Gelombang protes anti-pemerintah terkait undang-undang kewarganegaraan baru yang disebut-sebut "Anti Muslim" turut berimbas pada terpukulnya industri pariwisata India. Seperti dikabarkan Reuters, setidaknya tujuh negara telah mengeluarkan peringatan perjalanan menuju India.

Ketujuh negara itu adalah Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Israel, Singapura, Kanada dan Taiwan, yang mengeluarkan peringatan perjalanan dan meminta warganya untuk tidak mengunjungi atau untuk berhati-hati ketika mengunjungi daerah-daerah yang dilanda protes di India.

Pasalnya, sedikitnya 25 orang tewas dalam bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa, dan demonstrasi melawan aturan tersebut terus berlanjut. Pejabat setempat mengestimasi sekitar 200 ribu wisatawan domestik dan internasional membatalkan atau menunda perjalanan mereka ke Taj Mahal, salah satu lokasi wisata legendaris di India dalam dua minggu terakhir.

"Telah terjadi penurunan hingga 60 persen jumlah pengunjung di bulan Desember tahun ini dibandingkan jumlah pengunjung di Desember tahun lalu," kata Dinesh Kumar, inspektur polisi yang mengawasi kantor polisi wisata khusus di dekat Taj Mahal.

Sumber: Reuters

Baca Juga: AS Serang Kelompok Muslim Syiah di Irak dan Suriah

"Turis India dan asing telah menghubungi kami untuk memeriksa keamanan. Kami menjamin perlindungan kepada mereka, tetapi banyak yang masih memutuskan untuk menghindar," ucap Kumar.

Sekadar informasi, monumen marmer abad ke-17 yang berada di Uttar Pradesh, negara bagian utara itu menjadi saksi bisu sejumlah kematian terbanyak akibat kekerasan hebat dalam dua minggu kerusuhan. Sekelompok turis Eropa yang bepergian dalam satu kelompok di seluruh India mengatakan bahwa mereka sekarang berencana untuk mempersingkat perjalanan 20 hari mereka.

"Kita semua adalah pensiunan, perjalanan kita harus lambat dan santai. Berita utama surat kabar telah menimbulkan rasa keprihatinan dan kita akan pulang lebih cepat dari yang kita rencanakan," ucap Dave Millikin, seorang pensiunan bankir asal London yang berencana ke India.

Setiap tahunnya, Taj Mahal yang terletak di kota Agra menarik lebih dari 6,5 juta wisatawan. Devisa pariwisata yang dihasilkan dari kunjungan wisatawan ke Taj Mahal ini diestimasi sekitar US$14 juta per tahun dari biaya masuk. Untuk memasuki area Taj Mahal, seorang turis asing perlu membayar INR1.100 atau sekitar Rp215 ribu, meskipun warga negara dari negara tetangga mendapat diskon.

Menurut pengakuan dari para manajer di hotel-hotel mewah dan wisma tamu di sekitar Taj Mahal, terjadi pembatalan menit-menit terakhir selama musim perayaan Natal dan Tahun Baru ini, semakin mengurangi sentimen bisnis pada saat pertumbuhan ekonomi negara itu melambat menjadi 4,5 persen, atau laju paling lambat dalam lebih dari enam tahun.

Selain itu, pihak berwenang juga telah menangguhkan layanan internet seluler di Agra, dalam upaya untuk menekan kekerasan dan kerusuhan. Hal ini tentu semakin mengganggu kenyamanan para wisatawan.

"Memblokir internet telah mempengaruhi perjalanan dan pariwisata di Agra sekitar 50-60 persen," kata Sandeep Arora, presiden Yayasan Pengembangan Pariwisata Agra yang beranggota lebih dari 250 operator tur, hotel dan pemandu.

Sementara itu, Jayanta Malla Baruah, kepala Assam Tourism Development Corp, mengatakan bahwa negara bagian itu juga menjadi tempat konsentrasi badak bercula satu terbesar di dunia, yang dikunjungi rata-rata oleh 500 ribu wisatawan selama Desember.

"Tapi kali ini, akibat protes yang tengah berlangsung dan peringatan perjalanan dari berbagai negara, jumlahnya turun sampai 90 persen," katanya.

BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.



Berita Terkait