Republik Tanpa Rasionalitas Publik | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Sumber: Tribunnews

Republik Tanpa Rasionalitas Publik

Ceknricek.com -- Bangsa ini nyaris kehilangan rasionalitas publik karena hantaman buzzer di media sosial. Terungkapnya pelaku penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan (yang semula juga akan dihantam buzzer sebagai rekayasa) menunjukkan masih ada usaha untuk menormalisasi rasionalisasi publik yang nyaris hilang tersebut. Terima kasih pada POLRI yang sudah bekerja keras mengungkapnya. Ini awal yang baik untuk menumbuhkan alam berpikir bahwa kita masih memiliki daya untuk percaya bahwa kita adalah bangsa yang rasional. 

Apa rasional jika Novel melakukan rekayasa suatu hal hingga dirinya kehilangan satu bola matanya?

Sampai saat ini kekuatan buzzer untuk mengonstruksi kasus penyiraman air keras terhadap Novel tersebut rekayasa, masih berlangsung. Gak percaya? Sila ketik di Google: Air Keras Novel, muncul kata rekayasa. Mengalahkan pencarian tertangkapnya pelaku penyiraman air keras itu sendiri. 

Republik Tanpa Rasionalitas Publik
Sumber: Merdeka.com

Opini memang dapat dibentuk melalui wacana yang dimanipulasi lewat penggunaan perangkat media massa atau media sosial melalui para buzzer. Terkadang bahkan dengan menggunakan alat tertentu, suatu agenda dapat terbentuk agar seolah tampak terlihat penting, mendesak dan benar. 

Namun, kebenaran tidak akan pernah bergeser. Dia tetap bersemayam pada kedudukannya pada hati dan pikiran tiap orang yang meyakininya dengan bantuan rasionalitas. Apa rasional jika Novel melakukan rekayasa suatu hal hingga dirinya kehilangan satu bola matanya?

Baca Juga: Kabareskrim: Dua Penyiram Air Keras Terhadap Novel Baswedan Anggota Polri Aktif

Terungkapnya pelaku penyiraman air keras terhadap Novel merupakan salah satu jalan kembali pada rasionalitas publik. Ini membangun optimisme baru. Optimisme kita sebagai Republik memiliki Rasionalitas Publik. Optimisme itu juga harus muncul dari cara berpikir rasional, bukan emosional.

Namun optimisme tersebut belum maksimal. Karena masih banyak urusan bangsa kita yang belum dikelola secara rasional.

Apa rasional jika hilangnya dana nasabah asuransi triliunan rupiah tidak ditemukan pelakunya?

Apa rasional jika hilangnya dana nasabah asuransi triliunan rupiah belum ada parpol, ormas, LSM, tokoh, intelektual, atau media yang intensif membahasnya?

Diam, itu juga ekspresi emosional. Diam karena terkait langsung atau tidak langsung secara emosional dengan kasus hilangnya dana nasabah asuransi triliunan rupiah tersebut.

Republik Tanpa Rasionalitas Publik
Sumber: Medcom

Baca Juga: MAKI Sebut 2 Orang Internal dan 2 Pihak Swasta Layak Jadi Tersangka Skandal Jiwasraya

Inilah bahayanya jika emosional dipakai dan diletakkan dalam ruang fanatisme kepentingan sektarian. Apalagi dengan aroma polarisasi yang masih sangat kuat saat ini. Karena emosional sektarian politik, rasionalitas publik dapat sirna entah kemana. Padahal rasionalitas itu harusnya otonom, berdiri di atas jalan berpikir kebenarannya sendiri yang dibimbing oleh hati nurani sebagai singgasana kebenaran bersemayam.

Apa rasional jika hilangnya dana nasabah asuransi triliunan rupiah tidak ditemukan pelakunya?

Apa rasional jika hilangnya dana nasabah asuransi triliunan rupiah belum ada parpol, ormas, LSM, tokoh, intelektual, atau media yang intensif membahasnya?

Apa kata hati terdalam kita sebagai warga Republik Indonesia terhadap kasus hilangnya dana nasabah asuransi triliunan rupiah?

BACA JUGA: Cek BREAKING NEWS, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait