Ceknricek.com -- Apa yang terjadi apabila fantasi atau khayalan Anda menjadi kenyataan, namun yang terjadi bukanlah sesuai bayangan Anda? Pesan inilah yang ingin disampaikan dalam film Fantasy Island (2020) yang mulai tayang di bioskop Indonesia mulai Rabu (12/2).
Sebagai film yang mengklaim bergenre supernatural horror, faktanya film ini lebih menjurus kepada psychological thriller yang sarat akan pesan-pesan filosofis dalam alur cerita. Tentunya alur cerita pun akan sarat dengan plot twist yang kemungkinan besar tidak bisa diduga para penonton.
Hingga sekitar satu jam dari film (total durasi film 110 menit), para penonton mungkin akan mengira film ini hanyalah film survival horror, dimana sekelompok orang terjebak di pulau misterius dan berusaha bertahan hidup. Namun setengah sisa dari film, penonton akan menemukan film ini lebih dari itu.
Bagi yang belum mengetahui, Fantasy Island sendiri merupakan adaptasi dari serial TV tahun 70-80-an dengan judul yang sama. Karakter Mr. Roarke, sosok misterius pengelola pulau liburan fantasi juga diadaptasi dalam film ini dan diperankan oleh Michael Pena yang tampil dengan ciri khasnya.
Masing-masing tamu memiliki fantasinya sendiri yang mencerminkan karakter manusia masing-masing. Seiring berjalannya film, misteri dan latar belakang dari masing-masing karakter mulai terungkap, yang membuktikan bahwa mereka bukan sekadar tamu acak yang "beruntung", namun mereka saling berkaitan satu dengan lainnya.
Plot twist yang disajikan dalam Fantasy Island rasanya akan membuat para penonton tersenyum. Elemen kejutan inilah yang biasanya menjadi faktor penentu yang membuat keseruan dalam film thriller bertambah.
Di sini, sutradara Jeff Wadlow (juga sebagai penulis skenario) bisa dibilang akurat dalam menempatkan adegan yang mengungkap misteri di waktu yang tepat. Selain itu penempatan alur fantasi masing-masing tamu yang diceritakan secara sepotong demi sepotong, seperti menyusun potongan puzzle yang menarik untuk dinikmati.
Baca Juga: Review 'Birds of Prey', Waktunya Move On dari 'Joker'
Kredit tentunya layak diberikan kepada Michael Pena dan Maggie Q (sebagai Gwen Olsen) yang dalam film ini menjadi sosok "senior" ketimbang pemeran lainnya. Setidaknya mereka bisa menunjukkan kapasitas "memandu" cerita lewat akting mereka.
Begitu pula dengan aksi Lucy Hale yang berperan sebagai Melanie Cole. Hale bisa menampilkan sosok perempuan "liberal" ala Amerika, yang ternyata berperan sebagai karakter kunci dalam film ini. Fantasy Island sendiri menjadi kolaborasi kedua Hale dengan Wadlow setelah Truth or Dare (2018).
Kredit juga layak diberikan kepada aspek sinematografi dalam film (Toby Oliver). Pengambilan lokasi set di Kepulauan Fiji terlihat begitu indah, seperti layaknya pulau tropis fantasi sesungguhnya yang menunjukkan aspek eksotis dan ternyata menyimpan berbagai misteri.
Pada akhirnya, film ini layak untuk dinikmati para penonton khususnya yang menggemari film misteri. Selain itu film ini juga tidak terlalu banyak menampilkan adegan sadistik atau slasher, dengan penempatan jump scare secukupnya yang tak membuat film ini tak seperti horor generik.
Ya meskipun rilisnya bertepatan dengan momen Valentine yang identik dengan drama dan romantisme, rasanya tidak ada salahnya mengisi waktu hiburan Anda dengan film ini.
BACA JUGA: Cek Berita SELEBRITI, Informasi Terkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini