Review 'Shirley', Penampilan Memukau Elisabeth Moss Lainnya | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Neon

Review 'Shirley', Penampilan Memukau Elisabeth Moss Lainnya

Ceknricek.com -- Elisabeth Moss kembali menyihir para penonton lewat aksi perannya dalam Shirley (2020) yang rilis secara digital mulai 5 Juni 2020. Moss berperan sebagai Shirley Jackson, penulis novel misteri Amerika yang dikenal memiliki kepribadian nyentrik.

Tahun 2020 rasanya memang menjadi momen bagi Moss untuk bersinar di layar lebar. Sebelumnya, pada Februari lalu Moss juga berhasil mencuri perhatian lewat totalitas aktingnya dalam The Invisible Man. Peraih penghargaan Best Actress (Miniseries/Television Film) versi Golden Globe 2014 untuk Top of the Lake (2013) ini kembali tampil memukau dalam Shirley.

Baca Juga: Review 'The Invisible Man', Adaptasi Brilian Disempurnakan Totalitas Moss

Film ini menceritakan proses pembuatan karya gothic Shirley Jackson, Hangsaman (1951) dimana novel ini sendiri terinspirasi dari menghilangnya mahasiswi berusia 18 tahun, Paula Jean Welden di Amerika pada tahun 1946.

Jackson seperti begitu terobsesi dengan sosok Paula, karena dianggap memiliki kesamaan kepribadian dengan dirinya. Setelah menemukan hambatan dalam menyelesaikan novelnya itu, Jackson akhirnya mendapatkan inspirasi lainnya setelah bertemu dengan Rose Nemser (Odessa Young yang juga berperan sebagai Paula), istri dari Fred Nemser (Logan Lerman) dosen pendamping dari Profesor Stanley Edgar Hyman (Michael Stuhlbarg), suami sekaligus editor karya-karya Shirley Jackson.

Neon

Rose dan Fred diizinkan untuk tinggal di rumah keluarga Hyman, sambil membantu mengurus rumah tangga yang tidak bisa dilakukan oleh Shirley. Konflik mulai terjadi setelah Rose mulai jengah dengan sikap Shirley, yang layaknya penulis jenius pada umumnya, memiliki kondisi emosional dan psikologis yang tak stabil.

Situasi bertambah pelik setelah Hyman juga ternyata memiliki tingkah yang tak kalah nyentrik dengan Shirley. Hyman juga mulai memberi tekanan kepada Fred, karena dianggap mulai mengambil alih posisinya di universitas tempat Hyman mengajar.

Di luar dari itu, ternyata Shirley dan Rose mulai menjalin ikatan emosional. Rose juga ternyata memiliki kesamaan dengan sosok Paula sang gadis yang menghilang. Akhirnya Shirley Jackson memang berhasil menyelesaikan novel yang dianggap paling menyakitkan untuk ditulis sepanjang kariernya. Rose pun berhasil menjadi wanita baru dengan sudut pandang yang berbeda.

Neon

Elisabeth Moss tentu layak menjadi elemen determinan dari keberhasilan film garapan sutradara Josephine Decker ini. Dalam film ini Moss kembali menunjukkan berbagai sisi psikologis yang membuat penonton seolah-olah masuk ke dalam pikiran dari seorang penulis jenius, Shirley Jackson.

Yang membuat aksi Moss berbeda dengan aktris-aktris watak lainnya adalah karena Moss begitu natural dalam memainkan sosok wanita dengan kondisi emosional dan psikologis tidak stabil. Lewat aksi seni peran dari Moss, kita bisa melihat bagaimana tekanan dan menyakitkannya pengalaman Jackson dalam menulis novel ini.

Penonton juga dibuat tersenyum lebar ketika menyaksikan adegan terakhir dalam film, yang menunjukkan kelegaan dari Jackson setelah menuntaskan karyanya itu. Hal ini menunjukkan memang Moss berhasil membawa penonton terbawa dalam emosional dan psikologis seorang Shirley Jackson.

Neon

Di luar dari itu, aspek sinematografi dalam Shirley juga patut diacungi jempol. Sang sinematografer, Sturla Brandth Grovle memang terlihat jitu dalam memainkan kamera dan fokus khususnya ketika mengkoneksikan antara Shirley-Rose-Paula yang membuat ketiganya terhubung dalam plot cerita ini.

Begitu pula dengan pemilihan musik-musik era 50-an, seperti Baby Count Ten (The Counting Song) yang dibawakan The Bells Sisters dan dimainkan ketika Rose mendamprat suaminya yang sering berselingkuh. Kita benar-benar terbawa kepada setting waktu tempat ketika Shirley Jackson menulis Hangsaman.

Shirley (2020) layak mendapatkan tiga dari empat bintang. Film yang menghibur, dengan aksi memukau Moss dan aspek-aspek pendukung yang menyempurnakan intensitas dari film.

BACA JUGA: Cek OLAHRAGA, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini


Editor: Thomas Rizal


Berita Terkait