Ceknricek.com -- "Apa yang tak bisa Anda lihat, bisa melukai Anda." Itulah tajuk dari film The Invisible Man (2020) yang secara perdana mulai tayang di bioskop tanah air pada Rabu (26/2). Film ini sendiri merupakan adaptasi dari novel klasik karya H. G. Wells dengan judul yang sama.
Sejak pertama kali diadaptasi ke bentuk film di tahun 1933, The Invisible Man memang dianggap selalu menyajikan kisah yang menarik. Memasuki milenium baru, publik menanti adaptasi berikutnya dari novel yang dirilis di akhir abad ke-19 itu ke wujud yang lebih modern.
The Invisible Man (2020) berhasil menjawab penantian itu dengan menyajikan adaptasi yang brilian. Tak seperti film horor generik yang biasanya hanya mengandalkan jumpscare atau unsur kagetan semata, film ini mengombinasikan beragam teknik "kengerian" yang membuat penonton terkesan.
Terlebih lagi, berbeda dengan film horor yang biasanya menunjukan kebengisan atau karakter mistis yang memang secara fisik sudah menyeramkan, maka sosok antagonis dalam film ini adalah sosok yang tembus pandang atau tidak terlihat.
Bagaimana film ini tetap bisa memberikan kengerian dari sosok tak terlihat itulah yang membuat film ini terkesan impresif. Meski "tidak terlihat" secara fisik kehadirannya, kita bisa merasakan dan mengetahui "kontribusi" kengerian dari sosok yang tidak kelihatan itu.
Kredit tentunya layak diberikan terhadap sutradara dan penulis skenario Leigh Whannell (sebelumnya dikenal lewat Saw dan Insidious) yang mampu menyajikan cerita menarik dengan plot twist yang tidak terduga. Intensitas kengerian dalam film ini seolah terus berakselerasi dari awal dan memuncak di bagian klimaks.
Teror yang disajikan dalam film ini bukan semata teror fisik (muncul tiba-tiba, kekerasan atau slasher) atau hal-hal mistis (malahan film ini sebenarnya bergenre science fiction thriller), namun juga teror psikologis yang dialami oleh karakter utama Cecilia Kass yang diperankan oleh Elisabeth Moss.
Totalitas akting dari Moss juga menyempurnakan keindahan dalam film ini. Moss tidak hanya tampil sebagaimana korban dalam film horor yang hanya lari-lari dan berteriak, namun dirinya juga menunjukkan rasa teror yang dialaminya secara psikologis dari mahluk tembus pandang itu.
Penonton akan dibawa ke narasi bagaimana seorang wanita dimanipulasi oleh hubungan yang menyakitkan, serta ketika dirinya tidak bisa lepas dari bayang-bayang sosok menyakitkan itu meski kehadiran secara fisiknya tak terlihat.
Baca Juga: Review 'The Man Standing Next', Impresif Meski Kurang Historis
Twist yang tersaji dalam film juga membuat penonton bisa menginterpretasikan ending secara berbeda-beda, serta bertanya-tanya apakah sosok antagonis itu benar-benar tidak terlihat, atau memang selama ini terlihat namun tidak tampak seperti sosok antagonis sebenarnya.
Pada akhirnya, jika bisa memberi tiga bintang (dari empat) terhadap film ini, maka The Invisible Man memang layak menjadi alternatif film untuk penggemar horor yang ingin merasakan pengalaman berbeda.
BACA JUGA: Cek OLAHRAGA, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini